MODEL TERBAIK PEMBINAAN PERADABAN MANUSIA

Ilustrasi Islamisasi Ilmu Pengetahuan

*Oleh: Dr. Kholili Hasib

inpasonline.com – Islam memiliki sosok yang memang disiapkan untuk menjadi tokoh puncak pembangunan peradaban. Nabi Muhammad Saw adalah anugerah terbesar yang diberikan Allah Swt untuk umat manusia. Karena menjadi model abadi bagi peradaban manusia, maka segala sisi diberi kesempurnaan hingga menjadi al insanu al kamil (manusia sempurna).

Syekh al-Buthi menjelaskan, Nabi Muhamad Saw dipilih dari suku terbaik, dari rahim terbaik. Allah Swt memberi keistimewaan kepada bangsa Arab daripada bangsa-bangsa lain yang ada di bumi. Selama zaman fatrah (masa kekosongan dunia tidak ada Nabi) yang cukup lama itu, kerusakan manusia merata di seluruh bumi. Dari bangsa Persia, Romawi, Yunani, Hindia, dan lain-lain masing-masing berlomba-lomba melakukan kerusakan menyerupai binatang. Adapun kerusakan dari bangsa Arab lebih ringan, jika dibandingkan dengan bangsa-bangsa tersebut (Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthi, Fiqhu As-Sirah an-Nabawiyah, hal. 31).

Syekh al-Buthi menjelaskan alasan minimnya kerusakan yang terjadi pada bangsa Arab pada zaman itu. Jazirah Arab relatif tenang dan cenderung sepi dikunjungi bangsa-bangsa lain. Sehingga, lumayan jauh dari pengaruh bangsa-bangsa asing lain dari luar jazirah. Kunjungan bangsa lain tidak sampai mukim lama, biasanya untuk keperluan perdagangan.

Jika ditemui kerusakan perilaku jahiliyah, maka tidak menjadi kebiasaan yang benar-benar merati secara keseluruhan. Masih ada kelompok-kelompok – khususnya yang mukim di Makkah – yang menjaga tradisi kebaikan dari nenek moyangnya.

Keluarga Abdullah dan Aminah – orang tua nabi Saw – tidak memiliki catatan cela dan cacat dari segi perilakunya. Mereka berdua dari suatu klan bangsa Quraisy yang tidak minum arak, dan tidak ada yang berzina. Mereka merupakan klan suci dari bangsa Quraisy.

Suku Qurasy sendiri merupakan qabilah terbaik dari bangsa Arab. Karena itulah, bangsa Arab di Hijaz memilih Quraisy sebagai penjaga Ka’bah. Secara turun-temurun. Suku Quraisy dikenal memiliki kelebihan leadership (kemampuan memimpin) dan jujur. Sesuai dengan sabda Nabi Saw:

“Sesungguhnya Allah memilih Kinanah dari anak Nabi Isma’il. Dari keturunan Kinanan Alah memilih Quraisy. Dari keturunan Quraisy Allah memilih Hasyim. Dari Bani Hasyim Allah memilihku” (HR. Muslim).

Maka, kelahiran Nabi Saw pun dinanti-nantikan banyak orang. Dari berbagai suku. Bahkan hewan sekalipun. Berita tentang nubuwah Nabi Muhammad Saw sudah “viral” di kalangan bani Israil dan orang Nasrani.

Artinya, sosok Nabi Muhammad Saw melewati batas ruang dan waktu tertentu. Imam Qadhi Iyadh menerangkan, bahwa dua abad sebelum Nabi Adam as diciptakan, ruh dan cahaya Nabi Muhammad sudah ada (Qadhi Iyadh, As-Syifa’ bi Ta’rifi Huquqi al-Musthafa, hal. 43). Riwayat-riwayat tentang cahaya Nabi Saw yang lebih dulu ada dicatat dalam kitab Maulid Simthu al-Dhurar, karya Habib Ali Al-Habsyi. Berita-berita tentang keistimewaan Nabi Akhir Zaman itu sudah akrab di kalangan orang-orang beragama yang mengikuti nabi-nabi terdahulu.

Karena itu, begitu beliau lahir, maka semua makhluk menyambutnya. Sebab, enam abad lamanya bumi diselimuti kerusakan yang sangat parah dan sampai pada puncak kebejatan manusia. Bumi seakan muak dengan segala kerusakan. Maka, begitu Nabi lahir ke bumi, maka makhluk yang ada di bumi dan langit menyambutnya dengan gembira. Habib Ali Al-Habsyi dalam Simthu al-Dhurar menerangkan riwayat bahwa hewan-hewan yang dipelihara bangsa Quraisy mengeluarkan suara-suara fasih (nathaqat bi fasihi al-‘ibarah). Seakan berbicara memberitakan akan datangnya rahmat bagi alam semesta.

Syekh Al-Buthi menulis, karena begitu hebatnya kemunculan Nabi Saw di bumi, maka sampai-sampai api bangsa Persia yang disembah sempat padam. Kursi raja Persia hampir saja jatuh karena kerasnya getaran seiring dengan kemunculan bayi bernama Muhammad bin Abdullah. Fenomena alam ini sesungguhnya memberi isyarat bahwa kemajusian bangsa Persia akan padam. Diganti dengan terangnya cahaya Islam. Sekaligus akan takluknya kerajaan super power Persia oleh bangsa Muslim.

Maka wajar Abul Hasan Ali an-Nadawi dalam Madza Khasiral ‘Alam binkhitatil Muslimin berpendapat bahwa kemunculan Nabi Saw adalah cahaya pembangun peradaban manusia yang enam abad sempat hancur, dan kewafatan Nabi Saw adalah kerugian besar bagi dunia. Lebih-lebih setelah Muslim tidak lagi mengambil puncuk pimpinan dunia. Pelajaran penting dari buku an-Nadawi ini adalah pentingnya melahirkan sosok-sosok manusia yang meniru kesempurnaan Nabi untuk mengambil alih kepemimpinan peradaban dunia saat ini.

Nabi Saw adalah insan kamil (manusia sempurna). Prof. Sayid Muhammad bin Alwi al-Maliki menulis kitab khusus menelaah sisi kesempurnaan Nabi Saw, berjudul Muhammad Al-Insan Al-Kamil. Mulai dari kesempurnaan sisi batin, dan kesempurnaan sisi lahirnya. Termasuk akal dan kecerdasannya. Sayid al-Maliki dalam kitab itu menerangkan, manusia di muka bumi ini yang paling cerdas dan paling tajam akalnya adalah Nabi Muhammad Saw.

Agama Islam mendapatkan Nabi seperti Muhammad Saw adalah anugerah besar yang tidak diperoleh oleh umat-umat para nabi terdahulu. Kesempurnaan Nabi Saw bersifat abadi. Karena itu, ia lebih pantas untuk dijadikan model (uswah) setiap saja dari umat manusia yang ingin menjadi bangsa yang baik.

Dalam hal ini Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas menulis: “Beliau (Nabi Saw) mewakili wujud kesempurnaan dan penghabisan pada manusia. Beliau adalah teladan sempurna bagi setiap Muslim laki-laki dan perempuan, remaja, paruh baya, dan orang tua. Sehingga Muslim tidak mengalami krisis identitas, maupun pencarian tragis dan yang tak berbuah hasil karena memisahkan makna dan nasib” (Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islam and Secularism, hal. 87).

Karena itu, peradaban umat Muslim tidak pernah mengalami krisis identitas. Mereka dari dahulu hingga kini tetap berjalan dan berada pada jalur yang tetap. Tidak berubah-ubah dan stabil. Hal ini berbeda dengan masyarakat Barat sekular yang tidak menemukan sosok model abadinya. Sehingga mereka, sebagaimana dijelaskan oleh Prof. Wan Mohd Nor Wan Daud, bergerak di dalam lingkaran ketidakbahagiaan yang tidak putus-putus di mana setiap generasi terus-menerus tidak puas dengan nilai-nilai kehidupannya sendiri.

Sedangkan umat Muslim memiliki budi-pekerti yang didasarkan oleh pandangan alam Islam yang berpusat pada Nabi Muhammad Saw sebagai modelnya. Masyarakat Muslim dipandu oleh peradaban berbudi yang suci yang disebut al-hadharah al-fadhilah sebuah peradaban yang penuh nilai-nilai akhlak suci (Wan Mohd Nor Wan Daud, Kenirwaktuan Nabi Muhammad di dalam Peradaban Islam).

Sementara masyarakat modern Barat sekular yang tidak menemukan kepastian nilai-nilai hidup itu lantas mencari-cari sendiri. Selalu berubah-ubah sesuai selera dan pilihan. Antara tokoh satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Bahkan saling berselisih. Karena itulah peradaban masyarakat Barat itu peradaban yang ‘belum jadi’. Tidak menemukan identitas jati diri yang abadi. Sesuatu yang selalu berganti-ganti membuat umat manusia kekurangan kebahagiannya.

Pandaan, 12 Rabiul Awwal 1444 H.

Selamat Memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *