Historical Fact And Fiction Muslim Indonesia & Malaysia

“Kita harus tunjukkan sebagai Muslim terbaik di dunia. Kita adalah Islam yang rahmatan lil alamin (memberi  rahmat terhadap alam semesta),” kata ketua Delegasi Indonesia dalam ‘Pertemuan Serantau One Region’, Saiful Hadi saat memberikan sambutan di hadapan organisasi Islam Indonesia dan Malaysia di Kuala Lumpur, Kamis (27/10).

Untuk itu, lanjut dia, Indonesia dan Malaysia sebagai negara serumpun tentu sudah selayaknya antar-masyarakat Muslimnya menggalang hubungan yang lebih erat lagi.

Dalam kaitannya, pertemuan Serantau One Region yang digagas oleh Ikatan Setiakawan Wartawan Malaysia-Indonesia (Iswami) ini adalah untuk lebih mendekatkan hubungan antarmasyarakat (people to people).

Delegasi Indonesia terdiri 20 orang ormas pemuda Islam, lima orang profesor bidang sejarah dan budaya,  perwakilan media massa dari Indonesia, serta Kongres Wanita Indonesia (Kowani)

“Para pimpinan ormas pemuda Islam dan peserta dari Indonesia itu melakukan dialog langsung dengan mitranya sesama ormas Islam di Malaysia,” kata Saiful.

Pertemuan tersebut membahas banyak hal terkait mempererat hubungan dua negara serumpun termasuk memperkokoh kerja sama antar umat muslim di kedua negara ini.

Salah satu hasilnya yaitu ormas Muhammadiyah dan Jaringan Melayu Malaysia (JMM) telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk membuat penerbitan dokumenter dan melakukan pertukaran informasi yang dapat memperkokoh hubungan baik kedua negara.

Senada disampaikan Wakil Menteri di Jabatan Perdana Menteri Malaysia, Datuk Haji Ahmad Bin Haji Maslan bahwa kekuatan dunia Islam di Asia Tenggara bila berkembang pesat menjadi suatu kuasa umat Islam yang menjadi perhatian seantero dunia.

Menurut dia, umat Muslim di Indonesia dan Malaysia ataupun di negara Asia Tenggara lainnya harus menjadi contoh di seluruh dunia. Untuk itu, kita harus singkirkan hal-hal yang mengganggu hubungan dua negara ini,” ungkapnya.

Haji Ahmad mengatakan, Indonesia dan Malaysia harus meletakkan cita-cita tinggi dengan menunjukkan bahwa Islam itu aman, bersaudara dan maju serta senantiasa menjaga kerukunan dan kedamaian. “Umat Muslim Indonesia dan Malaysia harus menjadi contoh pencapaian semua itu,” katanya.

Dikatakannya, penduduk Indonesia yang mencapai 250 juta jiwa dan Malaysia sekitar 27 juta jiwa adalah kekuatan besar Islam mengingat sebagian besar warganya adalah muslim.

Sejarah Islam di Melayu merupakan sejarah besar yang berhasil mempersatukan nusantara lewat Islamisasi bahasa Melayu. Dalam buku terbarunya yang sangat fenomenal, Prof. SMN al-Attas menyuguhkan analisas seputar Islamisasi Melayu. Melalui penelusuran literatur selama bertahun-tahun, al-Attas berhasil membuktikan bahwa penyebaran Islam di Melayu utamanya bukan dilakukan oleh para pedagang, tarekat sufi, atau kaum Syiah secara sambilan. Dengan bukti-bukti yang kuat dari karya para penulis Muslim klasik, sumber-sumber China dan Eropa, al-Attas sampai pada kesimpulan bahwa Islamisasi di Melayu dilakukan dengan cara yang sistematis, terencana, konsisten, dan dilakukan oleh para misionaris Islam yang hebat.

Al-Attas juga mengungkapkan keberhasilan para misionaris Islam dalam mengangkat dan mengislamkan bahasa Melayu sehingga menjadi bahasa persatuan di wilayah nusantara maupun negara serumpun, Malaysia.  Dikatakan serumpun karena memang Indonesia dan Malaysia memiliki akar bahasa persatuan yang sama, yakni bahasa Melayu. Peran bahasa Melayu dan agama Islam dalam pengislaman dan penyatuan negara-negara serumpun diperjelas dalam buku terbarunya yang diterbitkan Universiti Teknologi Malaysia (UTM) ini.

Bisa dipahami, jika penggunaan bahasa Melayu ini sempat ditolak oleh kaum Kristen seperti dijelaskn oleh JD Wolterbeek dalam buku Babad Zending di Pulau Jawa. Penjelasan al-Attas ini sekaligus menepis anggapan yang dibangun selama ini bahwa Majapahit di masa Gajah Madalah yang berhasil menyatukan nusantara. (republika/islamia-republika/Kartika Pemilia)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *