“La, taqo’u Kashmir fil Bakistan. Wa shorot Kashmir juz’an min daulah al-Islamiyyah al-kabiroh[3]”, pungkas ustadzah tersebut, yang sudah satu setengah tahun mengajari saya bahasa Arab.
Spontan saya tercekat. Sebagai alumni jurusan Hubungan Internasional, jawaban ustadzah tersebut tak urung membuatk saya masygul. Letak Kashmir sebagai salah satu pangkal konflik antara India-Pakistan seharusnya menjadi pengetahuan umum yang harus saya ketahui. Kemudian kurecharge pengetahuanku soal Kashmir. Kutelusuri dokumen demi dokumen yang menjelaskan tentang letak Kashmir dan apa sebenarnya yang terjadi di wilayah yang keindahannya bak surga tersebut.
Implikasi dari pertanyaan “aina Kashmir?” terkait erat dengan status Kashmir. Sebenarnya, jika India tidak egois serta merelakan rakyat Kashmir memilih Pakistan sebagai tempat bernaung, maka India tidak perlu menanggung political, social dan military cost yang sangat besar dalam konfliknya dengan Kashmir dan juga Pakistan, seperti sekarang ini.
Genderang perang Kashmir dan Pakistan terhadap India sudah ditabuh sejak tahun 1947, dan hingga kini, di tahun 2011, konflik terpanas di Asia Selatan ini tak kunjung berakhir.
Pada Juli 2011, Para pejabat India dan Pakistan bertemu untuk mempersiapkan landasan bagi pembicaraan tingkat menteri luar negeri akhir bulan ini dalam kontak pertama antara kedua negara tetangga itu sejak ledakan bom di Mumbai, ibukota finansial dan hiburan India. Ledakan tersebut telah menewaskan 19 orang. Pada tahun 2008, pernah terjadi ledakan bom di Mumbai, yang menewaskan lebih dari 166 orang.
Kecurigaan awal ditujukan pada dua kelompok muslim yang menyerang India di masa silam: Mujahidin India yang berada di dalam negeri dan Lashkar-e-Taiba (LeT) yang bermarkas di Pakistan. LeT adalah kelompok gerilya yang memerangi kekuasaan India di Kashmir. Lebih dari 47.000 orang – warga sipil, militan dan aparat keamanan – tewas dalam pemberontakan muslim di Kashmir India sejak akhir 1980-an.Pejuang Kashmir menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari India atau penggabungannya dengan Pakistan yang penduduknya beragama Islam.
Di sini bisa terlihat jelas, para mujahidin Kashmir yang melakukan perlawanan terhadap pemerintah India hanya menginginkan keterlepasan Kashmir dari tindakan represif militer India yang terus saja merongrong kehidupan mereka. Dan adalah sesuatu yang wajar jika rakyat Kashmir lebih memilih Pakistan dibanding India, meski India secara ekonomi lebih menjanjikan, karena mayoritas penduduk Kashmir menganut agama Islam, sedangkan India adalah mother land bagi penganut Hindu, terlebih lagi pemerintah Hindu India memaksakan kehendaknya terhadap penduduk muslim Kashmir.
Harus diakui, Kashmir memiliki banyak keunggulan geografis serta sumber daya alam yang luar biasa. Kashmir adalah negeri berpenduduk muslim mayoritas. Sekitar 85 % dari delapan juta penduduknya beragama Islam. Wilayah seluas 222.236 kilometer tersebut terletak di wilayah jantung Asia, diapit oleh China di sebelah timur, India di sebelah selatan, Pakistan dan Afghanistan di sebelah barat, serta Rusia di sebelah utara.
Pakistan, yang menjadi mother land bagi muslim Kashmir, selalu berupaya memperjuangkan kemerdekaan bagi Kashmir agar rakyat Kashmir bisa memperjuangkan nasib mereka sendiri.
Menurut data yang berhasil saya himpun, permusuhan antara India dan Kashmir ini telah melahirkan banyak korban. Pemerintah India (Hindu) melakukan pemusnahan terhadap bangsa Kashmir secara sistematis melalui penculikan, penahanan, penyiksaan, pemerkosaan, pembunuhan, pembakaran dan pengrusakan. Berdasarkan sumber yang dapat dipercaya, antara Januari 1990 sampai Desember 1992, 26.000 orang Kashmir yang terbunuh oleh tentara India, 60.000 orang yang terluka ringan dan berat. Selain itu, sekitar 4000 lebih wanita diperkosa, 200 wanita meninggal, 1700 orang dibakar hidup-hidup, 9000 rumah dibakar dan dihancurkan, serta 40.000 orang dipenjarakan di kamp-kamp yang didirikan di berbagai tempat di Kashmir.
Tindakan India di atas bisa dimaknai sebagai ethnic cleansing atau genosida seperti yang terjadi pada kaum Muslim Bosnia.
Sejarah konflik India-Kashmir turut melibatkan Inggris di dalamnya. India dan Pakistan adalah bekas wilayah jajahan Inggris. Ketika Pakistan memisahkan diri dari India, wilayah Kashmir tak terselesaikan. Justru Kashmir oleh Inggris diserahkan kepada India pada tahun 1947. Hal ini memang tak lepas dari skenario politik yang dilancarkan Inggris dan para pemimpin Hindu. Mereka menginginkan Kashmir menjadi bom waktu. Suatu saat, bom waktu ini bisa diledakkan. Kini terbukti, Kashmir menjadi benih sengketa antara India dan Pakistan. Beberapa kali Kashmir menjadi pemicu timbulnya konflik dan perang terbuka antara pihak Pakistan dan India.
Kashmir memang telah menjadi battle field yang nyata antara India-Kashmir dan India-Pakistan. Penjajahan India terhadap Kashmir terus dipertahankan. Sementara Mujahidin Kashmir tampaknya tak akan surut melakukan perlawanan. India mengerahkan pasukan dan altileri dalam jumlah besar. Sekitar 60.000 tentara dan 4000 peluru altileri dan serangan udara siang malam membombardir Kashmir.
Hingga tahun 2011, upaya perundingan yang melibatkan Pakistan dan India belum memperlihatkan hasil yang berarti. India memberikan syarat yang menyudutkan Pakistan dan Kashmir, yakni Pakistan harus menarik mundur pasukannya terlebih dahulu dari Kashmir. Tentu saja, Pakistan menolak syarat India tersebut.
Perundingan serta pertemuan antara pemerintah India-Pakistan tidak akan banyak membuahkan hasil selama pemerintah India tidak menarik pasukannya dari Kashmir dan tidak memberi kebebasan pada rakyat Kashmir untuk menentukan nasib mereka sendiri. Sebagai negara Hindu, seharusnya India mampu meneladani spirit Mahatma Gandhi, sehingga mereka mampu merengkuh Kashmir tanpa kekerasan.
*Penulis adalah peneliti InPAS