PASURUAN – Maraknya liberalisasi pendidikan Islam semakin mencemaskan banyak pihak, termasuk pengelola pendidikan pesantren. Pasalnya, tidak menutup kemungkinan sebuah pesantren yang diharapkan menjadi pembimbing umat dan benteng umat Islam, justru menyebarkan pemikiran liberal yang menyesatkan umat. Hal inilah yang melatarbelakangi Pondok Pesantren Darul Lughah wad Dakwah mengadakan seminar dengan tema Menggagas Pendidikan Ideal dalam Menghadapi Tantangan Global, beberapa hari lalu.

Seminar yang menghadirkan Dr. Adian Husaini dan Dr.Nirwan Syafrin sebagai pemateri ini dihadiri oleh para dosen, asatidz dan mahasiswa Sekolah Tinggi Darul Lughah wad Dakwah. Dengan antusias para peserta yang mayoritas bersarung dan berkopyah ini mengikuti seminar yang dimoderatori oleh Ustadz Fauzi, alumus IKIP Surabaya.

Dalam paparannya, Adian Husaini menjelaskan beberapa fenomena liberalisasi pendidikan Islam yang sudah masuk pada taraf mengkhawatirkan. Menurutnya, memang Barat sangat pintar dalam merusak peradaban umat Islam, yaitu dengan merusak jantung umat islam berupa institusi pendidikannya. Dengan jargon modernisasi dan globalisasi, Barat telah memasukkan ideologi mereka dalam studi-studi Islam. Tidak heran jika di kampus-kampus Islam sering ditemui mahasiswa yang berlaku tidak islami, bahkan tidak jarang yang antipati terhadap Islam.

“Padahal, seharusnya mereka berada di barisan paling depan pembela syari’ah Islam, tapi yang terjadi justru mereka anti Syariah. Apa yang terjadi dengan pola pendidikan mereka?”  jelas Adian.

Di samping itu, faktor umat Islam sendiri juga menjadi pemicu rusaknya pendidikan Islam, jelas Adian lebih lanjut. Salah satunya adalah tujuan pendidikan yang hanya untuk mencari ijazah bukannya hidayah dari Allah SWT. Artinya, pendidikan hanya ditujukan untuk menaikkan pangkat dan memperkaya materi. Hal ini berdampak pada kurangnya pemahaman yang mendalam terhadap ilmu-ilmu Islam.

Sementara Nirwan Syafrin mengupas sisi pentingnya penguasaan ilmu yang benar oleh umat Islam. Hal itu penting, jelasnya, karena karakter utama dari peradaban Islam terletak pada kemajuan ilmunya. Warisan utama yang ditinggalkan para pendahulu umat Islam tidak lain adalah ilmu, sebagaimana dikaji di madrasah dan pesantren, jelasnya.

Jika ilmu yang diajarkan dalam institusi pendidikan Islam tercemar racun liberalisme, tidak heran jika hasilnya bukan peradaban Islam. Oleh karena itu, tegasnya, umat Islam harus bisa mengeliminir pengaruh asing terhadap kurikulum pendidikannya, kemudian mengislamisasinya sehingga akan lahir masyarakat yang islami.

Ketika tiba waktu untuk tanggapan, Ustadz Zainal Abidin, salah seorang pimpinan Pesantren dan dosen Sekolah Tinggi ini, mengapresiasi semua paparan kedua pemateri. Menurutnya, apa yang telah disampaikan oleh kedua pemateri merupakan ide-ide yang sejalan dengan pesantren ini. Apalagi ide-ide itu berasal dari Syed Muhammad Naquib Al-Attas yang merupakan guru kami pula, jelasnya. Zainal berharap apa yang telah disampaikan pemateri akan menjadi awal kebangkitan bagi pesantren. Ia juga berharap agar kedua pemateri sering melakukan kunjungan ke pesantren ini untuk ikut urun rembuk membahas sistem pendidikan di pesantren ini.(mm)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *