Perempuan, Depresi, dan Wajah Negeri

 

Ancaman Itu

Koran tadi mengabarkan bahwa berdasar riset Direktorat Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan, satu di antara lima orang mengalami depresi. Penderitanya tak mengenal golongan usia, yaitu mulai anak-anak, remaja, dewasa muda, hingga lansia.

Apa penyebab depresi? Beragam! Dua faktor di antaranya adalah: 1).Belum punya kekuatan untuk menghadapi persoalan hidup. 2).Hormonal. Terutama oleh faktor hormonal, perempuan paling rawan mengalami depresi. Risiko perempuan terkena depresi 2-3 kali lebih besar daripada laki-laki.

Menurut dr. Nalini Muhdi SpKJ(K), depresi kerap muncul ketika hormon estrogen menurun, misalnya ketika masa pubertas, perempuan hamil dan pascamelahirkan, serta masuk menopause.

Sementara itu, faktor nonbiologis juga berperan meningkatkan risiko perempuan mengalami gangguan mental. Kemiskinan, masalah relasi interpersonal dalam keluarga, diskriminasi dan trauma masa lalu sangat memengaruhi kesehatan mental para perempuan. Kecuali itu, perempuan bekerja berpotensi juga mengalami depresi.

Tapi, apa itu depresi? Situs www.majalahkesehatan.com 20/12/2009 memberikan gambaran bahwa depresi adalah masalah yang dialami banyak orang pada berbagai usia dan kelas sosial.

Depresi –kata situs itu- dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti peristiwa besar dalam hidup (perceraian, kematian orang yang dicintai, pindah tempat tinggal, kehilangan pekerjaan, dan lain-lain), terkena penyakit berat, serta dampak obat-obatan dan narkoba.

Sebagai penyakit serius yang memengaruhi jiwa dan badan, depresi tidak boleh dianggap remeh. Kita bisa mengatasi depresi bila tahu tanda-tandanya, seperti: sedih, gelisah, terus menangis, kehilangan motivasi, mengalami gangguan tidur, muncul perasaan bersalah, atau ingin bunuh diri.

Sebuah Panduan

Pada dasarnya depresi bisa menyerang siapa saja dan kerap menyerang orang-orang yang merasa gagal dalam mengarungi (sebagian) perjalanan hidupnya. Bagi yang mengalami depresi, lalu seolah-olah dunia akan kiamat lantaran dikiranya sudah tak ada jalan keluar lagi. Sikap seperti itu tentu saja tak layak dimiliki seorang yang bertaqwa. Bukankah jalan ke depan, masih terbentang lapang di bawah petunjuk Allah? Barang-siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar” (QS At-Thalaaq [65]: 2).

Bukan hanya itu. Jika -misalnya- depresi yang dialami seseorang penyebab utamanya adalah karena kesalahan-kesalahannya sendiri dan kemudian dia berusaha mengatasinya dengan bekal taqwa maka kecuali Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya, Allah-pun akan melipatgandakan pahala kepadanya. Dan, barang-siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipatgandakan pahala baginya” (QS At-Thalaaq [65]: 5).

Jangan sekali-kali berburuk-sangka kepada Allah. Jangan sekali-kali menuruti hawa-nafsu dengan berprasangka buruk kepada Allah. Dan, kamu menyangka kepada Allah dengan bermacam-macam prasangka. Di situlah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat” (QS Al-Ahzab  [33]: 10-11). Justru, sebaliknya, kita harus selalu berbaik sangka kepada Allah. Perhatikanlah firman-Nya, lewat sebuah hadits Qudsi: Aku sesuai sangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Maka, seseorang bebas berprasangka apa saja kepada-Ku”.

Jika seseorang menghadapi masalah (kecil atau besar) lalu depresi sedemikian rupa dia-pun lalu menghentikan segala aktivitas kesehariannya, maka sesungguhnya dia telah melakukan kelalaian. Ketahuilah, menghentikan aktivitas keseharian mengakibatkan terbuangnya banyak waktu yang pada gilirannya berpeluang besar bagi meningkatnya rasa cemas yang sudah dipunyainya.

Apapun masalah yang menghimpit, pantang bagi seorang Mukmin untuk berputus-asa. Sesungguhnya, tiada berputus-asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir” (QS Yusuf  [12]: 87). Sebaliknya, seorang Muslim sejati akan terus memiliki optimisme yang menyala dalam menatap hari ini dan esok, sebab dia sangat berpegang kepada jaminan Allah: “Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan” (QS Alam Nasyrah [94]: 6). Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat” (QS Al-Baqarah [2]: 214). Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram” (QS Ar-Ra’ad  [13]: 28). Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu” (QS Al-Baqarah [2]: 152). Jadi, tak ada alasan sama sekali untuk depresi, untuk berputus-asa.

Sangat dianjurkan bahwa untuk menghindari depresi adalah dengan selalu bersikap optimis dan dinamis. Selalulah bergerak, bekerja, beramal, dan –tentu saja- berdoa (baca QS Al-Anbiyaa’  [21]: 88).

Jika sudah demikian sikap kita, maka ‘diperlakukan’ apa saja oleh Allah, kita akan selalu bersikap tawakkal. Jika Dia sedang memberi kita ‘posisi’ sebagai ‘orang miskin’, kita ridha. Jika Dia sedang memberi kita ‘peran’ sebagai ‘orang kaya’, kita juga ikhlas. Jika Dia sedang ‘memainkan’ kita sebagai pengusaha yang (sedang) gagal, kita bisa menerimanya dan contoh-contoh lain yang sejenis.

Berseri-seri, Ayo!

Semoga dengan panduan di atas, penderita depresi –terutama dari kalangan perempuan- terus berkurang dan bahkan menjadi nol. Sebab, jika demikian keadaannya, kita patut bergembira dalam menyambut masa depan. Bukankah peran perempuan (terutama yang telah berkeluarga) sangat strategis? Misal, perempuan itu lalu dipanggil “Ibu” oleh anak-anaknya dan di saat itu pula dia harus bisa berperan sebagai pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anaknya. Peran itu harus betul-betul optimal dijalankan di masa golden age, yaitu saat di mana anak-anak mereka berusia 0 sampai 5 tahun. Jika peran itu dijalankan dengan baik oleh para ibu yang bebas dari depresi, maka wajah negeri yang selalu berseri-seri layak kita jelang. []

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *