Inpasonline-Pada Sabtu 7/11/2015, Ma’had Aly Imam Al-Ghozzaly Solo mengadakan workshop Pemikiran Islam. Pada kesempatan kali ini menghadirkan pakar sejarah Indonesia, Dr. Tiar Anwar Bachtiar, dengan materi “Perspektif Islam Dalam Pengajaran Sejarah Indonesia”.Workshop diadakan di Ma’had Aly Imam al-Ghozzaly Jl. Puter Distrik Solo Jawa Tengah.
Tiar mengatakan: “Sebenarnya, tujuan mayoritas pendidikan sejarah di Indonesia saat ini hanyalah untuk menjawab soal.”
Tidak hanya itu persoalan pengajaran sejarah di Indonesia menurutnya juga berisi tentang: Materialitisme, anti Agama, dan menihilkan sejarah para Nabi a.s
Penasehat Jejak Islam untuk Bangsa (JIB) itu juga menyinggung tentang pengajaran sejarah asal muasal manusia Indonesia.
“Saat ini banyak di sekolah-sekolah yang masih mengajarkan sejarah asal manusia Indonesia dari keturunan manusia purba, sebut saja Meganthropus Javanicus dan Pithercanthropus Soloensis”, ujar pria asal Garut ini.
Beliau menambahkan bahwa fakta tersebut diperkuat dengan keberadaan musium-musium manusia purba di Indonesia, termasuk musium manusia purba Sangiran yang terletak di Kabupaten Sragen Jawa Tengah.
“Adanya musium-musium manusia purba di Indonesia tidaklah mengapa, asal kita harus meyakinkan kepada masyarakat bahwa kita (baca: Manusia) bukanlah keturunan manusia purba atau kera, Islam mengajarkan bahwa manusia pertama adalah Adam a.s yang tingginya 30 meter, jadi mustahil jika manusia adalah keturunan dari kera”, terang peneliti INSISTS ini.
Adapun ditemukannya fosil-fosil manusia purba saat ini yang diduga nenek moyang manusia hanya makhluk yang disinyalir mirip manusia.
“Anggap saja itu adalah makhluk yang mirip dengan manusia (baca:hewan) yang meski mungkin usianya lebih tua daripada manusia.” terangnya.
Dr. Tiar mengatakan pengajaran Sejarah di Indonesia saat ini dalam upaya De-Islamisasi dan Nativisasi.
Artinya banyak materi-materi sejarah dijauhkan dari keterlibatan perjuangan perjuangan pahlawan Islam dan menyebarkan pemahaman bahwa budaya asli Indonesia adalah Hindu-Budha. Upaya ini dilakukan sejak masa kolonial Belanda.
Untuk menghadapi problema-problema dalam pengajaran sejarah, Dr. Tiar Anwar Bachtiar memberikan solusi untuk pemerhati sejarah Indonesia, terutama untuk para pendidik yang menjadi penebar tunas-tunas sejarah bangsa.
Beberapa solusi diantaranya: Pertama, Mulailah dari komunitas- komunitas kecil pecinta sejarah Islam, kedua, Manfaatkan sekolah- sekolah Islam yang indepeden untuk mewujudkan cita-cita ini, ketiga Galakan penulisan sejarah dan bahan ajar sejarah perspektif Islam untuk semakin memperkaya historiografi, keempat, Galakan – pembinaan guru-guru sejarah yang bervisi Islam. (laporan Fadil)