Di Bawah Lindungan Ka’bah

Diwawancarai oleh TV One (25/8),  Hanny R. Saputra, sutradara film menuturkan, bahwa film ini merupakan film yang pas dengan bangsa Indonesia. “Sebab sebagai negara muslim terbesar di dunia, kita memiliki karakter keislaman yang kuat. Film ini ingin mengembalikan moralitas yang hilang di negeri muslim terbesar ini,” terangnya. Sedangkan Setiawati Intan Savitri, GM Penerbitan PT. Balai Pustaka yang menerbitkan novel ini pertama kalinya tahun 1938 menjelaskan bahwa karakter umat Islam adalah amat mencintai ilmu pengetahuan dan dengan novel ini Buya Hamka ingin mensosialisaikan bahwa sastra merupakan bagian dari Islam. “Pesan inti novel dan film ini adalah kembali kepada cinta Ilahi,” jelasnya kepada TV One (25/8). Lebih lanjut, Intan, yang dikenal dengan nama pena Izzatul Jannah ini menegaskan bahwa secara garis besar, novel Di Bawah Lindungan Ka’bah ingin menyampaikan pesan cinta yang agung antar manusia dan kemudian berserah diri pada cinta Ilahi. Syekh Ali at-Thantawi berkata, “Jangan sekali-sekali meremehkan perasaan, sebab manusia menjadi manusia dengan perasaannya. Ia adalah tempat persinggahan paling suci di dunia ini : iman dan cinta”.

Adaptasi dari novel ke film tentu mengandung resiko yang cukup besar. Sutradara dituntut mampu menyampaikan ruh serta pesan dalam novel ke dalam media gambar bergerak (motion picture). Intan Savitri mengkritisi sekelumit pesan penting yang ingin disampaikan Buya Hamka yang menurut pandangannya tidak berhasil diterjemahkan dalam film, antara lain wajah ulama yang miris, yang terkesan mereduksi ulama, sehingga Intan menyarankan agar para penonton membaca novelnya terlebih dahulu sehingga memiliki analisis kritis dan pandangan yang komprehensif terhadap isu sebenarnya yang coba ditawarkan oleh ulama sekaligus pengarang besar seperti Buya Hamka. Buya Hamka sering dipuji sebagai ulama dengan tutur kata lembut dan bahasa sastra yang amat indah. Inilah yang membuat suami Ummi Siti Raham itu dimasukkan ke daftar pemikir besar muslim terkemuka oleh John L. Esposito dalam Oxford History of Islam (2000).  (Kartika Pemilia/tvone/forumlingkarpena/tempointeraktif)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *