Mengenang Biografi dan Pemikiran Syaikh Wahbah Zuhaili

Written by | Berita

Wahbah ZuhailiInpasonline.com-Dunia Islam berduka. Salah seorang ulama Ahlussunnah terkemuka di abad ini, Syaikh Wahbah bin Mustofa Zuhaili pada Sabtu (8 Agustus 2015) dikabarkan berpulang di Damaskus Suriah pada usia 83 tahun.. Ia merupakan salah satu ulama Sunni terkemuka pada masa ini. Popularitasnya tidak hanya di Suriah atau Timur Tengah saja, tapi juga mendunia termasuk dikenal baik umat Islam Indonesia.
Beberapa jabatan keilmuan di beberapa negara Timur Tengah pernah ia pegang. Ia menjabat sebagai Dewan Fiqh di Makkah, Jeddah, India, Amerika dan Sudan.
Wahbah az-Zuhaily mengarang lebih dari 200 kitab. Mulai dari buku yang terdiri dari 16 jilid, sampai artikel-artikel melebihi 500 buah. Salah satu bukunya yang banyak dikenal di Indonesia adalah; al-Fiqh al-Islamiy wa Adillatuhu dan Tafsir al-Munir. Al-Fiqh al-Islamiy wa Adillatuh, adalah kitab fikih kontemporer yang sangat penting dalam pengkajian fikih komparatif. Buku ini untuk pertama kalinya dicetak oleh Dar al-Fikr di Damaskus pada tahun 1984, terdiri dari 9 jilid besar.
Mayoritas kitab yang ditulisnya menyangkut fikih dan ushul fikih. Namun, ia juga menulis kitab tafsir sampai enam belas jilid.
Karena keseriusannya dalam ilmu, Dr.Badi` As Sayyid Al Lahham dalam biografi Syeikh Wahbah dalam buku yang berjudul, Wahbah Az Zuhaili al -`Alim, Al Faqih, Al Mufassir mengumpamakannya seperti Imam As Suyuthi (w. 1505 M) yang menulis 300 judul buku di masa lampau.
Menurut kabar dari murid-murdinya, Syeikh Wahbah meluangkan waktu sekitar 15 jam per hari untuk menulis dan membaca. Sehingga beliau mampu membuahkan karya-karya yang monumental setingkat ensiklopedi.
Syeikh Wahbah lahir tanggal 6 Maret 1932, daerah Qalmun, Damaskus, Suriah dari orangtua yang terkenal dengan kesalehan dan ketakwaannya.
Ayahnya, Musthafa az-Zuhaili dikenal seorang penghafal Al-Quran, ibunya Fathimah binti Musthafa Sa`dah,[ dikenal dengan sosok yang kuat berpegang teguh pada ajaran Islam. Syeikh Wahbah belajar Al-Quran dan menghafalnya dalam waktu relatif singkat.
Setelah menamatkan sekolah dasar, ayahnya menganjurkan kepada Wahbah untuk melanjutkan sekolah di Damaskus. Pada tahun 1946, Wahbah pindah ke Damskus untuk melanjutkan sekolah ke tingkat Tsanawiyah dan Aliyah. Setelah itu, ia melanjutkan ke perguruan tinggi dan meraih gelar sarjana mudanya di jurusan Ilmu-ilmu Syari`ah di Suriah.
Ia pindah ke Mesir, dan kuliah di dua universitas sekaligus, yakni Universitas Al-Azhar (pada jurusan Syari`ah dan Bahasa Arab) dan Universitas Ain Syams (jurusan hukum).
Setelah menyelesaikan di dua universitas tersebut, ia melanjutkan jenjang magister Universitas Cairo, (jurusan Hukum Islam). Hanya dalam waktu dua tahun, program magisternya dengan judul tesis adz-Dzara’i` fi as-Siyasah asy-Syar`iyyah wa al-Fiqh al-Islamiy sudah diselesaikan.
Syeikh Wahbah kemudian melanjutkan pendidikannya doktoral dan lulus dengan disertasi Atsar al-Harb fi al-Fiqh al-Islamiy: Dirasatan Muqaranatan tahun 1963 dengan predikat “Sangat Memuaskan” (Syaraf ula), dan direkomendasikan dicetak dan dikirim ke universitas-universitas luar negri.
Pada tahun 2014 beliau masuk daftar 500 tokoh Muslim berpengaruh di dunia (The Muslim 500: The World’s 500 Most Influential Muslims, 2014/15, hal 103).

Mengenai fenomena liberalisme, menurutnya aliran liberal tidak punya sama sekali. “

Kaum Liberal itu, menurut saya tidak punya nilai sama sekali. Kebenaran itu lebih berhak untuk diikuti. Ketika Nabi Muhammad saw datang, umatnya menyembah berhala. Lalu beliau membebaskan Makkah Al-Mukarramah. Itu adalah kemenangan yang agung dengan mengumumkan tauhidullah dan membatalkan penyembahan terhadap berhala.

Ketika menaklukkan Mekah pada abad ke-8 Hijriyah beliau menegaskan: “Kebenaran telah datang dan kebatilan pun kalah. Sesungguhnya kebatilan itu kalah.” Mereka (kaum Liberal, red) itu seperti katak. Saya menyamakan mereka dengan katak, karena mereka berteriak tanpa memahami apa yang mereka lakukan.

Mereka memiliki karakter sebagai agen pemikiran dan politik amerika, serta memusuhi Islam. Mereka itu sebetulnya adalah para agen suruhan. Agen suruhan itu seperti lazimnya sangat terhina, pikirannya lemah dan kegiatannya tidak mendatangkan kebaikan. Insya Allah dalam muktamar ini kita akan bicara tentang mereka, lalu kita letakkan  garis pemisah antara Islam yang benar dan yang bukan”, kataya seperti diberitakan hidayatullah.com beberapa tahun lalu.

Syeikh Wahbah az-Zuhaili mengajak umat untuk menyatukan barisan. Dalam bahasa doa, ia memohon kepada Allah untuk memberi petunjuk kepada seluruh pemimpin Islam, untuk mengembalikan kedamaian, dengan syarat kembali kepada al-Qur’an al-Karim dan Sunnah Rasulullah.

Selain mengajak bersatu, Ia juga mengharap semua negara kaum Muslimin menjadi negara damai, dibebaskan dari kekerasan dan ekstrimisme.

*Dari berbagai sumber

Last modified: 10/08/2015

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *