Sidoarjo-Di tengah perkembangan teknologi informasi yang makin canggih dan kehadiran internet, sebutan yang acapkali akrab terdengar untuk menggambarkan kemunculan kelompok remaja di era revolusi informasi adalah Net Generation. Penyebutan ini bisa dipahami, karena dari fenomena yang terlihat menunjukkan adanya kecenderungan yang sangat radikal dari kelompok remaja untuk terpapar dan memanfaatkan inovasi teknologi internet.
Arti penting kehadiran Net Generation ini diulas tuntas dalam workshop bertema ‘Manajeman Perpustakaan Sekolah di Era Internet” yang diselenggarakan UMSIDA beberapa waktu lalu. Hadir dalam workshop tersebut antara lain Ratna Sugihartati, Ketua Departemen Informasi dan Perpustakaan FISIP UNAIR. Sejumlah poin penting disampaikan oleh Ratna, antara lain tentang karakteristik Net Generation.
Freedom, adalah karakteristik atau tipikal pertama dari Net Generation yang berkaitan dengan suatu pemahaman bahwa internet telah memberikan mereka kebebasan untuk memilih apa yang hendak dilakukan, apa yang dibeli, dimana hendak bekerja, atau ketika mereka melakukan hal-hal seperti membeli buku atau berbicara dengan teman, dan bahkan hendak menjadi siapa. Mereka dikatakan sebagai kelompok yang mempunyai kebebasan lebih dibanding generasi sebelumnya karena dapat melakukan aktivitas yang mereka gemari dengan bantuan ICT, tanpa harus dipertanyakan mereka layak atau tidak.
Customization, menunjuk pada pengertian bahwa Net Generation umumnya adalah konsumer yang aktif, dan acapkali bisa memperoleh suatu hal, dan menyesuaikannya serta menjadikannya miliknya. Mereka tumbuh dengan pengalaman yang relatif sama, yakni bisa memperoleh apa yang mereka kehendaki, ketika mereka menginginkannya, dan tahu dimana mencari apa yang diinginkan, serta mereka menyesuaikannya dengan kebutuhan dan keinginan yang sifatnya personal.
Scrutiny adalah karakteristik yang berkaitan dengan sikap kritis. Net Generation mempunyai sikap kritis yang baru. Berbeda dengan generasi sebelumnya, yang terbiasa terhegemoni dan tidak memiliki pandangan alternatif, di kalangan Net Generation akses mereka pada berbagai sumber informasi sangat terbuka, terutama hal itu mereka peroleh dari sejumlah besar sumber informasi pada Web, tidak termasuk informasi yang tidak reliable, sehingga menjadikan kelompok remaja yang akrab dengan IT ini umumnya memiliki kemampuan untuk membedakan fakta dengan fiksi, antara yang nyata dengan yang hanya sekadar bersifat semu saja.
Collaboration merupakan karakteristik yang memberi pemahaman bahwa Net Generation umumnya memiliki insting alami untuk terus berkolaborasi dan berinovasi karena online interaksinya. Meski ada kekhawatiran sebagian pihak bahwa seseorang yang membenamkan diri ke dalam dunia maya cenderung akan bersikap soliter dan meninggalkan arti penting kolaborasi dengan pihak lain, justru di kalangan Net Generation hal itu tidak terjadi. Mereka adalah generasi yang terus mengembangkan jejaring sosial (seperti Facebook atau Twitter misalnya) sehingga membuka peluang berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk kepentingan-kepentingan tertentu saat ini dan masa depan.
Entertainment, berkaitan dengan pengertian bahwa internet memberikan Net Generation banyak kesempatan untuk menyenangkan diri mereka secara online. Web merupakan perangkat pilihan yang menyenangkan yang mana dapat mengikuti headline suatu berita secara online, Google, cek email, dan ber-IM dengan teman-teman sebayanya dari berbagai belahan dunia. Dengan didukung perangkat teknologi informasi yang memadai dan akses pada jaringan internet yang nyaris tak terbatas, maka di kalangan Net Generation sudah lazim jika mereka dengan mudah bisa memperoleh hiburan dan berita-berita yang paling up to date hanya dalam hitungan detik. Sebuah peristiwa yang terjadi di benua lain, jangan kaget jika hampir di saat yang sama segera bisa diketahui oleh generasi muda yang melek IT.
Dalam karakteristik Speed, remaja saat ini sebagai generasi yang tumbuh seiring perkembangan teknologi digital, digambarkan sebagai Net Generation umumnya berharap pada kecepatan dan mereka senantiasa terbiasa dengan respon instan, sehingga dalam istilah lain mereka terkadang disebut sebagai Now Generation. Kehadiran BlackBerry, misalnya, bagi kalangan orang muda biasanya dilihat sebagai sarana yang mendukung apa yang kini disebut sebagai “Right Now Communication” “Komunikasi Sekarang Juga”. Dengan gadget seperti BlackBerry, boleh dikata kini telah ditutuplah jurang yang terkait antara jarak dan waktu. Bagi Net Generation, kecepatan sesunggunya adalah sebuah idiom penting, sekaligus merupakan karakteristik yang menandai kehidupan mereka sehari-hari. Tetapi, perlu dicatat bahwa tekanan dari kehidupan yang berlingkungn serba instan di sisi yang lain dapat dirasakan dan berdampak berlebihan bagi beberapa Net Generation. Mereka mengetahui yang lainnya mengharapkan respon yang sama cepatnya dari mereka, sehingga tidak sedikit Net Generation yang kemudian stres, dilanda kejenuhan, bahkan kegilaan, karena tidak adanya momen yang benar-benar tenang.
Sebagai karasteristik yang terakhir, Innovation dapat dipahami dalam pengertian bahwa Net Generation ini telah dibesarkan pada lingkungan dan budaya penemuan inovasi yang serba dinamis. Ide-ide baru adalah produk dan lingkungan sosial yang berkembang di sekitar kehidupan Net Generation. Berbeda dengan sikap orang kebanyakan yang senantiasa pesimis dan tertinggal untuk mengakses ide-ide baru, di kalangan Net Generation segala sesuatu yang terpenting adalah ide-ide baru, temuan-temuan baru, dan bahkan masa depan baru.
Karakteristik Net Generation menimbulkan konsekuensi positif bagi pembentukan ummah. Net Generation pada akhirnya menjadi aktor politik non-negara. Internet memunculkan apa yang dinamakan “globalizing the local”, yakni memasukkan wacana Islam normatif ke wacana Barat melalui teknologi informasi. Konteks ini berbicara tentang diaspora umat Islam, terutama yang berimigrasi di Eropa dan Amerika Utara. Mereka membangun komunitas Muslim yang solid di negara-negara Barat, yang oleh Benedict Anderson disebut “creole” dari information superhighway; aktor-aktor politik yang kekuatan politiknya terletak pada adopsi yang mereka lakukan terhadap teknologi yang memungkinkan mereka untuk mencetak secara elektronik dan mentransfer informasi.
Internetlah yang telah menjadikan diaspora umat Islam di negeri Barat mampu mengekspresikan keyakinan agama mereka dengan sangat masif. Hal ini semakin menguatkan identitas mereka sebagai Muslim.
‘Encounter’ atau persentuhan diaspora umat Islam dengan internet di negara-negara Barat – terutama di Amerika Utara, Eropa dan Australia; sekaligus memunculkan fenomena baru yang dinamakan ‘diasporic faithful’. Fenomena ini menarik untuk dicermati karena ‘diasporic faithful’ telah menjadi salah satu aspek dari gerakan perlawanan yang disebut ‘globalization from below’. Ide mengenai ummah melingkupi seluruh dunia namun bersatu dalam beberapa ide dasar, prefigure sifat dasar diaspora yang mengglobal. Diaspora Muslim transnasional (yang dihubungkan oleh kelompok, asal negara, dan/atau aliansi politik) menggunakan teknologi yang menjadi bagian dari top-down globalization seperti telepon, fax, handphone, digital broadcasting satellite, dan internet. Uniknya, diaspora Muslim transnasional menggunakan teknologi ini untuk mengembangkan komunikasi alternatif dengan network yang mensupport sebuah globalization from below. Dalam beberapa kasus, network-network semacam ini mampu melakukan counter terhadap pembatasan yang dilakukan pemerintah negara-negara Muslim. (Kartika)