“Pelaksanaan salat Id karena berdasarkan pengamatan bulan yang sudah kami lakukan sejak bulan Sya’ban dan di pertengahan bulan Ramadhan menggunakan kain hitam,” ujar pimpinan jamaah An Nadzir tersebut.
Di samping itu, ia juga melihat air pasang di laut yang terpengaruh oleh posisi bulan dan matahari yang didukung oleh tanda-tanda alam lain. Hasilnya, hari ini merupakan puncak tertinggi air laut pasang yang menunjukkan bulan baru, sebagaimana pengamatan mereka di Kabupaten Takalar.
Penetapan seperti itu, tegas Lukman A Bakti, sudah sesuai dengan syariat Islam yang bisa dilihat dengan tanda-tanda alam. Apalagi puasa yang kami laksanakan ini sudah genap 30 hari, jadi sudah seharusnya kami berlebaran hari ini.
Jamaah An Nadzir di Sulsel sendiri didirikan oleh KH Syamsuri Majid pada 1998. Awalnya bernama Majelis Jundullah, karena identik dengan Laskar Jundullah, nama kelompok ini pun berubah menjadi An Nadzir.
Kelompok ini membentuk perkampungan sendiri dan hidup dengan menanam padi di sekitar pemukiman yang berupa rumah pondok dari bambu. Selain itu waktu salat mereka berbeda dengan pemeluk Islam lainnya.
Pengikut jamaah An Nadzir di kampung Mawang, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan dan berjumlah sekitar 300 orang. Kaum prianya dapat ditandai dengan rambut panjang yang diwarnai atau dicat pirang.