Islamisasi Ilmu Pengetahuan Modern dan Reformasi Pendidikan

Oleh: Masruli Abidin

 

DSC_9984Inpasonline.com-Reformasi pendidikan[1] adalah sebuah keniscayaan, dan suatu hal yang urgen. Urgen dalam menghadapi masalah umat (malaise ummah) yang terletak pada front politik, front ekonomi, dan front religio-kultural. Dari front politik, pemerintah kolonial telah menghancurkan seluruh institusi politik negara Islam, yang mengakibatkan ummah terpecah-pecah dan saling menghantam diantara mereka dan masinisasi politik dilakukan mengeksploitir friksi perbatasan dan menciptakan sebab-sebab untuk terjadinya alienasi dan permusuhan diantara negara Islam. Sedangkan dari front ekonomi, ummah belum maju dan terbelakang disebabkan karena kapitalisme Barat. Dan dari front religio-kultural, menyebabkan berkembangnya buta huruf, kebodohan dan tahayul. Hal-hal ini menyebabkan seorang muslimin lari kedalam keyakinan buta, bersandar kepada literalisme dan legalisme.[2]

Sebab terjadinya malaise umat ini adalah dikarenakan kesalahan sistem pendidikan yang bersifat merata dan umum ditengah-tengah umat yang sampai saat ini masih belum bisa diatasi. Khususnya dalam sistem pendidikan Islam yang mengalami penyempitan dalam pemaknaannya dalam berbagai dimensi.

Penyebab dari kesalah sistem pendidikan ini disebabkan oleh sekularisasi ilmu yang dikembangkan dan disebarkan oleh peradaban Barat melalui ideologinya dan para mahasiswa-mahasiswa yang mengemban ilmu di Barat. Oleh karena itu, inilah alasan yang melatar belakangi perlunya reformasi pendidikan melalui Islamisasi ilmu pengetahuan.

Islamisasi Ilmu Pengetahuan atau Islamization of Knowledge adalah sebuah gagasan yang juga timbul akibat adanya dikotomi ilmu pengetahuan, pemisahan ilmu umum dan agama. Ini semuanya akibat dari westernisasi pendidikan. Maka dari itu, Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengembalikan ilmu pengetahuan pada pusatnya yaitu “tauhid”.[3]

Ide Islamisasi ilmu pengetahuan ini sebenarnya sudah mucul pada permulaan Islam, dan dimunculkan kembali oleh Syed Hossein Nasr, pemikir muslim Amerika kelahiran Iran, tahun 60-an. Beliau menyadari akan adanya bahaya sekularisme dan modernisme yang mengancam dunia Islam, karena itulah beliau meletakkan asas untuk konsep sains Islam dalam aspek teori dan praktikal.[4] Kemudian dikembangkan oleh Syed M. Naquib al-Attas sebagai proyek “Islamisasi” yang mulai diperkenalkannya pada Konferensi dunia mengenai Pendidikan Islam yang Pertama di Makkah pada tahun 1977.[5] Gagasan awal dan saran-saran konkrit yang diajukan al-Attas ini, tak pelak lagi, mengundang pelbagai reaksi dan salah satunya adalah Ismail Raji al-Faruqi dengan agenda Islamisasi Ilmu Pengetahuannya. Dan hingga saat ini gagasan Islamisasi ilmu menjadi misi dan tujuan terpenting (raison d’etre) bagi beberapa institusi Islam seperti International Institute of Islamic Thought (IIIT),ISTAC.

Dalam tulisan yang sederhana ini, penulis mencoba menyoroti dan menjelaskan, pertama, problem pendidikan. Kedua, Solusi mengatasi masalah pendidikan dengan reformasi pendidikan melalui Islamisasi ilmu pengetahuan modern. Ketiga, Aplikasi reformasi pendidikan melalui Islamisasi ilmu pengetahuan modern.

 

  1. Problem Pendidikan

Salah satu persoalan pelik yang dihadapi masyarakat sebagai penyebab kemunduran ummah dalam bidang politik, ekonomi dan religio-kultural, adalah persoalan pendidikan. Ada beberapa masalah diantaranya. sekularisasi, pendidikan di dunia Islam, kurangnya wawasan Islam;

 

  1. Sekulerisasi

Istilah sekuler, berasal dari bahasa Latin saeculum, menyampaikan arti dengan konotasi ganda ditandai waktu dan lokasi; waktu mengacu pada pengertian ‘sekarang’ atau ‘sekarang’ itu, dan lokasi ke ‘dunia’ atau ‘duniawi’ rasa itu. Jadi saeculum berarti ‘zaman ini’ atau ‘saat ini’ mengacu pada kejadian di dunia ini, dan itu juga berarti ‘peristiwa kontemporer’.[6] Jadi konsep sekuler mengacu pada kondisi dunia pada saat ini. Tempo atau zaman ini.[7]

Menurut Al-Attas, perpaduan komponen dalam dimensi sekularisasi adalah, penghilangan pesona dari alam (disenchantment of nature),peniadaan kesucian dan kewibawaan agama dari politik (desacralization of politics), dan penghapusan kesucian dan kemutlakan nilai-nilai agama dari kehidupan (desonsecration of values)[8]. Sekularisme adalah kekuatan utama di balik modernitas peradaban barat.[9] kekuatan-kekuatan ini merupakan tantangan serius tidak hanya untuk Islam tapi juga untuk Kristen dan Yahudi.[10]

Sekulerisasi didefinisikan sebagai pembebasan manusia pertama dari agama dan kemudian dari kontrol metafisik atas nalar dan bahasa. ini adalah pengaturan bebas dunia dari pemahaman agama dan semi-agama itu sendiri: Guna menepis semua pandangan dunia tertutup; pemecahan semua mitos supranatural dan simbol suci.[11]

Sekularisasi dikaitkan dengan ilmu pengetahuan adalah penyingkiran segala unsur spiritual dari objek-objek ilmu yang pada suatu masa merupakan bagian yang integral dalam pandangan keilmuan.[12]

Sekularisasi ilmu pada hakekatnya merupakan bentuk spesifik westernisasi ilmu[13]-merupakan salah satu bentuk naturalisasi,[14]yang warisan keilmuan Islamnya diadaptasi dan diasimilasi kedalam nilai-nilai budaya dan ideologis Barat yang bersifat sekuler.[15]

Konsepsi Barat tentang ilmu yang didasarkan atas pengalaman dan kesadarannya pasti mengarah kepada sekularisasi. Oleh karena itu, tidak ada keraguan bahwa jika para sarjana dan cendekiawan muslim yang sekuler membiarkan dirinya bingung dan dibiarkan mengelirukan pemuda Islam dalam ilmu, maka deislamisasi[16] fikiran orang Islam akan berlangsung terus dengan kegigihan dan dilaksanakan dengan lebih hebat, dan akan mengikuti jalan sekularisasi yang sama pada generasi mendatang.[17]

Dampak sekularisasi dalam pendidikan telah menghilangkan dimensi moral dari pendidikan dan merusak tujuan pendidikan yang menghasilkan dikotomi[18] antara pendidikan agama dan pendidikan umum. Sedemikian hebatnya dikotomi tersebut sehingga menggoyangkan integritas konsepsi pendidikan Islam, sistem pendidikan terbelah menjadi dua, “sistem modern sekuler dan sistem Islam” yang tidak holistic. Hal ini sering disebut sebagai lambang kejatuhan Muslim.[19]

Oleh karena itu, jika kelemahan dari aspek pendidikan ini dibiarkan terus menerus, niscaya akan melestarikan keterbelakangan umat Islam dan menjadikan Umat Islam sebagai bangsa kedua karena tidak konsern dengan ajaran Islamnya[20]. Semakin jauhnya umat Islam dari hakekat Islam, kemudian di dukung oleh sekularisme maka tak pelak lagi dikotomi dalam diri umat Islam sulit dihindari khusunya dalam dunia pendidikan.

  1. Pendidikan di dunia Islam

Upaya pendidikan di dunia Islam telah berbuat banyak untuk membangun pendidikan. Yaitu upaya dalam membangun sistem pendidikan, maupun fasilitas pendidikan yang dapat memberdayakan masyarakat yang komprehensif dan berkelanjutan..[21]ini termasukketentuanutamadalam peradabankebesaranIslam.

Dalam keyataannya pendidikan di dunia Islam adalah yang terburuk, yang sampai saat ini belum diselesaikan. Keburukan ini dikarenakan berbagai pengaruh dari ideologi asing, pemikiran dan lainnya yang telah memberikan banyak penyimpangan yang di ciptakan dimasa pemerintahan kolonial dan menghasilkan sistem pendidikan sekuler yang telah diadopsi oleh sistem pendidikan Islam pada waktu itu.[22]

Sistem pendidikan sekuler di dunia Islam dibangun dengan mengajarkan nilai-nilai dan metode Barat tanpa dipandu oleh warisan Islam yang membuat lulusannya tidak tahu warisan Islam. untuk selanjutnya tanpa ketentuan agama ini, para lulusan diajarkan dan dibesarkan tanpa dasar agama. dalam arti mereka hanya mencerminkan sistem pendidikan Barat yang merupakan hasil adopsi dan pemuda telah di westernisasikan oleh para dosen di universitas Islam.[23]

Westernisasi pendidikan sebagai penghasil sekularisasi ilmu di dunia Islam juga diwujudkan oleh keraguan yang berkembang, memberikan informasi yang salah tentang pengikutnya, mengecilkan peran Islam dalam sejarah kebudayaan islam, mengingkari tonggak sejarah kebudayaan Islam dan spiritualitas muslim yang dicontohkan sebelumnya, dan kemudian merusak nilai-nilai hari ini.[24]

Menurut Dr. Hamid Fahmi Zarkasy, Selain problem keilmuan yang berasal dari masuknya konsep-konsep, ide-ide dan paham-paham asing kedalam pendidikan dunia Islam, secara internal ummat Islam juga memiliki problem yang tidak kalah seriusnya. Problemnya adalah lemahnya tradisi pengkajian ilmu-ilmu pengetahuan doktrinal maupun spekulatif.[25]

Dari deskripsi diatas bahwasannya problem pendidikan hari ini berasal dari sekularisasi yang masuk kedalam tubuh umat Islam dan mempengaruhinya. Dan juga dikarenakan kurangnya wawasan Islam dan pengkajiannya sebagai sumber utama islam.

  1. Kurangnya wawasan Islam

Wawasan Islam adalah esensi islam yang harus di miliki setiap ummat islam,[26] esensi inilah yang membentuk pemahaman umat Islam dalam menghadapi era modernitas.

Dalam kenyataannya wawasan Islam telah ditinggalkan oleh ummat Islam. kenyataannya terbukti dari hilangnya perhatian tentang kualitas pendidikan Islam, dan kecenderungan menuju ke pendidikan sekuler modern yang tinggi peradabannya.

Kurangnya wawasan Islam ini disebabkan oleh westernisasi islam yang bertujuan untuk mendistorsi pemahaman asli dari Islam dan menghilangkan ciri khas yang membentuk esensi.[27] westernisasi inilah sebab dari hilangnya esensi wawasan islam. oleh karena itu dibutuhkan solusi dalam menghadapi atau mengatasi permasalahan ini.

 

 

 

 

  1. Konsep Islamisasi Ilmu Pengetahuan Modern Sebagai Solusi Reformasi Pendidikan

Dalam mengatasi semua masalah pendidikan diatas, maka solusinya adalah reformasi pendidikan melalui Islamisasi pengetahuan modern. Dalam hal ilmu sebagai jalan reformasi pendidikan. Saya akan mengidentifikasi dari Islamisasi pengetahauan, baik dari istilah, tujuan dan langkah-langkah Islamisasi pengetahuan sebagai jalan reformasi pendidikan.

  1. Istilah Islamisasi pengetahuan

Istilah Islamisasi muncul pada agenda Islamisasi Pengetahuan pada awalnya dicetuskan oleh Syed Muhammad Naguib Al-attas[28] pada tahun 1397 H/1977 M yang menurutnya adalah “desekuralisasi ilmu”. Dan dipopulerkan oleh Ismail Raji Al- faruqi[29] pada tahun 1980.[30]

Pengertian Islamisasi ilmu pengetahuan ini secara jelas diterangkan oleh al-Attas yang lahir dari idenya terhadap Islamisasi secara umum, Pembebasan manusia dari tradisi magis, mitologis, animistis, kultur-nasional (yang bertentangan dengan Islam) dan dari belengu paham sekuler terhadap pemikiran dan bahasa. Juga pembebasan dari kontrol dorongan fisiknya yang cenderung sekuler dan tidak adil terhadap hakikat diri atau jiwanya, sebab manusia dalam wujud fisiknya cenderung lupa terhadap hakikat dirinya yang sebenarnya, dan berbuat tidak adil terhadapnya. Islamisasi adalah suatu proses menuju bentuk asalnya yang tidak sekuat proses evolusi dan devolusi[31].

Sedangkan pengertian Islamisasi pengetahuan menurut Al- faruqi adalah memberikan definisi baru, mengatur data-data, memikirkan lagi jalan pemikiran dan menghubungkan data-data, mengevaluasi kembali kesimpulan-kesimpulan, memproyeksi kembali tujuan-tujuan – dan melakukan semua itu sedemikian rupa sehingga disiplin-disiplin ini memperkaya wawasan Islam dan bermanfaat bagi cita-cita Islam.[32]jadi Islamisasi ilmu pengetahuan itu sendiri berarti melakukan aktifitas keilmuan seperti mengungkap dan menghubungkan ilmu pengetahuan.

Islamisasi pengetahuan ini ditegaskan lagi oleh Al-faruqi. Bahwasannya, Islamisasi ilmu pengetahuan berarti mengislamkan ilmu pengetahuan modern dengan cara menyusun dan membangun ulang sains sastra, dan sains-sains ilmu pasti dengan memberikan dasar dan tujuan-tujuan yang konsisten dengan Islam. Setiap disiplin harus dituangkan kembali sehingga mewujudkan prinsip-prinsip Islam dalam metodologinya, dalam strateginya, dalam data-datanya dan problem-problemnya. Seluruh disiplin harus dituangkan kembali sehingga mengungkapkan relevensi Islam yang bersumberkan pada tauhid.[33]senada dengan Al-attas. Bahwasannya, ilmu pengetahuan modern yang tidak netral dan telah diinfus kedalam praduga-praduga agama, budaya dan filosofis, yang sebenarnya berasal dari kesadaran dan pengalaman manusia barat. jadi ilmu pengetahuan modern harus diislamkan.[34]

Jadi. yang dimaksud Islamisasi ilmu pengetahuan disini adalah Islamisasi ilmu pengetahuan modern, maka dari itu jalan reformasi pendidikan adalah melalui Islamisasi ilmu pengetahuan modern.

  1. Reformasi pendidikan melalui islamisasi pengetahuan modern

Reformasi pendidikan melalui Islamisasi ilmu pengetahuan modern yang telah disinggung diatas adalah memadukan antara Islam dan modern, pendek kata, pengetahuan modern harus di islamkan dan mengislamkan peradaban Barat yang tidak sesuai dengan agama, yaitu melalui pendidikan. seperti yang dikatakan oleh Al-faruqi dibawah ini:

… There can be no hope of agenuine revival of the ummah unless the educational system is revamped and its faults corrected. Indeed is for the system tobe formed anew. The present dualism in muslim education, its bifurcation into an Islamic and a scular system must be removed and abolished once and for all. The two system must be united and integrated. The emergent system must be infuse with the spirit of Islam and function as an integral part of its ideological program”[35]

Arti bebasnya adalah tidak dapat diharapkan adanya kebangkitan kembali ummat jika sistem pendidikannya tidak diubah dan kesalahannya tidak dikoreksi, sesungguhnya apa yang diperlukan adalah bahwa sistem pendidikan harus diperbaharui, dualisme pada sistem pendidikan yang ada sekarang berfurikasi (pecabang duaan) – nya menjadi sistem Islam dan sistem sekuler, harus dihilangkan dan dihapus. Kedua system itu harus digabungkan dan diintegrasikan; sementara sistem yang akan muncul harus di infuse dengan spirit Islam dan berfungsi sebagai bagian integral dari program ideologisnya.

Namun demikian, tugas integrasi ini sama sekali tidak berarti percampuran eklektik dari Islam klasik dan pengetahuan barat modern, tetapi lebih sebagai suatu reorientasi sistematis dan restrukturisasi seluruh bidang pengetahuan kemanusiaan yang sesuai dengan sejumlah katagori dan kriteria-kriteria yang baru, yang di derivikasi dari dan didasarkan pada pandangan dunia Islam.[36]

Mengislamkan ilmu bukanlah pekerjaan mudah seperti labelisasi. Selain itu, tidak semua dari barat ditolak. Sebab, menurut Al-attas terdapat persamaan antara Islam dengan filsasfat dan sains modern menyangkut sumber dan metode ilmu. Oleh sebab itu, seseorang yang mengislamkan ilmu, ia perlu memenuhi pra-syarat, yaitu ia harus mampu mengidentifikasi pandangan hidup Islam (the Islamic Worldview)sekaligus mampu memahami budaya dan peradaban barat.[37]

Setelah mengetahui secara mendalam mengenai pandangan hidup Islam dan Barat, maka proses Islamisasi baru dilakukan. Diantara prosesnya adalah. Pertama, mengisolir unsur-unsur dan konsep-konsep kunci yang membentuk budaya dan peradaban barat, dari setiap bidang ilmu pengetahuan modern saat ini, khususnya ilmu pengetahuan humaniora dalam penafsiran-penafsiran akan fakta-fakta dan dalam formulasi teori-teori. Kedua, memadukkan unsur-unsur Islam beserta konsep-konsep kunci dalam setiap bidang dari ilmu pengetahuan saat ini yang relevan. [38]

Untuk memperkokoh proses Islamisasi ilmu pengetahuan, Al- Faruqi meletakkan pondasi epistemologi pada prinsip tauhid sebagai prinsip dasar Islamisasi yang terdiri lima macam kesatuan;

  1. keesaan (kesatuan) Tuhan,

keesaan tuhan diartikan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, yang menciptakan, memelihara alam semesta.

Dalam kaitannya dengan Islamisasi ilmu, mengarahkan pengetahuan pada kondisi analisa dan sintesa tentang hubungan realitas yang dikaji dengan hukum Allah swt.

  1. kesatuan ciptaan,

Kesatuan ciptaan diartikan bahwa semesta ini baik yang material, psikis, spasial (ruang) biologis, sosial maupun estetis adalah kesatuan yang integral. Masing-masing saling terkait dan menyempurnakan untuk mencapai tujuan akhir tertinggi Allah swt.

Kesatuan ciptaan ini dimaksudkan adalah penciptaan tata kosmis, penciptaan (sebagai tujuan-tujuan ukhrawi) dan tashkir (ketundukan) alam semesta kepada manusia. Penciptaan tata kosmis dimaksudkan setiap kehidupan sesuatu didalam kosmos dan setiap peristiwa yang terjadi adalah sesuai dengan perintah-Nya didalam setiap tahap eksistensi-Nya. sedangkan penciptaan (sebagai tujuan-tujuan ukhrawi) adalah sebuah raison d’etre untuk mana sesuatu itu berbakti. Tujuan ini tidak pernah bersifat final, tetapi selalu tunduk kepada tujuan-tujuan lain dimana ia merupakan sebuah nexus final yang hanya bertujuan akhir (ends) didalam Allah swt. dan tashkir (ketundukan) alam semesta kepada manusia, diartikan bahwa Allah swt menanugerahkan alam semesta ini sebagai pemberian dan panggung sementara bagi umat manusia.

Dalam kaitannya dengan islamisasi ilmu, maka setiap penelitian dan usaha pengembangan keilmuan harus diarahkan sebagai refleksi dari keimanan dan realisasi ibadah kepada-Nya.

  1. kesatuan kebenaran dan pengetahuan.

Kesatuan kebenaran dan pengetahuan yang dimaksud adalah kebenaran dan pengetahuan bersumber pada realitas, dan jika semua realitas berasal dari sumbu yang sama yaitu Allah swt. maka kebenaran tidak mungkin lebih dari satu.

Menurut al-Faruqi, kebenaran wahyu dan kebenaran akal itu tidak bertentangan tetapi saling berhubungan dan keduanya saling melengkapi. Karena bagaimanapun, kepercayaan terhadap agama yang di topang oleh wahyu merupakan pemberian dari Allah dan akal juga merupakan pemberian dari Allah yang diciptakan untuk mencari kebenaran.

Syarat-syarat kesatuan kebenaran menurut al-Faruqi yaitu: pertama, kesatuan kebenaran tidak boleh bertentangan dengan realitas sebab wahyu merupakan firman dari Allah yang pasti cocok dengan realitas. Kedua, kesatuan kebenaran yang dirumuskan, antara wahyu dan kebenaran tidak boleh ada pertentangan, prinsip ini bersifat mutlak. Dan ketiga, kesatuan kebenaran sifatnya tidak terbatas dan tidak ada akhir. Karena pola dari Allah tidak terhingga, oleh karena itu diperlukan sifat yang terbuka terhadap segala sesuatu yang baru.

Dalam kaitannya dengan islamisasi ilmu, maka setiap penelitian dan usaha pengembangan keilmuan harus diarahkan sebagai realita kebenaran pengetahuan.

  1. kesatuan hidup.

Kesatuan hidup diartikan bahwa kesatuan hidup adalah amanah Allah swt, sebagai kholifah, sebagai kelengkapan didunia ini. dan kelengkapan syariat. lebih spesifiknya, syariat menjadi pelengkap bagi manusia yang diamanatkan oleh Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi ini.

Kaitan dengan Islamisasi pengetahuan adalah mengajarkan bahwa setiap pengembangan ilmu harus berdasar dan bertujuan pada syariat.

  1. kesatuan manusia,

kesatuan manusia diartikan bahwa universitas mencakup seluruh umat manusia tanpa terkecuali. Kelompok muslim tidak disebut bangsa, suku atau kaum melainkan umat.

Kaitan dengan islamisasi ilmu, mengajarkan bahwa setiap pengembangan ilmu harus berdasar dan bertujuan untuk kepentingan kemanusiaan, bukan hanya kepentingan golongan, ras dan etnis tertentu.[39]

Berkaitan dengan Tauhid yang merupakan ajaran paling dasar dari agama Islam, ilmu pengetahuan merupakan salah satu konsekuensi yang paling logis. Al-attas mendukung metode tauhidi yang mana ada kesatuan dalam metode empiris, rasional, deduktif dan induktif.[40] Dan menurut AD. White, keunggulan orang-orang Arab Muslim dahulu atas orang-orang Barat Kristen dalam hal ilmu pengetahuan adalah karena ajaran Tauhid.[41]

Disamping itu, Al- faruqi berusaha menata paradigma pendidikan Islam dalam kerangka lima tujuan rencana kerja islamisasi pengetahuan. Rencana tersebut adalah. Menguasai disiplin-disiplin modern, menguasai khazanah Islam, menentukan relevansi yang spesifik pada setiap bidang ilmu pengetahuan modern, mencari cara-cara untuk melakukan sintesa kreatif antara khazanah Islam dengan Khazanah ilmu pengetahuan modern, dan mengarahkan pemikiran Islam ke lintasan-lintasan yang mengarah pada pemenuhan pola rancangan Allah Swt[42].

Untuk mempermudah proses islamisasi, Al-Faruqi juga mengemukakan langkah-langkah yang harus dilakukannya. Langkah tersebut diantaranya:

  1. Penguasaan disiplin ilmu modern.
  2. Survei disiplin ilmu.
  3. Penguasaan terhadap khazanah Islam.
  4. Penguasaan terhadap khazanah Islam untuk tahap analisa.
  5. Penentuan relevensi spesifik untuk setiap disiplin ilmu.
  6. Penilaian kritis terhadap disiplin moderen. Jika relevensi Islam telah disusun, maka ia harus dinilai dan dianalisa dari titik pijak Islam.
  7. Penilaian kritis terhadap khazanah Islam.
  8. Survei mengenai problem-problem terbesar umat Islam.
  9. Survei mengenai problem-problem umat manusia..
  10. Analisa kreatif dan sintesa.
  11. Merumuskan kembali disiplin-disiplin ilmu dalam kerangka kerja (framework) Islam.
  12. Penyebarluasan ilmu pengetahuan yang sudah diislamkan.[43]

 

Dari dua belas langkah untuk mempermudah proses islamisasi diatas. Menurut Djakfar, “Kerangka kerja dan langkah Islamisasi pengetahuan ini pada prinsipnya adalah mengadakan sintesis kreatif antara khazanah Islam dan Khazanah dari barat. Dua belas langkah kerja tersebut mempunyai tiga point penting, yaitu kepastian kaum muslimin menguasai khazanah klasik, mencermati khazanah Barat dengan cara menelaah secara kritis melalui prespektif Al quran, dan mengakomodasi kedua khazanah tersebut menjadi sintesis kreatif, sehingga menampilkan bentuk disiplin pengajaran Islam yang utuh, terpadu, tidak dikotomis, di bawah pancaran nilai-nilai tauhid”.[44] Menurut Louay Safi. al-Faruqi tidak berspekulasi pada wilayah metodologi yang sebenarnya, tetapi membatasi dirinya dengan mengidentifikasi beberapa prinsip epistemology.[45]

Selain langkah-langkah tersebut, yang harus dilakukan juga adalah melakukan konferensi, seminar dan lokakarya sebagai alat penting dalam mewujudkan tujuan yang ada dalam pikirannya. Untuk itu, ditekankan perlunya untuk mengundang semua pemerintah Muslim untuk bekerja sama dalam upaya ini pada setiap langkah dalam proses.

Jadi konsep reformasi pendidikan disini adalah pembentukan, penyusunan kembali, dengan memadukan sistem pendidikan diantara sistem Barat dan Islam. karena, Islamisasi pengetahuan disini tidak menafsirkan sebagai hubungan islamisasi realitas dan kebenaran saja, tapi lebih disebabkan oleh penyebaran agama dan ilmu, Islamisasi ilmu akan fokus pada pendidikan Islam yang pada penyangkalan dualisme pendidikan di dunia Islam[46]dengan kombinasi dua sistem pendidikan dengan menanamkan wawasan Islam.[47]atau bisa dikatakan bahwa reformasi pendidikan dengan islamisasi pengetahuan modern adalah jalan berpikir dan melihat semua hal yang berkaitan dengan pendidikan dan pengetahuan sebagai alat transformasi yang condong terhadap agama.

  1. APLIKASI

Dalam reformasi pendidikan ini, dapat di aplikasikan dalam bentuk yang diambil dari dasar filosofis pemikiran pendidikan al-Attas dan Al-faruqi yang telah disebutkan diatas. Yaitu, memadukan dua subjek pendidikan dan menanamkan visi Islam.

  1. Memadukan dua sistem pendidikan

Pemaduan keduah-buah sistem pendidikan, yaitu memadukan sistem pendidikan Islam dan sistem pendidikan modern yang dapat memperoleh dua macam keuntungan-keuntungan dari sistem dan menghilangkan keburukan dari masing-masing sistem.[48]jadi ada dua macam keilmuan yang muncul dari keduah buah sistem pendidikan ini.

Dari konteks yang melatar belakangi munculnya ide integrasi keilmuan tersebut, maka integrasi keilmuan pertama-tama dapat dipahami sebagai upaya membangun suatu pandangan dan sikap yang positif terhadap kedua jenis ilmu yang sekarang berkembang di dunia Islam. M. Amir ‘Ali memberikan pengertian integrasi keilmuan:

Integration of sciences means the recognition that all true knowledge is from Allah and all sciences should be treated with equal respect whether it is scientific or revealed.[49]

Arti bebasnya adalah Integrasi ilmu berarti pengakuan bahwa semua pengetahuan sejati adalah dari Allah dan semua ilmu harus diperlakukan dengan rasa hormat yang sama apakah itu ilmiah atau mengungkapkan.

Jadi. Kata kunci konsepsi integrasi keilmuan berangkat dari premis bahwa semua pengetahuan yang benar berasal dari Allah. sebagaimana dikemukakan oleh Seyyed Hossein Nasr, the arts and sciences in Islam are based on the idea of unity, which is the heart of the Muslim revelation.[50]

  1. Menanamkan wawasan Islam

Dengan perpaduan Sistem pendidikan diatas. Pengetahuan Islam akan bisa dijelaskan dalam gaya modern, sementara pengetahuan modern akan bisa dibawa dan dimasukkan kedalam kerangka sistem Islam.

Langkah pertama yang harus dilakukan untuk menanamkan wawasan Islam adalah kewajiban mempelajari kebudayaan Islam. seperti apa yang dikatakan al-Faruqi;

…The only antidote to this de-islamization on the university level is the compulsory four-year study of Islamic civilization.every student in the university that is a citizen.[51]

 

Jadi wawasan Islam adalah salah satu bekal dari pengetahuan tentang warisan ummah, pemahaman semangat ummah,dan mengenal kebudayaannya. Oleh karena itu menanamkan wawasan Islam adalah sebuah kewajiban bagi ummah untuk jalan menuju perbaikan sistem pendidikan saat ini.

Kesimpulan

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa, penyakit ummah (Malaise Ummah) yang terdapat dalam aspek politik, ekonomi, dan religio-kultural. Disebabkan oleh sistem pendidikan yang salah akibat dari westernisasi ilmu atau lebih spesifiknya sekularisasi ilmu pengetahuan yang merasuk kerana dunia pendidikan Islam.

Penyakit ummah ini dapat diatasi dengan reformasi pendidikan melalui Islamisasi ilmu pengetahuan modern, dengan mengkaji keilmuan islam masa lalu, kini dan keilmuan barat yang diolah menjadi keilmuan Islam. kemudian di sosialisasikan lewat sistem pendidikan terpadu. Sedangkan aplikasi dari konsep reformasi pendidikan tersebut adalah dengan memadukan kedua sistem pendidikan islam dan barat dengan menanamkan visi islam.

 

[1]Reformasi berasal dari kata (Re+Form) yang artinya pembentukan kembali, Lihat Webster’s New World College Dictionary. Hal. 1060. Dalam kaitannya dengan pendidikan adalah pembentukan kembali sistem pendidikan seperti yang dikatakan oleh Al- Faruqi dalam buku Islamization of Knowledge:General Principles and Workplan.( Herndon. IIIT:1982) dalam kata pengantar.

[2] Al- Faruqi dalam buku Islamization of Knowledge2-5

[3] Lihat Ismail Raji Al-Faruqi. Tawhid: Its Implications For Thought And Life (Herdon,IIIT. 1982)

[4] Rosnani Hashim, Gagasan Islamisasi Kontemporer: Sejarah, Perkembangan dan Arah Tujuan, dalam Islamia: Majalah Pemikiran dan Peradaban Islam (INSIST: Jakarta, Thn II No.6/ Juli-September 2005), 32

[5] Wan Mohd Nor Wan Daud, The Educational Philosophy and Practice of Syed Muhammad Naquib al-Attas, diterjemahkan oleh Hamid Fahmy dkk, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib al-Attas (Bandung: Mizan, 1998), 330

[6] Lihat Webster’s New World College Dictionary. Hal. 1138

[7] S. M. Naquib Al-Attas. Islam and Secularism. (Kuala Lumpur: ISTAC. 1993) hal 16

[8] Ibid hal. 15

[9] Iqbal S. Hussain. Islam and Western Civilization.(Pakistan:Adbistan.2000) hal. 8

[10]Eko Nur Cahyo. Islamisasi Ilmu Pengetahuan Kontemporer ( menurut S.M.N. Al-Attas). Dalam makalah konfrensi Internasional universitas Islam. Gontor 9-11 januari 2011.

[11]S. M. Naquib Al-Attas. Islam and Secularism… hal 17

[12]Lihat Mulyadi Kartenegara. Menyibak Tirai Kejahilan, Pengantar epistemology Islam (Bandung:Mizan.2003) hal. 121

[13]westernisasi ilmu pengetahuan adalah hasil dari kebingungan dan skeptisisme. Westwernisasi ilmu telah mengangkat dugaan dan keraguan sebagai metodologi ilmiah, kemudian menjadikan keraguan sebagai satu-satunya epistemologi dalam mencari kebenaran, menolak wahyu dan agama dalam ruang lingkup keilmuan, serta menjadikan filsafat sekular dan Humanisme-antroposentris sebagai alternatif basis keilmuan. Lihat S. M. Naquib al-Attas. Islam and Secularism … hal. 133-35,

[14]Sekulerisasi ilmu salah satu wujud dari naturalisasi ilmu. Naturalisasi ilmu diartikan sebagai pengadaptasian atau asimilisasi ilmu-ilmu yang datang dari luar ke dalam bingkaian budaya sebuah bangsa atau peradaban, dalam sejarah konkretnya, mengambil bentuk dalam apa yang kita sebut helenisasi ilmu,kristenisasi ilmu, westernisasi ilmu- yang pada hakekatnya nerupakan bentuk spesifik westernisasi ilmu. Lihat Mulyadi Kartenegara. Menyibak Tirai Kejahilan, … hal. 145

[15]Lihat Mulyadi Kartenegara. Menyibak Tirai Kejahilan…. hal. 145

[16]pengertian de-islamisasi adalah penyerapan konsep-konsep asing kedalam fikiran umat Islam, yang kemudian menetap dan mempengaruhi pemikiran serta penalaran. S. M. Naquib Al-Attas. Islam and Secularism… Hal 59

[17]S. M. Naquib Al-Attas. Islam and Secularism… Hal 158

[18]Dikotomi adalah pembagian dua bagian, pembelahan dua, bercabang dua bagian. Lihat John M. Echols dan Hassan Shadily, “dichotomy”, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta : PT. Gramedia Utama, 1992), hal. 180. Secara sederhana pengertian dikotomi pendidikan agama dan umum adalah memisahkan antara sains agama dan sains umum, baik secara formal maupun non formal atau secara lembaga atau non lembaga.

[19]Lihat Jamaluddin Ancok, Fuad Nashori Suroso. Psikologi Islami: Solusi Islam Terhadap Problem-Problem Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994). Hal. 106-107

[20]Syamsul Arifin dkk. Spiritualitas Islam dan Peradaban Masa Depan, (Yogyakarta: SIPRESS,1996) hal 104-105. Lihat juga CA. Qadir, Philosophy an Science in the Islamic World, terj. Hasan Basri, (Jakarta: Yayasan Obor, 1991, hal. 26-33

[21]Ismail Raji Al Faruqi.Islamization of Knowledgehal.5-6

[22]Ibid. hal. 12-13

[23]Ibid. hal 34

[24]Anwar al Jundy. Pembaratan di dunia Islam (Bandung.Remaja Rosda Karya:1993) hal. 7

[25]Hamid Fahmi Zarkasyi. Peradaban Islam Makna dan Strategi Pembangunannya.  (Ponorogo:CIOS.2010) hal. 61

[26] Ismail Raji Al Faruqi. Islamization of Knowledge … hal. 14

[27]Anwar al Jundy. Pembaratan di dunia Islam … hal. 25

[28]Konsep dasar Islamisasi Ilmu Pengetahuan ala Alatas bisa dibaca misalnya dalam bukunya Islam & Secularism. Bagi Alatas misalnya, Islamisasi Ilmu Pengetahuan mengacukepada upaya mengeliminir unsur-unsur serta konsep-konsep pokok yang membentukkebudayaan dan peradaban Barat, khususnya dalam ilmu-ilmu kemanusiaan. Tercakupdalam unsur-unsur dan konsep ini adalah cara pandang terhadap realitas yang dualistik,doktrin humanisme, serta tekanan kepada drama dan tragedi dalam kehidupan rohani sekaligus penguasaan terhadapnya. Setelah proses ini dilalui, langkah berikutnya adalah menanamkan unsur-unsur dan konsep pokok keislaman. Sehingga dengan demikianakan terbentuk ilmu pengetahuan yang benar; ilmu pengetahuan yang selaras dengan fitrah,dalam bahasa lain, Islamisasi ilmu pengetahuan menurut Al-attas dapat di mengerti sebagai upaya pembebasan ilmu pengetahuan dari pemahaman berasaskan ideologi,makna serta ungkapan sekuler Lihat: Syed Farid Alatas (1994), “Agama dan Ilmu-ilmuSosial”, Jurnal Ilmu dan Kebudayaan Ulumul Qur’an No. 2 Vol. 5 Tahun 1994.

[29]Isma’il Raji al Faruqi, “Islamization of Knowledge: Principles, and Prospective”,dalam Islam: Source and Purpose of Knowledge, Herndon, Virginia, USA: International Institut Of Islamic Thought, 1988. Menurut Al-Faruqi, Islamisasi ilmu Pengetahuan dimaknai sebagai upaya pengintegrasian disipilin-disiplin ilmu moderndengan khazanah warisan Islam. Langkah pertama dari upaya ini adalah denganmenguasai seluruh disiplin ilmu modern, memahaminya secara menyeluruh, danmencapai tingkatan tertinggi yang ditawarkannya. Setelah prasyarat ini dipenuhi,tahap berikutnya adalah melakukan eliminasi, mengubah, menginterpretasikan ulang dan mengadaptasikan komponen-komponennya dengan pandangan dunia Islam dan nilai-nilai yang tercakup di dalamnya. Dalam deskripsi yang lebih jelas, Islamisasi Ilmu Pengetahuan menurut al-Faruqi adalah “upaya mewujudkan prinsip-prinsip Islam dalam metodologinya, strateginya, dan dalam apa yang dikatakan sebagai data-data, problemnya, tujuan-tujuannya dan aspirasi-aspirasinya.” Terkait dengan ini setiap disiplin ilmu mesti dirumuskan sejak awal dengan mengkaitkan Islam sebagai kesatuan yang membentuk tauhid,

[30]Lihat Wan Mohd Nor Wan Daud, Filsafat Pendidikan dan praktek Syed Muhammad al-Attas,ISTAC,1998,Terj. Hamid Fahmy dkk, (Bandung:Mizan Media Utama, 2003), hal. 386-405

[31]Ibid. hal. 336

[32]Ismail Raji Al Faruqi. Islamization of Knowledge:…..hal. 39

[33]Tauhid merupakan sumber kebenaran dalam islam (the source of Islam). lihat dalam Ismail Raji Al-Faruqi, Tauhid; Its Implication…, hal. 53-54

[34]Wan Mohd Nor Wan Daud, The educational Philosophy and Practice of Syed Muhammad Naquib al-Attas-An Exposition of the Original Concept of Islamization (kuala Lumpur:ISTAC,1998) hal. 291

[35]Ibid hal.9

[36]Ibid hal.15

[37] Wan Mohd Nor Wan Daud, The Educational Philosophy and Practice of Syed Muhammad Naquib al-Attas, hal. 313-114

[38] Wan Mohd Nor Wan Daud, The Educational Philosophy… hal. 313

[39] Ismail Raji Al Faruqi.Islamization of Knowledge….. hal. 22-33

[40]Rosnani Hasyim, Gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan. Dalam Majalah ISLAMIA, tahun 1.

Vol.6, edisi juli-september, 2005

[41]AD. White, A History of Walfare of Science with Theologi in Cristendom (New York: Dover Publication, 1960), hal. 397

[42]Ibid. hal . 38

[43]Ibid. hal. 39-46

[44]Muhammad Djakfar,Islamisasi Ilmu Pengetahuan, dalam Memadu Sains dan Agama; Menuju Universitas Islam Masa Depan,(Malang: UIN Malang, 2004) hal 83

[45]Louay Safi. Ancangan Metodologi Alternatif: sebuah refleksi perbandingan metode penelitian Islam dan Barat. terj, Imam Khoiri (Yogya:Tiara Wacana Yogya. 2001) Hal. 12

[46] Ismail Raji Al Faruqi.Islamization of Knowledge….. hal. 21

[47] Ibid hal. 25

[48] Ibid hal. 9

[49]Nasim Butt, Sains dan Masyarakat Islam, (Pustaka Hidayah; Bandung.1996). Hal. 76

[50]Seyyed Hossein Nasr,. Science and Civilization in Islam, (New York: New American Library. 1970) hal. 21-22.

[51] Ismail Raji Al Faruqi.Islamization of Knowledge….. hal. 9

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *