Silaturahim, ‘Benteng’ Ukhuwah dan Keimanan

Oleh : Nurkholis Abdul Munib

A-silaturahiminpasonline.com – Pada suatu ketika, Abu Ayyub al-Anshari Radhiyallahu ‘anhu bercerita, sesungguhnya ada seorang laki-laki berkata, “Ya Rasulullah, ceritakanlah kepadaku amalan yang memasukkan aku ke dalam Surga dan menjauhkan aku dari Neraka.” Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Engkau menyembah Allah dan tidak menyekutukan sesuatu dengan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan menyambung tali silaturrahim” (HR. al-Bukhari hadis no. 1396 dan HR. Muslim hadis no. 13).

            Hadits di atas adalah ‘berita’ yang menggembirakan dan menenangkan batin.Maka, seorang mukmin yang taat, ketika diberitahu amalan silaturrahim bisa mengantarkannya ke surga, tentunya akan segera untuk melaksanakannya. Menyambung silaturrahim dengan sungguh-sungguh, istiqomah, dan penuh keikhlasan.

Di zaman sekarang, begitu banyak orang yang putus kekeluargaan, putus silaturrahim. Karena sebab-sebab tertentu orang menjadi malas melaksanakan silaturrahim.Terlebih lagi, masyarakat di Indonesia tidak terlalu kenal melestarikan budaya menghafal nasab keluarga. Sehinggasilaturrahim bisa terputus.

Di zaman ini, mencari teman yang baik juga tidak mudah. Untuk sekadar mencari teman biasasaja susahnya bukan main apalagi teman yang baik, shalih dan ikhlas. Di tengah susahnya orang mencari teman dan saudara seiman, di sekitar kita malah banyak orang yang terputus persaudaraan dan pertemanannya. Bahkan,ada yang memutus dengansengajapersaudaraan ataupertemanan dengansebabyang sepele, seperti: beda jamaah, beda pendapat, danhallain yang serupadenganitu.

Silaturrahim artinya adalah menyambung tali persaudaraan kepada kerabat yang memiliki hubungan nasab. Silaturrahim juga bisa diperluas dengan menjalin persaudaraan antarsesama mukmin. Ini didasarkan pada firman Allah:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ (الحجرات: 10 )

“Sesungguhnya orang-orang beriman itubersaudara. Sebabitu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mendapat rahmat” (QS Al-Hujurat: 10)

Dengan demikian persaudaraan semakin luas, menambah semaraknya ukhuwah dan menambah kekuatan dalam bingkai iman (Aqidah). Landasan iman inilah yang membuat Allah memperhatikan saudara kerabat dan kaum mukminin yang menjalin silaturrahim. Iman yang membingkai silaturrahim inilah yang menjadikan silaturrahim sebagaisalah satu amalan yang bisa mengantar masuk surga.

Manfaat silaturrahim selain pengantar masuk surga adalah sebagai tanda keimanan seseorang dan konsekuwensinya. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia menyambung hubungan silaturrahim” (HR. Al-Bukhari no. 5787). Silaturrahim akan memperluas rizki dan memperpanjang umur. Selengkapnya riwayat beliau adalah, Abu Hurairah berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa yang senang diluaskan rizqinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung hubungan silaturrahim’.” (HR. al-Bukhari no. 5986 dan Muslim no. 2557).

Silaturrahim juga merupakan amalan yang paling dicintai oleh Allah dan paling utama di hadapan Allah. Mengenai hal ini riwayat berikut menjelaskan, bahawa suatu ketika seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ya Rasulullah, amalan apa yang paling dicintai Allah?” Beliau menjawab, “Beriman kepada Allah.”Dia bertanya lagi, “Kemudian apalagi?” Beliau menjawab, “Kemudian menyambung silaturahmi” (Shahih at-Targibwa at-Tarhib no. 2522).

Begitu besar dan banyak manfaat silaturrahim bagi kita. Jika sedemikian besar manfaat dan utamanya silaturrahim ini, bagaimana jika ada orang yang memutus silaturrahim? Orang yang memutus silaturrahim akan diancam tidak akan masuk surga, dikutuk Allah, lalu dibuat tuli (pendengarannya) dan dibutakan penglihatannya. Ancaman ini berdasarkan firman Alla: “Maka apakah sekiranya kalian berkuasa, kalian akan berbuat kerusakan di bumi dan memutuskan silaturrahim (hubungan kekeluargaan)? Mereka itulah orang-orang yang dikutuk Allah, lalu dibuat tuli (pendengarannya) dan dibutakan (penglihatannya)” (QS Muhammad: 22-23). Juga, berdasarkan hadits bahwa, “Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan” (HR. Mutafaqun Alaih). Terkait ini, Sufyan berkata dalam riwayatnya bahwa yang dimaksud adalah memutuskan ikatan kekeluargaan.

Dengan demikian, menjaga agar silaturhim tetapterjalin adalah sebuah keharusan dan tentunya akan menjadi sebuah amanah bagi orang-orang yang menginginkan surga. Bagaimana caranya? Silaturrahim bisa kita jaga dengan membudayakan berkunjung, menyebarkan salam, mendoakan orang yang memuji Allah ketika bersin, tersenyum ikhlas pada saudaranya, saling memberi hadiah, menjenguk orang yang sakit, dan melakukan takziyah.

Budaya tersebut merupakan salah satu tradisi Islam yang patut dipelihar. Agar ukhuwah Islam terjaga dengan baik. Sekaligus menjadi ‘benteng’ keimanan dari pengaruh-pengaruh aliran luar yang merusak anggota keluarga.

Tulisan Dimuat di majalah alHaromain, Media Dzikir dan pikir. Edisi 97 Syawal – Dzulqo’dah 1435 H I Agustus 2014 M

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *