Geert Wilders Dipermalukan di Parlemen

 

Inpasonline, 23/11/10


Karena punya masalah, Geert Wilders , yang biasanya ceplas-ceplos kini bicaranya bertele-tele. Bahkan ketika bicara di hadapan para wartawan di parlemen, kepalanya tertunduk dan pundaknya menurun.

Ia bersikap seperti itu karena Partai kanan populisnya, Partai untuk Kebebasan PVV, menghadapi masalah. Selepas spekulasi lima hari apakah anggota parlemen Eric Lucassen akan dikeluarkan dari parlemen, seorang anggota lainnya James Sharpe mengundurkan diri.

James Sharpe mundur sesudah wartawan mengungkap sejumlah insiden yang melibatkan bisnis dan kehidupan pribadinya. Ia adalah direktur sebuah perusahaan yang telah dua kali didenda di Hongaria karena mengelabui pelanggan. Di samping itu dalam sejumlah insiden yang terungkap, ia menggunakan kekerasan terhadap teman satu tim serta mantan pacarnya.

Kemundurannya dari parlemen terjadi saat PVV dilanda kontroversi sekitar Eric Lucassen. Pekan lalu, bekas tetangga Lucassen muncul dalam acara aktualitas dan mengatakan bahwa anggota PVV ini pernah mengintimidasi serta mengancam mereka. Yang lebih parah lagi, ternyata Lucassen pernah dinyatakan melakukan pelecehan seksual ketika bertugas dalam angkatan bersenjata.

Walau demikian, pengungkapan itu tidak menyebabkan Lucassen mundur, ia tetap menjadi anggota parlemen PVV.

Akibat kasus itu Geert Wilders minta maaf pada debat di parlemen. “Atas nama PVV, saya minta maaf, tidak saja pada elektorat, tapi juga kepada seluruh parlemen sebagai wakil rakyat Belanda,”katanya.

Di Belanda, seseorang yang dinyatakan bersalah melakukan kejahatan, tidak dilarang duduk dalam parlemen. Partai politiklah yang bertanggung jawab atas anggota parlemennya. Selama ini PVV mengagung-agungkan hukum dan ketertiban. Dan para lawan Wilders menuduhnya bersikap hipokrit dalam skandal Lucasssen ini.

Femke Halsema, pemimpin Partai Kiri Hijau, mengklaim Wilders menggunakan standar ganda ketika menghadapi tingkah laku anggota parlemen dari partainya sendiri.

“Sekarang Anda bisa berkelit bahwa semua terjadi akibat gerakan politik baru dengan sarana terbatas dan terburu-buru. Tapi pertanyaan yang mendasar adalah bagaimana Anda bertindak sebagai pemimpin klub hukum-dan-ketertiban yang tidak pernah mau memberikan kesempatan kedua,”kata Halsema.

Halsema menyebut delapan anggota parlemen PVV yang terlibat kontroversi. Tiga dari anggota parlemen PVV, serta satu calon anggota, dituduh melakukan kekerasan. Ditambah lagi satu anggota lain dan dua calon anggota dari kampanye pemilu lalu, berbohong mengenai pengalaman kerja mereka.

Wilders berang. Ia menuduh Halsema menyebar fitnah, ia menuntut Halsema menarik kembali komentarnya dan mengancam seluruh anggota partainya akan bangkit melawan Halsema.

Tapi Halsema mengingatkan Wilders bahwa ia telah melakukan hal yang sama berulangkali kepada anggota parlemen lainnya, termasuk salah satu mantan kolega Halsema.

Lawan-lawan politik Wilders berupaya menarik keuntungan dari masalah yang dihadapi PVV saat ini, tapi pendukung Wilders tidaklah terpengaruh. Survei terhadap 2600 pemilih PVV menunjukkan, mereka tetap mempercayai pemimpin mereka, walau memang presentasinya berkurang sedikit. dari 97% menjadi 94%.

James Sharpe akan digantikan Ino van den Besselaar. Tapi media sibuk menyisiri track record para anggota PVV. Ini membuat orang bertanya-tanya: siapa “korban” berikutnya?

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *