Muslim Harus Hidupkan Semangat Penelitian

Inpasonline, 30/07/09

Kualalumpur: Peradaban sains dan teknologi terbangun dari tradisi penelitian yang memberi manfaat  bagi manusia. Karena itu umat Islam harus  mengembalikan keberhasilan dalam bidang ini yang pernah dikuasai oleh para ulama terdahulu. Demikian yang disampaikan Prof Dr Mohamed El-Gomati, seorang profesor Optik Elektronik Universiti York, Inggris. El-Gomati berpendapat  bahwa setiap langkah seharusnya diarahkan untuk menghidupkan kembali semangat penelitian sebagimana yang dilakukan oleh para ulama terdahulu. Kaum muslimin menurutnya, perlu melakukan pelurusan fakta sejarah yang menafikkan kebangkitan ilmuwan serta ahli sains Islam yang berhasil dalam bidang penelitian dan rekayasa.

“Sejarah peradaban dan sains yang sering diajarkan dalam sistem pendidikan berasal  dari sejarah Yunani, Romawi, Zaman Kegelapan, Kebangkitan, Perindustrian dan peradaban  moden hari ini. Padahal dalam Islam banyak ilmuwan yang berjasa dalam perkembangan ilmu sains,”katanya. Menurutnya banyak ilmuwan muslim yang lebih hebat dari Barat, diantaranya Ibn Sinna yang terkenal dalam ilmu kedokteran, Al-Biruni yang  menguasai bidang geografi, Abul Qassim yang membuat alat bedah, Al-Zahrawi, Al-Idrisis dan banyak lagi yang sehasusnya menjadi  idola umat Islam hari ini. Ia menyampaikan makalah berjudul ‘Belajar Dari Masa Lalu, Merencanakan Masa Depan’, pada seminar internasional Islam  di Kualalumpur.

Menurut El-Gomati, adalah tanggungjawab umat Islam hari ini untuk memahami perkembangan ilmu pengetahuan umat Islam masa lalu supaya dapat menggerakkan semua semangat mencari ilmu yang terus berkembang. Ia berkata, selain mengarahkan tumpuan kepada manfaat ilmu yang terus berkembang, usaha menghidupkan kembali kejayaan umat Islam dapat dilakukan dengan mempopularkan sejarah mengenai ilmuwan masa lalu. Langkah lain perlu dilaksanakan unuk menghasilkan buku sehingga bisa menarik para dermawan untuk menyumbangkan hartanya demi penelitian dalam bidang sains dan teknologi.


Pengagum penemu optik, Ibn Haitham ini, berkata bahwa perlu dilakukan usaha untuk memahami hal-hal yang menjurus ada penolakan terhadap hakikat sejarah keberhasilan ilmuwan Islam dalam bidang sains.

Dr Muhammad Afifi Al-Akiti  dari Felo Universiti Oxford, Inggris juga mengatakan bahwa penting mengembalikan semangat menguasai ilmu yang menjadi bagian dari fardu kifayah. Bahkan fardu kifayah itu  bisa berubah  menjadi fardu ain jika tidak ada seorang pun yang mengambil inisiatif melaksanakannya demi kepentingan umat manusia.

“Sebenarnya jika  amalan fardu kifayah tidak dilaksanakan berarti menjadi fardu ain, yaitu kewajiban semua individu. Contohnya solat jenazah adalah fardu kifayah tetapi jika tidak ada yang melakukannya, ia menjadi fardu ain dan semua harus melaksanakan amalan fardu kifayah itu,” katanya.

Ia berkata, ilmu penting membentuk serta merencanakan kehidupan manusia dengan syarat ia digunakan dengan cara yang betul, bukan untuk kerusakan. Bagi umat Islam, ilmu yang dipelajari bisa menjadi ibadah jika niatnya ikhlas kerana Allah SWT.

Kata Dr Al-Akiti, apa yang dilakukan ilmuwan Islam dahulu yaitu menerjemahkan ilmu yang dikuasai untuk menghasilkan apa yang terbaik bagi umat manusia dengan kesadaran bahwa perjuangan itu sebagian dari tuntutan agama.

“Imam as-Syafie berkata, ilmu adalah yang dimanfaatkan, bukan yang dihafal dan ini termasuk ilmu sekular karena ilmu perlu untuk kehidupan di dunia,” katanya. (hrn)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *