Pengantar www.anwardjaelani.com: Pada 18 April 2012, Gading Ekapuja Aurizki (mahasiswa Fakultas Keperawatan Unair) menulis di blog pribadinya, www.penaurizki.blogspot.com. Mahasiswa yang juga aktivis KAMMI Airlangga itu berbagi sejumput pengalaman manisnya dalam bersentuhan dengan buku. Di bawah ini tulisan dia yang juga bisa di-klikdi http://penaurizki.blogspot.com/2012/04/berkenalan-dengan-penulis-buku-warnai.html#.T5z-cXnb44x

 Berkah Buku “Warnai Dunia dengan Menulis”

 Pada Sabtu  14 April 2012, ada kejadian menarik yang kualami. Dari sini bisa diambil pelajaran bahwa kalau kita benar-benar memiliki keyakinan, Allah pasti akan memberikan jalan keluar. Berikut ceritanya;

 

Buah Silaturrahim

Sejak pagi, aku tidak ada jadwal ke mana-mana alias mendekam di rumah. Namun, bukan berarti aku menganggur. Ada beberapa pekerjaan yang harus kuselesaikan. Baru sekitar pukul 10 aku keluar pergi ke Toko Buku Uranus Surabaya untuk refreshing. Mungkin saja ada buku yang cocok kubeli.

Sesampai di Uranus, aku berkeliling. Tujuan pertamaku adalah bagian buku-buku Islam. Aku tak tahu buku apa yang mau kubeli. Tapi aku terus saja melangkah menelusuri judul demi judul buku, meskipun sebagian besar sudah tak asing lagi di mata. Sekitar 20 menit berkeliling, sampailah aku di rak sebelah barat di dekat search engine (komputer). Di tempat itu aku menemukan buku baru berwarna hijau, judulnya “Warnai Dunia dengan Menulis” karya M. Anwar Djaelani. Bukunya tidak disampul plastik, sehingga aku bisa membaca isinya.

Sepintas membaca tidak ada yang istimewa, sampai ketika aku membaca biodata penulis. Ternyata, sang penulis -Pak M. Anwar Djaelani- adalah alumnus Unair (FH dan PPs). Beliau dulu juga aktivis LDK (Lembaga Dakwah Kampus) Unair. Ketika melihat foto beliau, aku baru sadar kalau ternyata aku pernah melihat beliau beberapa kali di agenda Temu Tokoh; Dr. Adian Husaini dan Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi. Kedekatan Pak Anwar dengan dua tokoh nasional itu tidak lepas dari aktivitas beliau sebagai peneliti InPAS (Institut Pemikiran dan Peradaban Islam) Surabaya.

Setelah beberapa kali menimbang, aku memutuskan untuk membeli buku itu. Bukan karena bukunya, tetapi lebih karena penulisnya, Pak Anwar, adalah alumnus Unair dan tinggal di Surabaya. Mengapa hal itu membuatku tertarik? (1) Mudah disilaturahimi untuk diajak berdiskusi, (2) Secara psikologis muncul kedekatan, karena sama-sama dari Unair dan sama aktif di LDK-nya.

Aku-pun bertekad setelah itu akan mencari nomer HP beliau untuk langsung menghubungi mencari waktu bertemu. Ternyata, tak butuh waktu lama, karena segera setelah itu aku mendapatkan nomer beliau dari Mbak Asih –sapaan akrab Aisyah Sariasih-, seniorku di Fakultas Keperawatan dan di KAMMI.

Dari Uranus aku meluncur ke Masjid Nuruzzaman Unair untuk menunaikan shalat dhuhur. Setelah shalat dan berdzikir, aku menepi ke dekat tembok menemui seorang kawan dan mengobrol sejenak. Karena kawanku itu membaca buku, aku-pun langsung mengambil buku yang baru kubeli dari tas kresek. Kubaca bagian awalnya, mulai dari pengantar Dr. Adian Husaini dan pengantar penulisnya sendiri. Selesai itu aku membuka HP untuk meng-sms Pak Anwar.

Kira-kira sms yang kuketik bunyinya, “Assalamu’alaikum. Benar ini dengan Pak Anwar Djaelani? Perkenalkan saya Gading…” Sampai di situ aku berhenti mengetik. Perlu susunan kata yang pas untuk menghubungi orang penting. Aku-pun mencoba mencari inspirasi dengan mengedarkan pandangan ke penjuru masjid.

Aku tertegun ketika mataku menangkap wajah sosok yang cukup kukenal. Seorang tokoh kenamaan, Direktur ISID Gontor, Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi. Beliau ada di Masjid Nuruzzaman!!! Kulihat ada dua orang lagi yang duduk di dekatnya. Yang pertama dr. Abdul Ghofir, Sp.PD, ketua InPAS Surabaya, dan Pak Anwar Djaelani!!

Ternyata orang yang akan ku-sms ada di depan mataku. Subhanallah! Aku-pun mengurungkan niat untuk meng-sms beliau. Aku memilih menunggu obrolan ketiga orang yang duduk sekitar 8 meter di hadapanku selesai.

Sekitar 5 menit berselang, ketiga orang itu bangkit dari duduknya. Dr. Hamid dan dr. Abdul Ghofir pergi ke depan masjid, dan Pak Anwar menuju ke belakang. Tanpa pikir panjang aku mengejar Pak Anwar. Ketika sudah di dekat beliau aku menyapa, “Pak Anwar!” Beliau-pun membalas, “Ya!”

Aku tak bisa membayangkan raut mukaku saat itu. Aku-pun tak mau mengingatnya. Yang pasti gak karu-karuan karena campur-baur antara perasaan ndredeg, semangat, senang, dan sedikit takut. Yang kuingat aku langsung mengeluarkan dan menunjukkan buku yang baru kubeli kepada beliau. Beliau terkejut, dan bertanya belinya dimana, harganya berapa? Aku-pun menjawab sebagaimana mestinya.

Setelah itu beliau mengajakku pergi ke Workshop Islamic Worldview yang narasumbernya Dr. Hamid di Aula Perpustakaan Unair, sekitar 200 meter dari Masjid Nuruzzaman. Karena tidak ada jadwal yang urgen, aku mengiyakan saja. Sambil berjalan kami mengobrol banyak hal.

Tak kuduga, setiap kata-kataku ditanggapi dengan antusias oleh Pak Anwar. Beliau bahkan sering bertanya dan memberikan dorongan, sehingga interaksi dua arah berjalan seimbang. Sikap seperti ini jarang kutemui pada orangtua kebanyakan. Obrolan kami tak lepas dari masalah tulis-menulis, karena memang itulah yang kucari.

Banyak pelajaran yang bisa kupetik dari pertemuanku dengan Pak Anwar sore itu, antara lain; (1) Silaturahim memang membawa berkah rezeki, dalam konteks ini adalah beberapa ilmu tentang menulis dan tiket ikut workshop Dr. Hamid gratis (meski hanya dapat 1 dari 4 materi yang ada. Hal ini dikarenakan workshop telah berlangsung sejak pagi, sementara aku baru ikut setelah shalat dhuhur). (2) Perlu keberanian untuk memulai interaksi dengan orang-orang penting, setelah itu semuanya akan berjalan mudah. (3) Aku semakin bersemangat untuk menulis.

Semoga menginspirasi! []

One Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *