Oleh M. Anwar Djaelani*,
*penulis buku “Jejak Kisah Pengukir Sejarah”
inpasonline.com – Siapapun perlu banyak piknik. Lihat, Mush’ab bin ‘Umair Ra, pribadi yang menarik. Dia tampan, rapi, dan wangi. Sebagai da’i, dia pembawa misi suci. Selaku Sang Perekrut kader, dia teruji. Maka, berteladan kepada Sahabat Nabi, sungguh tak akan pernah rugi. Kecuali Mush’ab bin ‘Umair, teladan yang lain banyak. Di antaranya, Hasan Basri dan Imam Malik.
Mengapa Lagi
Paragraf di atas adalah respon logis dari pernyataan Menteri Agama tentang adanya relasi antara radikalisme dengan performa seseorang yang good looking. “Menag Sebut Radikalisme Masuk Masjid Lewat Anak Good Looking” (https://www.cnnindonesia.com 03/09/2020).
Bahwa, pada Rabu 02/09/2020 Menteri Agama Fachrul Razi membeberkan cara masuknya kelompok maupun paham-paham radikalisme ke masjid-masjid yang ada di lingkungan pemerintahan, BUMN, dan di tengah masyarakat. “Caranya masuk mereka gampang; pertama dikirimkan seorang anak yang good looking, penguasaan Bahasa Arabnya bagus, hafiz (hafal Alquran), mereka mulai masuk,” kata Fachrul dalam webinar bertajuk ‘Strategi Menangkal Radikalisme Pada Aparatur Sipil Negara’, di kanal Youtube Kemenpan RB.
Tak pelak lagi, untuk kali kesekian Menteri Agama Fachrul Razi kembali menyedot perhatian masyarakat, karena kontroversial. Dia, secara luas, kembali disorot oleh berbagai lapisan sosial. Mereka yang menyoal, mulai dari anggota masyarakat biasa, anggota DPR, sampai MUI.
Benar, Menteri Agama picu kontroversi lagi. Sebab, kecuali tidak tepat, pernyataan Menteri Agama itu menyakitkan hati kaum Muslimin. Pertama, terkait radikalisme, mengapa umat Islam lagi yang disasar? Kedua, bukankah berpenampilan good looking itu bahkan memang harus menjadi keseharian bagi semua umat Islam tanpa kecuali? Ketiga, adakah contoh penghafal Al-Qur’an-sebagai bagian dari mereka yang tergolong sebagai good looking-yang kemudian menjadi radikal?
Atas pernyataannya yang tampak asal bunyi itu, bagus jika kita minta Menteri Agama untuk banyak piknik dan “piknik”. Bacalah sejarah!
Piknik, Piknik!
Islam adalah agama dakwah. Maka, saat berdakwah, raihlah simpati sejak di kesan pertama perjumpaan. Apa yang segera terlihat dan terasakan di ketika kali pertama bertemu orang atau pihak lain?
Bahwa, hal yang kuat terasakan adalah semacam pesan yang dikirim dari performa si pembawa misi dakwah itu. Oleh karenanya, benahi penampilan diri.
Tentang hal di atas, Rasulullah Muhammad Saw yang mengajarkannya. Rasul Penutup itu memandang penting, bahkan sangat penting, kepada penampilan dari seorang pembawa misi dakwah. Sedemikian pentingnya performa, bahkan hal yang sama diharapkan pula oleh Nabi Saw kepada tamu-tamu yang akan datang menemui kaum Muslimin. “Jika kalian mengirim utusan pada kami, utuslah yang berwajah tampan dan berakhlak baik,” demikian pinta Nabi Saw di sebuah ketika.
Apa yang termasuk paling menarik di kesan pertama? Pakaian! Terkait ini, benarlah sebuah mahfuzhat Arab yang memberi kita nasihat: “Pakaianmu memuliakanmu sebelum dudukmu. Ilmumu memuliakanmu sesudah dudukmu.”
Dalam dunia dakwah, penampilan atau performa memang bukan yang utama, tapi posisinya selalu yang pertama. Maka, mengingat hal itu, tak boleh kita mengabaikan penampilan.
Mari buka sejarah. Kita kenang, sekadar tiga teladan yang performa kesehariannya good looking. Mereka adalah Mush’ab bin ‘Umair Ra, Hasan Basri, dan Imam Malik.
Pesona Itu
Sejenak, mari berkenalan dengan Mush’ab bin ‘Umair Ra. Ciri yang paling mudah dikenali di diri Mush’ab bin ‘Umair Ra, ada pada gambaran ini: Beliau tampan, anggun, rapi, dan wangi. Dengan “modal” itu, beliau punya daya pikat yang memesona semua mata yang memandangnya.
Parfum Mush’ab bin ‘Umair Ra, konon, wanginya bisa tercium sampai jauh. Sungguh, memandang wajah Mush’ab bin ‘Umair Ra dan lalu menyimak tutur katanya, adalah sebuah kenikmatan. Di titik ini, adalah keputusan yang sangat mudah dipahami saat Mush’ab bin ‘Umair Ra dipilih Rasulullah Saw sebagai Duta Islam ke Yatsrib untuk mendapatkan kader sebanyak mungkin.
Berikutnya, kita sapa Hasan Basri (642 – 728 M). Hasan Basri, ulama Tabi’in yang sangat masyhur itu, punya fragmen memikat seperti berikut ini. Bahwa, suatu ketika, ada yang mengritik Hasan Basri lantaran beliau dikenal selalu berperforma perlente.
“Sekarang pilih mana? Berpakaian dan berkendaraan bagus tapi mampu menjaga hatinya bahwa hanya Allah yang Maha-Agung dan berhak untuk sombong. Sementara pilihan lain, berpakaian serta berkendaraan seadanya seraya bangga merasa telah sampai ke level zuhud,” demikian respon Hasan Basri atas kritik itu.
Selanjutnya, kita temui Imam Malik (711-795 M). Salah satu dari empat mazhab itu, di kesehariannya dikenal selalu berpenampilan perlente. Beliau suka dengan busana putih. Bahannya berkelas, berasal dari Khurasan, Mesir, dan daerah lainnya. Perabot rumah tangganya juga sama, berkelas.
Imam Malik disegani oleh para pemimpin di Mekkah dan Madinah. Disegani, pertama, karena ilmunya. Kedua, karena performanya yang sangat mengesankan. Lihatlah, Imam Malik itu bertubuh tinggi dan gagah. Kulitnya putih dan kedua matanya lebar. Dia tampan.
Jika Imam Malik hendak menerima tamu, dia berhias dan memakai minyak wangi. Parfum itu berkualifikasi yang paling wangi. Tak hanya itu, dia sangat memerhatikan pakaiannya. Setiap kali mata memandang, pasti Imam Malik dalam kondisi berpakaian yang cakep.
“Aku pernah menemui Imam Malik. Aku lihat dia mengenakan pakaian panjang seharga 500 dirham. Kedua ujung pakaiannya mengenai kedua mata kakinya seperti raja,” kata Bisyr bin Al-Harits.
Jika hendak mengajar hadits, Imam Malik mengambil air wudhu seperti untuk shalat, mengenakan pakaian terbaik, memakai kopiah, dan menyisir rambutnya. “Aku lakukan ini demi menghormati hadits Rasulullah,” demikian respon Imam kala ada orang mempertanyakan sikapnya yang seperti itu.
Saksikan, Saksikan!
Alhasil, di keseharian, good looking itu penting dan perlu. Penting, karena tampil menarik memang bagian dari ajaran Islam. Perlu, karena dia menjadi pintu dakwah yang sangat strategis. Jadi, wahai dunia, saksikanlah: Kami memang generasi good looking. []
Subhanallah
http://www.lauhmahfuz.com