Inpasonline, 24/11/10
SEPANG–Menteri di Departemen Perdana Menteri Malasyia, Datuk Seri Jamil Khir Baharom, mengatakan keputusan pemerintah Malaysia menetapkan tanggal Adha pada 17 November lalu, yang tidak sama dengan Arab Saudi, berdasar Rukyah dan hisab sebagaimana penetapan 1 Ramadan dan Idul Fitri.
Menurutnya, penetapan dan pengumamam Idul Adha oleh pemerintah Arab Saudi tidak harus berlaku di Malaysia karena ada perbedaan waktu, matlak (tempat terbit dan terbenamnya matahari) dan kriteria penetapan awal hijrah antara kedua negara.
Justru, kata dia, umat Islam di Malaysia harus menerima pengumaman yang dibuat oleh Segel Besar Dewan Raja-Raja Melayu yang menetapkan 17 November sebagai tanggal Adha (10 Dzulhijjah), sedangkan tanggal 18, 19, dan 20 November 2010 sebagai hari tasyrik.
Berdasarkan catatan observasi bulan Dzulhijjah 1431 Hijriah di 30 tempat observasi resmi di seluruh negara oleh Departemen Mufti Negeri-Negeri di Malaysia pada 6 November lalu (Sabtu), ahli falak menemukan hilal tidak terlihat di semua lokasi observasi, sekaligus memungkinkan mereka menetapkan Hari Raya Korban di 17 November.
Hasil data pengamatan ini diperoleh setelah anggota Falak menemukan posisi hilal (anak bulan) tidak memenuhi kriteria ketetapan Imkanur-Rukyah, “katanya ketika ditemui wartawan setelah menjemput kedatangan kelompok pertama 450 jemaah haji Malaysia yang naik pesawat MH8021 di Bandara Internasional Jakarta (KLIA) di sini, semalam.
Sehubungan itu, Jamil Khir membantah Anggota Parlemen Kubang Kerian, Kelantan, Salahuddin Ayub yang mengklaim penetapan Idul Adha berbeda dua hari dengan tanggal dan waktu wukuf di Arab Saudi. (Bhrn/r)