Mahasiswa Teknik Elektro ITS Adakan Diskusi Mengenal Kesesatan Liberalisme dan Syiah

kajian libaral dan syiahOrang-orang liberal selalu ingin tampil ‘heroik’ dimata masyarakat. Mereka muncul dengan semangat membela kaum yang dianggap tertindas dan minoritas di masyarakat. Tapi sesungguhnya, bukan minoritas yang mereka bela, tapi kesesatan. Pernyataan tersebut diutarakan Pimpinan Redaksi situs Underground Tauhid, Aditya Abdurrahman, pada kajian umum bertema “Bahaya Jaringan Islam Liberal (JIL) dan Syiah dalam Islam” yang diadakan LDJ (Lembaga Dakwah Jurusan) Teknik Elektro ITS Surabaya Senin kemarin (16/12) bersama Kholili Hasib dari InPAS Surabaya.

“Dalam situs Jaringan Islam Liberal sendiri mereka mengaku memihak pada yang minoritas dan tertindas dengan cara mencari-cari penafsiran yang bebas atau liberal. Nah, penampilannya yang sok heroik inilah yang membuat anak-anak muda yang belum kuat basic akidahnya jadi mudah terpikat,” kata pria yang juga dikenal dengan nama Aik ini.

Menurutnya, Jaringan Islam Liberal tidak memandang bulu siapapun yang dianggap minoritas dan tertindas, meskipun sesat dan menodai ajaran Islam sekalipun harus dibela dan lindungi.

“Jadi, meskipun gay dan lesbian itu dikutuk dalam Islam, tetap akan mereka bela dan mereka lindungi dengan cara mengubah-ubang pandangan Islamnya,” tambahnya.

Pada sesi selanjutnya, Ustad Kholili Hasib memaparkan tentang kesesatan Syiah yang sumbernya banyak dikutip dari kitab-kitab milik Syiah sendiri.

“Jika kita ingin tahu kesesatan Syiah jangan tanya ke orang yang dianggap Syiah, karena mereka sering berbohong atau taqiyyah. Sebaiknya langsung saja pelajari dari kitab-kitab induk Syiah yang menjadi rujukan mereka,” kata beliau.

Ketika Kholili Hasib ditanya tentang apakah penganut paham liberalisme dan Syiah bisa dihukumi kafir ataukah hanya sesat saja, beliau menjawab:

“Kalau dari sisi ajaran dan doktrin utama, ajaran mereka sesat bahkan masuk kekufuran. Namun, jika kita menilai person atau seseorang, kita pakai kaidah menghukumi yang nampak saja atau “nahkumu bil dzawahir”. Tidak bisa dipukul rata. Misalnya, kalau seseorang terang-terangan mengatakan bahwa Al-Quran itu bukan kalam Allah, tidak sakral, atau bahkan palsu, maka tanpa ada orang mengkafirkan, ia bisa kafir. Begitu juga jika dia menyesatkan para  Sahabat, mencela Aisyah istri Nabi Saw.”

“Tapi kalau pemikirannya belum jelas, abu-abu, jangan buru-buru divonis kafir, tapi mungkin bisa kita katakana sesat. Sebab, kesesatan itu bertingkat-tingkat. Yang paling tinggi adalah yang sampai pada kekufuran”, jelas aktivis Institut Pemikiran dan Peradaban Islam (InPAS) Surabaya ini.

Kajian umum yang diadakan di Gedung Theater C ITS ini dihadiri sekitar 100 peserta, yang tidak hanya berasal dari ITS saja, namun juga dari kampus lain seperti PENS, PPNS dan Universitas Airlangga. [kiriman: Hanny Adiati underground tauhid]

One Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *