Fakta ini terungkap dalam insiden di SD Negeri Mangunjaya 01 & 05 pada Kamis (6/10/2011), dan di SD Islam Al-Hikmah pada Kamis, (13/10/2011). Selain sekolah-sekolah tersebut, beberapa SD Negeri lain juga menjadi korban oknum missionaris ini, antara lain: SDN Mekarsari 03, SDN Mekarsari 06, SDN Mekarsari 07, SDN Mekarsari 08, dan masih banyak lagi. Modusnya, belasan misionaris ini masuk ke sekolah-sekolah menawarkan program edukasi dan motivasi yang mendompleng program Mobil Pintar.
Dalam aksinya, belasan misionaris ini menyebarkan kekristenan melalui cerita-cerita, renungan dan lagu-lagu Kristen. Yang membuat resah pihak sekolah, para misionaris ini membagi-bagikan tas dan alat tulis bercorak Kristen yang memuat ayat-ayat Bibel. Prosesi puncaknya, para misionaris itu melakukan doa pemberkatan dan menciprati siswa-siswi SD dengan air yang mereka yakini sebagai air suci.
Muhammad Faisal M.Pd., Praktisi Pendidikan Luar Sekolah (PLS), menyayangkan insiden bernuansa SARA yang mencoreng dunia pendidikan tersebut. Menurutnya, pemurtadan di kalangan sekolah adalah pembodohan terhadap umat Islam yang harus diperangi.
“Bila ditunggangi misi Kristenisasi, maka Mobil Pintar itu tidak mencerdaskan, tapi justru membodohi umat,” ujarnya kepada wartawanvoa-islam.com, Jum’at (14/10/2011).
Menurutnya, misi terselubung dalam Mobil Pintar di SD Bekasi adalah penyimpangan yang harus diusut tuntas oleh pemerintah, karena mencoreng nama Ibu Negara sebagai pemrakarsa program tersebut.
“Seharusnya, sebagai perpustakaan berjalan, Mobil Pintar itu harus menyediakan aneka buku bacaan untuk rakyat. Anehnya, Mobil Pintar di Bekasi ini berisi roti, susu dan alat tulis bercorak Kristen yang disinyalir untuk program kristenisasi terselubung. Ini memalukan dunia pendidikan,” kecam Faisal yang juga Pembina Gerakan Pelajar Anti Pemurtadan Bekasi (GPAPB) itu. “Usut tuntas penyalahgunakan Mobil Pintar ini. Secara tidak langsung, oknum-oknum ini mencatut Ibu Ani Yudhoyono,” tandasnya.
Selain mendesak pemerintah mengusut tuntas, Faisal mengimbau umat Islam untuk bersatu memerangi gerakan pemurtadan, karena misi mereka sudah melampaui batas kewajaran.
Senada itu, Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Bekasi, Bernard Abdul Jabbar mengecam keras misi Kristen yang dipaksakan ke dunia pendidikan secara licik itu. Menurutnya, kristenisasi berkedok Mobil Pintar ini adalah gaya baru pemurtadan untuk mengejar target menjadikan Indonesia 50 persen Kristen.
“Kristenisasi yang dilakukan terhadap SD Negeri dan SD Islam di Mangunjaya Tambun Bekasi ini adalah modus baru. Misi terselubung yang mempergunakan fasilitas negara ini mereka lakukan untuk mengejar program jangka panjang limapuluh tahunan. Mendekati tahun 2020 ini mereka ingin mengkristenkan Indonesia dengan menargetkan 50 persen Kristen,” ujarnya di kantor Dewan Dakwah Bekasi, Kamis malam (13/10/2011). “Mereka tak segan-segan mencatut yayasan yang digawangi Ibu Ani Yudhoyono,” tambahnya.
Menurut dai yang akrab disapa Ustadz Bernard ini, kelicikan misi kristenisasi di SD Negeri dan SD Islam itu biasa dijustifikasi dengan ayat-ayat Alkitab (Bibel). “Apa yang mereka lakukan ini mengacu pada Injil Matius pasal 10 ayat 16. Mereka licik seperti ular dan santun bagai merpati,” jelasnya.
Karenanya, Bernard mengimbau para guru baik guru SD Negeri maupun guru SD Islam agar meningkatkan kewaspadaan dalam menjaga akidah anak didiknya.
“Para guru harus selalu waspada dan mengawasi gerak-gerik misionaris di dunia pendidikan,” ujar ustadz mantan misionaris Katolik ini.
Agar insiden SARA di dunia pendidikan ini tidak terulang, Bernard mendesak pemerintah untuk menangkap dan mengusut tuntas para misionaris berkedok Mobil Pintar itu. “Pemerintah harus menindak tegas oknum-oknum tak bertanggung jawab yang memakai fasilitas negara dan mencatut yayasan para pejabat negara. Bila tidak, maka dunia pendidikan akan kacau karena bisa memicu sentimen SARA antikristen,” pungkasnya.
Para Guru Memang Sudah Curiga
Menurut kesaksian para guru, cara-cara yang ditempuh para missionaris Kristen ini sangat licik dan halus. Mulanya, Jum’at (30/9/2011), Lina, aktivis Kristen yang mengaku dari Mobil Pintar mendatangi kepala sekolah SDN Mangunjaya 05, menawarkan program edukasi dan movitasi cuma-cuma kepada siswa. Lina menjamin bahwa tak ada misi agama apapun dalam program tersebut.
“Mereka datang ke sini menawarkan program edukasi. Pihak sekolah bertanya, ‘Ini ada misi tidak?’ Mereka menegaskan bahwa tidak ada misi apapun. ‘Kami tidak membawa misi apapun. Kami adalah Mobil Pintar yang jelas-jelas mencerdaskan generasi Indonesia untuk berpikir kritis dan melakukan perubahan di Indonesia,’” papar Rahma, guru kelas 3 kepada voa-islam.com, Kamis (13/10/2011).
Setelah disepakati, maka pada hari Kamis, (6/10/2011) lima belas orang Tim Mobil Pintar menggelar acara edukasi di SDN Mangunjaya 05. Uniknya, jelas Rahma, Tim Mobil Pintar itu minta guru-guru SD keluar ruangan, lalu menutup pintu. Mereka tidak mau ada guru yang mendampingi siswa-siswi di kelas.
Tepat jam 11.00, giliran ke kelas 3 yang akan dimasuki Tim Mobil Pintar. Sebagai guru kelas, Rahma menanyakan detil acara yang akan dilangsungkan. Berta, seorang petugas dari Mobil Pintar menjawab bahwa acaranya hanya sekedar motivasi. Rahma pun minta agar dirinya mendampingi murid-muridnya dalam acara tersebut, tapi Berta ngotot tidak mau didampingi guru SD.
Tak kalah keras, Rahma bersikukuh harus mendampingi murid-muridnya. “Sebagai guru saya harus mendampingi murid-murid saya. Pokoknya saya harus tahu, saya harus di ruangan,” tegasnya.
Karena dalam pemaparannya Berta mengarahkan ke doktrin Kristen, maka dengan tegas Rahma minta agar acara dihentikan. “Konsep agama dia beda dengan ajaran Islam tentang taubat, istigfar dan amal shalih,” jelas Rahma.
Berta terus saja menjelaskan bahwa setiap orang punya dosa dan tidak bisa membersihkan diri dari dosa kecuali dengan air kehidupan. “Diri kalian akan berubah menjadi sesuatu yang baru apabila di dalam darah kalian mengalir air kehidupan,” ujar Rahma menirukan.
Sejurus kemudian Berta minta anak-anak angkat tangan ke depan dan menuntut untuk berbaiat, “Saya berjanji untuk berubah dengan air kehidupan.”
Rahma pun hilang kesabaran, spontan berteriak, “Ini pembaptisan!”
Ia bereaksi keras menolak. Maka seluruh acara distop. Berta dan teman-temannya marah dan protes. “Ibu, kami akui kami semuanya Kristen, tapi acara ini sama sekali tidak ke arah itu. Ibu menuduh kami!”
Rahma balik membentak, “Tapi arah ke situ kami sudah tahu. Kalian bisa membodohi dan membohongi murid-murid kami, tapi kami tidak. Kami dari pihak sekolah memutuskan stop acara ini!” ketusnya.
Tak surut akal, para misionaris dari Mobil Pintar itu mengambil tas milik siswa, ditukar dengan tas bercorak Kristen. “Tas anak-anak diambil, diganti dengan tas label-label Kristen yang di dalamnya ada salib,” ujar Rahma. Tas yang dibagikan kepada siswa-siswi itu bertuliskan ayat Alkitab (Bibel): “Tuhanlah yang memberikan Hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian. Hikmat dan pengertian ada padaku” (Amsal 2:6).
Dari insiden tersebut, Rahma berharap agar pemerintah mengusut dan menindak tegas oknum misionaris yang memperalat Mobil Pintar sebagai alat pemurtadan.
“Anggota DPRD komisi D dan Ketua Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi sudah berjanji akan melakukan investigasi langsung ke sini, tapi sampai sekarang sudah sepekan, belum ada kabar lagi,” pungkasnya. (mm/voa-al-Islam)