Road Map Yahudi Liberal

Hasil dari penelaahan dan penelitian tersebut menghasilkan produk tafsir yang mendekonstruksi konsep-konsep awal dalam agama Yahudi. Produk tafsir baru tersebut mengarah kepada pemikiran yang bersifat liberal, yakni penolakan keimanan sebagai titik tolak untuk mengkaji Alkitab (Perjanjian Lama) dan semangat penuh kebebasan tanpa prejudis keimanan merupakan keharusan untuk mengkaji Alkitab.

Taurat atau Kitab Perjanjian Lama menjadi tidak sakral dan diperlukan adanya penafsiran ulang yang sesuai dengan perkembangan zaman. Dan kegiatan tersebut sampai sekarang masih berlanjut dalam sebuah gerakan yang disebut Yahudi Liberal, yang keberadaannya sangat meresahkan karena mereka mencoba menjadikan keyakinannya bersifat universal dan diterima oleh orang di seluruh dunia.         

Bibit-bibit pemikiran liberal ini kemudian berkembang menjadi sebuah gerakan baru agama Yahudi. Pada abad ke-19, tepatnya tahun 1810, seorang Yahudi reformis bernama Israel Jacobson, membangun sebuah kuil Yahudi model baru di Westphalia; dan ketika kuil model baru tersebut ditutup pada akhir pendudukan Prancis di wilayah tersebut, maka dia memindahkan aktivitasnya ke Berlin (1815). Namun aktivitas Israel Jacob tersebut kemudian dilarang oleh Pemerintah Prusia; kemudian diterbitkan dekrit yang melarang secara resmi kegiatan merubah bahasa, upacara, tata cara sembahyang, serta lagu-lagu yang ada dalam tata cara penyembahan dalam agama Yahudi.[i]         

Namun upaya melakukan “inovasi” dalam agama Yahudi tidak pernah berhenti, ketika sebuah kuil Reformasi dibangun di kota Hamburg, Jerman pada tahun 1818, sekaligus penerbitan kitab doa model baru yang dipakai khusus oleh Yahudi Reformasi dalam kuil Reformasi tersebut.

Gerakan ini merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi otoritas kerabian Hamburg.[ii] Kemudian gerakan Yahudi Reformasi berkembang pesat, hingga pada tahun 1902, dibentuk Persatuan Keagamaan Yahudi yang kemudian berkembang menjadi Persatuan Yahudi Liberal. Kemudian pada era modern seperti sekarang ini, mereka semakin melebarkan sayap, menyebarkan ajaran sesatnya ke seluruh dunia, atas nama pembaharuan.[iii]

Dalam situs resminya, http://www.liberaljudaism.org/, dinyatakan sebagai berikut : Liberal Judaism is the dynamic, cutting edge of modern Judaism. Liberal Judaism reverences Jewish tradition, and seeks to preserve the values of the Judaism of the past while giving them contemporary force.  It aspires to a Judaism that is always an active force for good in the lives of Jewish individuals, families and communities today, and equally makes its contribution to the betterment of society.  Liberal Judaism is the Judaism of the past in the process of becoming the Judaism of the future.[iv]   

Di kalangan Yahudi Liberal, sudah banyak pemuka-pemuka agama (rabbi) yang gay maupun lesbian. Dengan diadakannya seremoni perkawinan sejenis tersebut, maka perkawinan sejenis (homoseksual) bagi kaum Yahudi sudah diakui sama statusnya dengan perkawinan lain jenis (heteroseksual) di kalangan otoritas Rabbi Liberal (Liberal Rabbinic authorities).[v]

Di sejumlah situs internet, kita bisa menyaksikan, kaum Yahudi liberal sudah melakukan perombakan besar-besaran terhadap agama mereka, agar agama mereka bisa menyesuaikan dengan nilai-nilai Barat modern. Pengesahan perkawinan homoseksual adalah salah satu contohnya.

Di Inggris, misalnya, kaum Yahudi liberal juga sudah memiliki sinagog sendiri, terpisah dengan aliran-aliran Yahudi lainnya. Kaum Yahudi Ortodoks yang dipimpin oleh Rabbi Sir Jonathan Sacks, menyatakan, bahwa kelompoknya tidak akan mengikuti tindakan kaum Yahudi liberal tersebut. Seorang jurbicaranya menyatakan,”Tidak ada harapan arus utama Yahudi Ortodoks akan mengizinkan perkawinan sesama jenis.” Dari 31 pemuka agama Yahudi (rabbi) yang menjadi anggota penuh “Konferensi Rabbi Yahudi Liberal” (Liberal Judaism’s Rabbinic Conference), empat di antaranya adalah lesbian dan dua orang gay.

Kaum Yahudi Liberal memiliki lebih dari 30 konggregasi dan 10.000 anggota. Melalui apa yang disebut sebagai “The Civil Partnership Law” maka kaum Yahudi memiliki sejarah baru yang memberikan jaminan pengesahan perkawinan homoseksual dan lesbian. Begitulah tindakan kaum Yahudi Liberal yang sekarang sudah secara resmi menjadi bagian dari agama Yahudi.[vi]

Sama dengan Yahudi Ortodoks, Yahudi konservatif, dan sebagainya. Agama Yahudi tidak lagi menjadi satu. Tapi sudah terpecah-pecah menjadi agama yang banyak. Mereka juga dengan ‘kreasinya’ sendiri, mengubah-ubah hukum perkawinan sejenis yang sudah ditegaskan di dalam Bibel mereka sendiri, bahwa tindakan homoseksual adalah tindakan jahat yang harus dijatuhi hukuman berat. Dalam Kitab Imamat: 13, dikatakan: “Bila seorang laki-laki tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, jadi keduanya melakukan suatu kekejian, pastilah mereka dihukum mati dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri.”[vii]

Tetapi, karena kaum Yahudi Liberal ini ingin agamanya menyesuaikan dengan perkembangan zaman, mereka memandang, tidak ada yang tetap dalam agama mereka. Hukum-hukum agama yang sudah jelas pun mereka ubah-ubah, sesuai dengan keinginan mereka. Bahkan, mereka buat sinagog sendiri, yang akhirnya juga menjadi tempat upacara perkawinan sejenis. Selain sinagog sendiri, kaum Yahudi liberal juga sudah memiliki media massa dan penerbitan buku sendiri.[viii]

‘Man is born to be free’ adalah asumsi dasar para pemikir liberal. Dalam artikulasinya, liberalisme menjadi sebuah keyakinan, filsafat, dan gerakan yang memegang teguh kebebasan sebagai sebuah metode dan kebijakan, sebuah prinsip yang terorganisasi dalam masyarakat dan menjadi jalan hidup bagi individu maupun komunitas.[ix]Kemunculan Yahudi Liberal (Liberal Judaism) adalah karena kegelisahan sekelompok Yahudi atas kegagalan gerakan pembaharuan keagamaan yang dilakukan gerakan Yahudi reformis belum dapat mencapai cita-cita reformasi yang diharapkan dan hanya menyentuh isu-isu luar, bukan menyeselaikan problem-problem yang sebenarnya. Dengan liberalisme ini, mereka ingin memenuhi kekurangan-kekurangan tersebut.[x]

Misi dari gerakan mengupayakan agar dasar-dasar ajaran agama Yahudi dapat sesuai dengan nilai-nilai zaman pencerahan Eropa (enlightement) tentang pemikiran rasional dan bukti-bukti sains. Mereka berharap untuk menyesuaikan agamanya dengan masyarakat modern.[xi]

Kaum Yahudi liberal juga percaya bahwa kitab-kitab Yahudi (Hebrew Scripture), termasuk Taurat, adalah upaya manusia untuk memahami kehendak Tuhan. Karena itu, mereka menggunakan kitab-kitab itu sebagai titik awal dalam pengambilan keputusan. Mereka pun sadar akan kemungkinan kesalahan kitab mereka dan menghargai nilai-nilai pengetahuan di luar kitab agama mereka (Adian Husaini: 2007).Titik tolak Yahudi Liberal adalah wujud manusia dan kebutuhan-kebutuhannya (humanis), bukan lagi mempermasalahkan akidah (teosentris).

Tidak heran jika mereka menganggap Perjanjian Lama sebagai ijtihad manusia dan bukan wahyu Tuhan. Mereka mengembangkan ide-ide pencerahan dan berhukum kepada hati nurani: kebaikan dan kesalehan harus dinilai dengan ukuran nurani yang tercerahkan dan bukannya dengan tolak ukur wahyu lagi.[xii]

Sifat dan karakter bangsa Yahudi yang gemar merusak ajaran agama dan ajaran para nabi, mencampur-adukkan yang benar dan yang salah, serta menyembunyikan kebenaran, seperti yang ditegaskan dalam Al-Qur’anul Karim, Surat Al-Baqarah ayat 42 da 79 :Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Alkitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; “Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.

Istilah Yahudi Liberal juga sering digunakan untuk menunjukkan gerakan Yahudi Progresif dan juga Yahudi Reformis. Ketiga istilah itu seakan menjadi istilah yang satu meskipun titik tekan pada semangat pembaharuan dan reformasi lebih radikal di dalam gerakan Yahudi Liberal dan kadang juga untuk gerakan pembaharuan yang sedikit masih berpegang kepada tradisi, sementara Yahudi Progresif sering digunakan untuk gerakan pembaharuan secara umum.[xiii] 

 


[i] The New Encyclopedia of Judaism, (New York : New York University Press, 2002), halaman 642. 

[ii] The New Encyclopedia of Judaism, (New York : New York University Press, 2002), halaman 642.

[iii] Ibid.,

[iv] http://www.liberaljudaism.org/, diakses 11 Februari 2009.

[v] Adian Husaini, MA, Mengenal Yahudi Liberal,  www.hidayatullah.com, diakses 11 Februari 2009

[vi] Ibid.,

[vii] Ibid.,

[viii] Ibid.,

[ix] Nur Faizin Muhith, Yahudi dan Islam Liberal, http://hotarticle.org/yahudi-dan-islam-liberal/, diakses 11 Februari 2009.

[x] Ibid.,

[xi] Ibid.,

[xii] loc cit.,

[xiii] Ibid.,

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *