Diskusi Buku “Orientalisme dan Diabolisme Pemikiran” Bersama Dr. Syamsuddin Arif

IMG-20151025-WA0006Inpasonline.com-Pemuda yang menggunakan kekuatan, keberanian, dan kreativitasnya untuk menentang Allah, memuja-muja kebebasan dan anti otoritas, tidak mau diatur, dan menyangka diri paling hebat adalah pemuda diabolis.

Demikian diterangkan oleh Dr. Syamsuddin Arif, MA dalam acara “Diskusi Buku ‘Orientalis dan Diabolisme Pemikiran” yang ditulis oleh beliau pada Ahad (25/10/2015) di Masjid Salman ITB Bandung.

Tema ini dipilih sekaligus untuk memperingati hari Sumpah Pemuda 28 Oktober mendatang.

“Pemuda, dengan tiga potensi besar yang dimilikinya: kekuatan, keberanian, dan kreativitas, tanpa bekal ilmu dan iman yang kuat, dapat terjerumus dalam mentalitas diabolis iblis”, ujar Direktur INSISTS Jakarta ini.

Pada acara yang dimoderatori Dr. Wendi Zarman, direktur PIMPIN Bandung, ini Dr. Syam menjelaskan ciri sifat diabolis yaitu mereka yang tahu dan bahkan mengakui Allah adalah Tuhan, namun menolak untuk taat, memuja kebebasan, menyangka diri paling hebat, merendahkan yang selainnya.

“Ada dua jenis manusia. Pertama, manusia yang mati walaupun masih hidup. Kedua, manusia yang tetap hidup walaupun sudah mati”, terangnya.

Dr. Syam menjelaskan satu persatu dua tipologi manusia itu. Menurutnya, yang termasuk golongan pertama, itu adalah orang-orang yang tidak berilmu, tidak mencari ilmu, tidak mencintai ilmu, dan tidak mengamalkan ilmu.

Dicontohkan seperti para pemuda yang hidup hanya untuk bersenang-senang, lalai, lupa akan tujuan hidupnya di dunia, dapat dikatakan telah mati walaupun jasadnya masih hidup.

Sementara itu, golongan kedua dicontohkan dengan para pemuda dalam cerita ashabul kahfi yang tetap teguh mempertahankan keimanan, walau dikelilingi oleh lingkungan yang penuh dengan kezaliman, kekufuran, dan kemaksiatan.

“Orang-orang semacam ini hakikatnya hidup dengan sebenar-benar kehidupan, dan akan tetap hidup setelah kematiannya”, tegasnya.

Di akhir pemaparannya, beliau mengingatkan dan menasehatkan kepada para pemuda untuk senantiasa bangun, sadar, dan insaf akan tujuan penciptaan dirinya. Jangan menjadi manusia yang baru sadar dan bangun ketika telah menghadapi mati, seperti ucapan sahabat Ali bin Abi Thalib ra, “Manusia dalam keadaan tertidur, mereka baru terbangun ketika mereka mati,”.(Laporan: Yulia Eka P)

Ed: A Kholili

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *