Hanya Polisi, TNI dan BIN yang Mampu Desain Tragedi Cikeusik & Temanggung

Written by | Nasional

Banyak kejanggalan dalam insiden penyerangan Jemaat Ahmadiyah Cikeusik Pandeglang dan kerusuhan di Temanggung, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. Dalam pola operasi dan pergerakan masa yang serapi itu, hanya kepolisian, TNI dan BIN yang mampu mendesain kerusuhan itu. Kerusuhan ini sesuai dengan standar operasional kerusuhan yang dipesan dari Jakarta.

Hal itu diungkapkan oleh peneliti SETARA Institute Ismail Hasani dan pengamat intelijen AC Manullang.

Berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan, ada pola operasi dan pergerakan massa yang sangat rapi sehingga dapat dipastikan dua kejadian di atas bukan spontanitas, melainkan by design. Indikasinya, saat insiden, massa datang secara bersama-sama menggunakan bus. Mereka lantas disebar di hampir setiap gang dalam rentang jarak 1-10 kilometer dari rumah Suparman di Cikeusik.

“Memang banyak kejanggalan, kami agak ragu ormas memiliki kemampuan sedahsyat itu karena yang punya, khususnya kerusuhan di Temanggung, hanya tiga institusi, yaitu Kepolisian, TNI atau BIN,” ujar peneliti SETARA Institute Ismail Hasani di Jakarta, Jumat (11/2/2011). “Yang pasti, ini by design. Kami yakin betul ini direncanakan.”

….Memang banyak kejanggalan, kami agak ragu ormas memiliki kemampuan sedahsyat itu karena yang punya, khususnya kerusuhan di Temanggung, hanya tiga institusi, yaitu Kepolisian, TNI atau BIN….

Selain dua fakta di atas, kata Ismail, temuan para penyerang Jemaat Ahmadiyah di Cikeusik menggunakan pita warna biru juga memperkuat dugaan ini. Dalam standar operasional kerusuhan, ada orang yang ditugaskan di ring satu, ring dua, dan seterusnya. “Pola ini hampir sama dengan beberapa peristiwa yang pernah kami amati. Itu standar operasi kerusuhan,” ungkap dia.

Kendati demikian, Ismail berharap perhatian publik tidak sepenuhnya fokus kepada kejanggalan-kejanggalan di atas. Proses hukum terhadap para pelaku penyerangan harus menjadi prioritas utama.

“Kita juga jangan terlalu terkecoh dengan tanda ini karena bisa mengaburkan motif sesungguhnya,” tandasnya.

Senada itu, pengamat intelijen AC Manulang menyatakan dirinya mendapat informasi bahwa penyerangan jemaat Ahmadiyah di Cikeusik dan kerusuhan Temanggung merupakan pesanan dari Jakarta.

“Saya dapat informasi, arsitek atau provokatornya dari Jakarta,” ungkapnya, Jumat (11/2/2011).

….Saya dapat informasi, arsitek atau provokatornya dari Jakarta. Itu ditunggangi intelijen. Kalau ada tanda-tanda tak tersentuh, maka itu operasi intelijen….

Informasi di atas, imbuh dia, seolah menjadi penguat dugaannya atas siapa aktor di balik kericuhan di Pandeglang dan Temanggung beberapa waktu lalu. Pasalnya, dia sedari awal sudah curiga karena dua peristiwa tersebut berlangsung cukup rapi.

“Itu ditunggangi intelijen. Kalau ada tanda-tanda tak tersentuh, maka itu operasi intelijen. Masa polisi tak tahu akan terjadi sesuatu kejadian yang begitu besar. Ingat ada yang namanya kontra intelijen,” terangnya. [taz/okz/voa]

Last modified: 14/02/2011

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *