Taufiq Al Attas: Contohlah Ulama Dulu dalam Membangun Peradaban

Inpasonline, 29/07/09

Kualalumpur: Dunia Islam sekarang mengalami krisis identitas karena hanya melihat pencapaian peradaban yang dibangun umat Islam terdahulu. Keberhasilan itu hanya menjadi nostalgia tanpa mau memahami usaha yang dilakukan para ulama dalam mencapai keberhasilan tersebut. Hal ini dikatakan oleh Dr. Syaed Taufiq Ali Al Attas, putra Syed Naquib Al-Attas, pendiri ISTAC Malaysia.

Menurut Ketua Pengarah Institut Kefahaman Islam Malaysia (Ikim) ini, ilmuwan Islam dahulu  mendalami berbagai ilmu untuk membangun peradaban dengan antara lain menerjemahkan ilmu dari Barat agar dapat dipahami untuk kemudian dimanfaatkan demi kepentingan ummah.

“Ulama sekarang lebih cenderung melihat kepada isu hukum yang bersifat fardu ain tetapi tidak memikirkan perkara (fardu kifayah) yang memberi manfaat kepada pembangunan umat Islam,”katanya.

Menurutnya, dengan  tidak mengindahkan kebutuhan fardu kifayah menyebabkan umat Islam menjadi mundur dan dunia Barat terus berkembang maju dengan mendalami ilmu Islam. Malah Barat ada yang meniru apa yang telah dicapai umat Islam.

“Itu yang saya maksudkan dengan  krisis  identitas, padahal kita sudah punya panduan yaitu keberhasilan peradaban Islam dulu tetapi tidak dimanfaatkan,”tandasnya.

Kaum muslimin sekarang ini, menurutnya, hanya  sibuk pada perkara yang remeh yang hanya menjurus kepada kepentingan individu atau fardu ain.

“Memang tidak setiap orang wajib memikirkan tugas fardu kifayah,  tetapi pihak tertentu seperti ulama perlu memikirkannya untuk diterjemahkan dalam masyarakat,” katanya pada seminar  di Kualumpur tentang Peranan Umat Islam dalam Ilmu pada Abad 21.

Seminar dua hari itu bertujuan untuk mengetahui bidang baru yang bisa dipelajari, perkembangan penting dalam cabang ilmu, tantangan serta peluang bagi umat Islam pada abad ke-21 dan masa depan.

Turut dibahas antara lain adalah cara terbaik dan tindakan yang perlu diambil oleh umat Islam untuk menghadapi tantangan atau peluang yang ada dalam perkembangan ilmu pengetahuan abad ini. Sebanyak 24 makalah dibahas oleh pakar akademik setempat dan luar negari yang membeberkan sejarah peradaban, kelangsungan hidup manusia dan alam sekitar, perkembangan terbaru bidang sains, hubungan harmoni masyarakat serta kedudukan manusia dalam kemajuan ilmu, hikmah dan tradisi.

Syed Taufiq juga berkata, sebagian ulama hari ini hanya terjebak dalam bidang tertentu seperti berbicara mengenai hukum hakam atau isu halal haram yang membatasinya  memikirkan persoalan yang besar yang bisa memberi manfaat kepada masyarakat.

“Konsentrasi pada masalah remeh itu menjadikan kita terus mundur. Barat tidak menafikkan kepentingan individu tetapi mereka punya teori dan praktik. Jika perlu belajar dari Islam, mereka akan belajar dan kita sebaliknya malah terlenakan oleh  simbol yang dibuat Barat,” katanya. (hrn)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *