Sejarah Kebudayaan Islam; Perspektif Tauhidi

Oleh: Muhim Kamaluddin, M.P.I*

A-AAPendahuluan

Inpasonline.com – Dalam kurikulum sekolah MTs (Madrasah Tsanawiyah), MA (Madrasah Aliyah) dan bahkan perguruan tinggi Islam, terdapat mata pelajaran dan mata kuliah Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Mata pelajaran ini sangatlah penting, karena banyak sekali generasi Islam saat ini, yang tidak lagi memiliki kepedulian terhadap sejarah peradabannya sendiri. Sejarah Islam yang banyak dihiasi kegemilangan, seakan hilang dari memori umat Islam. Hilangnya memori keemasan Islam pada masa lalu, dikhawatirkan akan membuat generasi Islam mendatang semakin inferior di panggung peradaban dunia, dan harapan akan kebangkitan umat dirasa semakin berat.

Idealnya, materi SKI dipelajari oleh seluruh generasi Islam. Namun dikotomi pendidikan antara sekolah umum dan agama menjadikan materi SKI hanya dipelajari di sekolah-sekolah keagamaan. Meski demikian, materi pelajaran SKI pada sekolah Islam, diharapkan menjadi salah satu jawaban akan permasalahan ini. Diharapkan (sebagian) generasi Islam akan melek sejarah budaya mereka sendiri yang terbentang dari Andalusia hingga Indonesia, dari Russia hingga Afrika, yang Berjaya lebih dari 10 abad (abad VIII-XIX).

Dalam semua buku pelajaran yang ada, sepanjang pengamatan penulis, semua pengarang memulai dengan mengkaji sejarah bangsa arab sebelum kelahiran nabi Muhammad. Hal ini, mengesankan bahwa Islam lahir pada saat nabi Muhammad saw diangkat menjadi nabi dan mengajarkan risalahnya. Dan sejarah para nabi dan rasul terdahulu tidak mendapat tempat dalam buku sejarah Islam ini. Artinya, sejarah Islam hanya sebagian saja yang dikaji di sekolah. Ini tentunya sebuah kerugian bagi umat Islam.

Kedua, buku ajar SKI seringkali terpaku pada permasalahan politik dan kekuasaan (era daulah, pergantian raja dsb.) padahal sejarah Islam tidaklah hanya riwayat daulah dan khalifah serta pemikiran politik umat Islam. Di luar bidang tersebut, masih banyak materi yang layak untuk dikaji dan disajikan kepada para siswa. Seperti perkembangan ilmu, peradaban, sejarah ulama dan ilmuwan dan lainnya yang mana menurut hemat kami, lebih relevan untuk dikaji daripada mengkaji aliran-aliran dalam Islam.

Dalam makalah singkat tentang konsep Islam ini, kami berharap dapat memberikan sumbangsih pemikiran Islam dalam kaitannya dengan materi kurikulum SKI.

 

Konsep Islam sebagai agama

                Allah mengutus para nabi, dengan misi dakwah yang sama. Yaitu mengajak manusia bertaqwa kepada Allah. Ajakan ini melalui sebuah ajaran khusus, sebuah agama yang memang Allah persiapkan untuk manusia ciptaanNya. Sebagaimana disebutkan dalam al Qur’an bahwa tujuan diciptakannya manusia ialah untuk beribadah kepadaNya (QS Adz-Dzariyat 56), ibadah ini haruslah melalui sebuah syariat (agama), yang dimaksud adalah agama Islam (QS. Ali Imron; 19). Seluruh nabi menjalankan agama ini. Hal ini bisa kita periksa dalam al Qur’an.

Islam pada zaman Nabi Ibrahim dan Nabi Ya’kub dapat kita baca pada surat Al baqoroh[1]

وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Dalam tafsir at Thobary, dijelaskan bahwa Allah memerintahkan Ibrahim as untuk mengajak kaumnya masuk Islam. Dan yang maksud “wasiat” dari kalimat diatas adalah sebuah kalimat “aku berserah diri kepada Tuhan semesta alam” maksudnya ialah “Islam”.[2]

Demikian juga dengan Islam yang di dakwahkan oleh Nabi Nuh[3],

فَإِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَمَا سَأَلْتُكُمْ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى اللَّهِ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Senada dengan nabi-nabi sebelumnya, Nabi Musa juga mendakwahkan Islam.

وَقَالَ مُوسَى يَا قَوْمِ إِنْ كُنْتُمْ آمَنْتُمْ بِاللَّهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُسْلِمِينَ[4]

Demikian halnya Nabi Isa bersama kaumnya.

فَلَمَّا أَحَسَّ عِيسَى مِنْهُمُ الْكُفْرَ قَالَ مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ آمَنَّا بِاللَّهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ[5]

al Alusy menjelaskan kalimat “بِأَنَّا مُسْلِمُونَsesungguhnya kami muslimuun” dengan keterangan “Sesungguhnya agama kami adalah Islam, yaitu agama dari para nabi sebelum engkau (Isa as).[6]

Demikian pula dalam banyak hadits, bahwa para nabi mengajak kaumnya untuk menjalankan Islam. Salah satunya adalah riwayat dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Antara Adam dan Nuh terdapat jarak 10 abad, semuanya (beragama) Islam[7]. Demikian pula Nabi Ibrahim, mengajak kaumnya untuk memeluk Islam.[8]

Sedangkan Rasulullah saw sebagai utusan terakhir, menggenapi dan menyempurnakan ajaran Islam ini dan tidak akan pernah berubah sampai akhir zaman. sebagaimana sabdanya:

“Perumpamaanku dengan nabi sebelumku seperti perumpamaan seorang yang membuat bangunan yang amat indah, tinggal sebuah lubang batu bata yang belum dipasang, maka akulah batu bata tersebut dan akulah nabi yang terakhir.”[9]

Risalah Islam yang dibawa oleh para utusan, tidaklah berbeda dalam hal tauhid, keimanan kepada Yang Maha Kuasa. Demikian pula dalam praktek ubudiyahnya, secara garis besar, rukun Islam seperti sholat, puasa dan zakat telah dipraktekkan oleh para nabi terdahulu.

Ibadah sholat dan zakat telah dijalankan oleh para nabi, salah satunya adalah nabi Isa a.s.

وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا

Demikian pula tentang zakat, dilaksanakan oleh umat nabi Muhammad dan kaum muslim terdahulu.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Sedangkan haji, amaliyah ini dipraktekkan pertama kali oleh Nabi Ibrahim, dan disempurnakan dalam risalah terakhir yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.

Namun, bentuk praktek dan tata cara ubudiyahnya, dimungkinkan ada sebuah bentuk yang berbeda. Perbedaan ini, lebih dikarenakan untuk menyesuaikan dengan kondisi zaman nabi terutus. Hal ini, bisa jadi karena manusia pada zaman nabi terdahulu, memiliki kekuatan fisik dan usia yang lebih kuat dan lebih lama dari manusia akhir zaman. Maka, syariat yang berlaku juga berbeda, menyesuaikan kondisi kaum tersebut.

Contohnya, syariat yang diturunkan kepada Nabi Musa mengajarkan apabila baju terkena najis harus dipotong dan dibuang, berbeda dengan syariat Nabi Muhammad yang cukup disucikan dengan air. Pada syariat Nabi Musa, menikahi dua perempuan bersaudara adalah sah, namun dalam risalah terakhir hal tersebut sudah diharamkan. Bentuk puasa kita saat ini, berbeda dengan puasa umat terdahulu. Nabi Dawud dan kaumnya berpuasa selama setengah tahun, yakni sehari puasa dan sehari berbuka. Nabi Musa dan kaumnya berpuasa selama 40 hari, siang dan malam. Bahkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Rasulullah saw mengatakan bahwa nabi Nuh berpuasa sepanjang masa kecuali dua hari; idul fitri dan idul adha[10].

Kesimpulannya, Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah semenjak pertama kali bapak para manusia diutus. Dan dakwah Islam terus berlanjut disampaikan oleh para nabi dengan syariatnya secara garis besar sama, tetapi dalam prakteknya menyesuaikan keadaan kaum para nabi tersebut, dan mencapai kesempurnaan pada risalah terakhir yang diturunkan oleh Allah, dengan diutusnya nabi terakhir akhir zaman (QS Al Maidah: 3). Syariat terakhir ini, berlaku sampai akhir zaman, berlaku untuk seluruh bangsa (jin dan manusia) sebagai rahmat untuk seluruh alam.

Obyek Kajian SKI

Dalam kaitannya dengan SKI, sejarah Islam seharusnya disajikan pula kisah nabi terdahulu. Selama ini, kisah nabi-nabi terdahulu, tidak disampaikan secara sinambung. Generasi Islam, mengenal kisah 25 nabi dan rasul hanya melalui buku bacaan atau cerita orang tua. Padahal kisah para nabi adalah sebaik-baik teladan dalam hidup. Berdasarkan pengamatan dilapangan, selama kami mengajar di sekolah. Pengetahuan tentang kisah para nabi memang sangat minim. Hal ini tentu sangat tidak kita harapkan.

Tidak hanya terpaku pada kisah nabi dan mukjizatnya, tetapi hendaknya kisah nabi-nabi tersebut, diupayakan untuk mengelaborasi 4 hal. 1) tugas khusus nabi kepada kaumnya. 2) tantangan dakwah nabi dalam kaumnya. 3) bentuk pertolongan Allah kepada nabinya. 4) hikmah dan teladan yang diambil dari kisah perjuangan nabi. keempat hal ini diharapkan akan membentuk pola pikir yang baik tentang dakwah Islamiyah dan memberi keteladanan hidup yang mulia.

                Contoh kisah nabi Musa dan Harun AS.

  1. Tugas khusus nabi: memberi peringatan Fir’aun dan memimpin bani Israel kembali ke negeri asalnya dengan menyeberangi laut merah.
  2. Tantangan dakwah: menghadapi ancaman fir’aun, menghadapi kebengalan kaumnya (qorun, samiri dsb)
  3. Pertolongan Allah: diselamatkan dari kejaran fir’aun, diturunkan manna dan salwa ketika berada di tengah padang pasir tanpa bekal. Dsb
  4. Hikmah: perjuangan tanpa takut kepada manusia, menegakkan kebenaran, kesabaran dalam berdakwah.

Dengan demikian, obyek kajian SKI memang sangat panjang, sepanjang sejarah umat manusia itu sendiri. Ia dimulai dari sejarah para nabi terdahulu, sejarah nabi Muhammad sebagai pamungkas kenabian, diteruskan sejarah khulafa’, dinasti-dinasti Islam, pencapaikan budaya, prestasi ilmuwan muslim, dan seterusnya. Untuk mensiasati jam pelajaran yang terbatas, sejarah hidup nabi terdahulu dapat diambil sebagian, misalnya dibatasi pada nabi yang tergolong ulul azmi.

Sejarah tidak melulu politik

Dalam Islam, belajar sejarah bukanlah tanpa tujuan. Dalam al qur’an disebutkan

وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ فِي هَذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ[11]

Penguatan iman, nasehat dan pengingat bagi umat Islam adalah sebagai salah satu tujuan pembelajaran sejarah Islam. Jika dijabarkan lebih jauh, tujuan pembelajaran adalah untuk membekali murid sebuah pengetahuan tentang jati diri Islam yang mulia dan unggul. (al islaam, ya’luu wa laa yu’laa ‘alaih) dan mengantarkan anak didik menjadi insan yang beriman dan bertaqwa.

Dalam buku-buku sejarah peradaban Islam yang banyak beredar, pembahasan aspek politik menjadi kajian utama. Sehingga seringkali yang terbaca adalah peperangan dan perebutan kekuasaan menghiasi sejarah Islam. Padahal panggung sejarah peradaban Islam itu meliputi budaya, hukum, sosial, ekonomi, teknologi, dan politik. Maka, sangatlah penting untuk tidak terpaku pada aspek politik saja, melainkan juga harus melihat aspek hukum, sosial, budaya, pendidikan dan ekonomi. Dengan demikian, gambaran tentang kejayaan Islam niscaya akan terlihat dengan jelas dan utuh. Bagaimana peradaban Islam telah menerangi dunia dengan pengetahuan. Dan lebih ditekankan lagi adalah rumus-rumus kunci sehingga Islam mencapai puncak kejayaan peradaban.

 

Penutup

Materi pembelajaran SKI sangat diharapkan mampu memberi wawasan yang memadai bagi generasi Islam tentang sejarah Islam. Karena saat ini, pengetahuan sejarah dalam umat ini sangatlah rendah. Bagaimana mungkin, kita bisa menemukan kembali kejayaan Islam, jika bentuk kejayaannya sendiri kita tidak tahu atau lupa. Obyek kajian SKI sangatlah panjang dan luas. Dengan konsep kurikulum yang tepat, kita berharap tujuan dari pembangunan manusia Indonesia yang digariskan oleh para bapak pendiri bangsa, yakni membangun manusia Indonesia seutuhnya. manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, insyaallah dapat kita capai. Amiin.

Wallahu a’lam bisshowaab.

 

 

Daftar Pustaka

  1. Hasan Ibrahim Hasan, DR. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jld 2. Kalam Mulia, Jakarta, 2006
  2. Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam. Raja Grafindo, Jakarta, 1993.
  3. Muhammad bin Alawi al Maliki al Hasani, Keagungan Umat Muhammad, Bina Ilmu, Surabaya, 1990
  4. Maktabah syamilah

*Penulis adalah Direktur LPI al-Washoya, Ngoro, Jombang.

 

[1] QS. Al Baqoroh; 132

[2]القول في تأويل قوله تعالى : { وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ }

قال أبو جعفر: يعني تعالى ذكره بقوله:”ووصى بها”، ووصى بهذه الكلمة. عنى ب”الكلمة” قوله (3) “أسلمت لرب العالمين”، وهي”الإسلام”

[3] QS. Yunus 72

[4] QS. Yunus 83

[5] QS. Ali Imron

[6] أو بأن ديننا الإسلام الذي هو دين الأنبياء من قبلك

[7] حدثنا محمد بن بشار، قال: حدثنا أبو داود، قال: حدثنا همام بن منبه، عن عكرمة، عن ابن عباس، قال: كان بين نوح وآدم عشرة قرون، كلهم على شريعة من الحق

Asy-Syaikh Abdullah At-Turki, pentahqiq kitab sahih bukhari berkata bahwa ia tidak mengetahui riwayat ini dalam Shahih Bukhari, tetapi diriwayatkan Ibnu Jarir Ath-Thabari dalam Tafsir (29/99) dari jalan Ikrimah]

[8] Tafsir at thobary tentang surat al Baqoroh 132.

[9] Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, Imam Al-Qurthubi, I/4484

[10] حَدَّثَنَا سَهْلُ بْنُ أَبِي سَهْلٍ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي مَرْيَمَ عَنْ ابْنِ لَهِيعَةَ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ رَبِيعَةَ عَنْ أَبِي فِرَاسٍ أَنَّهُ سَمِعَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرٍو يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ صَامَ نُوحٌ الدَّهْرَ إِلَّا يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ الْأَضْحَى

[11] QS. Huud; 120

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *