Inpasonline.com – Propaganda LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) kini dilakukan dengan berbagai cara. Baik melalui jalur politik, media dan buku. Seperti kasus terbitnya komik WHY baru-baru ini.
“Kasus buku WHY membuktikan bahwa pihak-pihak tertentu melakukan propaganda LGBT dalam berbagai cara dan bentuk. Yang harus kita ketahui, apakah pihak Elex Media menjadi bagian dari propaganda pro LGBT atau ini hanya kelalaian dalam proses editing, sehingga prinsip-prinsip menjaga nilai-nilai moral, agama dan timur menjadi diabaikan oleh pihak Elex,” ujar Rita Hendrawati Soebagio, Sekjen AILA (Aliansi Cinta Keluarga).
Menurut Rita, propaganda LGBT melalui komik WHY ini untuk melegalisasi gerakannya baik melalui regulasi undang-undang Pemerintah.
Dinar Kania, Direktur CGS (Center for Gender Studies) menjelaskan, Indonesia saat ini memiliki organisasi LGBT tertua dan terbesar di Asia yaitu Gaya Nusantara.
Dan Seiring dengan era reformasi, organisasi LGBT mulai banyak bermunculan misalnya Ardhanary Institute , Perempuan Pelangi, Srikandi Sejati, Persatuan Tomboy Pontianak, Harley, dll. Menurut laporan litbang komnas perempuan, Dari segi kegiatan, saat ini semakin bervariasinya isu yang diangkat organisasi LGBT.
“Ardhanary misalnya, banyak bergerak di bidang penelitian dan pendidikan isu seksualitas, dan saat ini mulai melakukan pendampingan. Dari website Gaya Nusantara saya dapatkan mereka sedang membuat modul tentang bagaimana menjadi GAY KEREN .. GAY PEDE. Bahkan sudah ditemukan modul tentang bagaimana pelangalaman menjadi lesbian diedarkan di sebuah SMA di Jakarta ketika ada pelatihan tentang HIV AIDS”, jelas Dinar kepada inpasonline.com.
Inilah yang disebut gay politik. Menurut Dinar, gay politik berusaha mendekonstruksi konsep seksualitas yang sudah mapan dan memperkenalkan konsep seksualitas baru. Lalu mereka membuat konsep jenis kelamin sosial yang dikenal dengan nama gender yang menjadi pintu masuk legalisasi perilaku LGBT.
“Ada tiga argumen gay politics yang disosialisasikan secara internasional, termasuk di Indonesia . Pertama, Homoseksual diturunkan secara biologis. Kedua, Homoseksual tidak dapat diubah secara psikologi. Ketiga, Homoseksual merupakan hal yang normal secara sosiologi”, tegas doktor lulusan UIKA Bogor itu.
Gerakan ini harus cepat diantisipasi. Dinar berpendapat, langkah yang paling penting untuk mencegah penyebaran LGBT tentunya dengan menyadarkan masyarakat agar kembali kepada nilai nilai Islam yang benar sehingga mereka dapat membedakan baik dan buruk berdasarkan pandangan hidup Islam dan bukan melalui kacamata HAM ala Barat.(kholili)