Bachtiar Nasir: Kebutuhan Manusia akan al-Qur’an Lebih Besar Dari Kebutuhan Terhadap Oksigen.

2014-09-28 13.26.51Inpasonline.com – Ribuan masyarakat Jawa Timur memadati Masjid Al Akbar Surabaya, ahad (28/9/2014) untuk menghadiri Tabligh Akbar “Jawa Timur Bertadabbur Al Qur’an”. Acara yang dimulai ba’da dzuhur ini diadakan untuk menumbuhkan rasa cinta masyarakat terhadap Al Qur’an.

Tampil sebagai pembicara pertama adalah Ustadz Muhammad Shaleh Drehem, Lc. Ketua Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) Jatim ini menukil sebuah kalimat dari Utsman bin Affan dalam tausyiahnya, bahwa “andaikata hatimu itu suci, maka sekali-kali kalian tidak akan pernah bosan berakrab-akrab dengan Al Qur’an”. Beliau menegaskan bahwa kesucian hati harus selalu dijaga supaya bisa berinteraksi dengan khusyuk dengan Al Qur’an.

Setelah Ust Muhammad Shaleh Drehem, Lc menyelesaikan tausyiahnya, acara dilanjutkan oleh Prof. Dr. Muhammad Roem Rowi, MA, guru besar tafsir Al Qur’an di UIN Sunan Ampel Surabaya. Prof Roem memaparkan bahwa ada dua fitnah yang menyebabkan seseorang tidak akrab dengan Al Qur’an, yaitu fitnah syahwat dan fitnah syubhat.

Fitnah syahwat sendiri diartikan dengan segala jenis bentuk maksiat oleh para ulama terdahulu. Sementara fitnah syubhat adalah, melakukan hal-hal yang terletak antara halal dan haram. Karena banyak melakukan kedua fitnah tersebut akan menjadikan seseorang mudah lelah dan bosan ketika bersama Al Qur’an.

Puncak tausyiah diisi oleh Ustadz Bachtiar Nasir, Ketua umum lembaga tadabbur Al Qur’an Indonesia dan sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI). Ustadz Bachtiar mengawali dengan pemaparan arti kata tadabbur yang bermakna belajar, mempelajari, dan mengambil pelajaran dari Al Qur’an. Sehingga untuk mendapatkan sari pati kandungan Al Qur’an harus dilakukan tadabbur yang mendalam.

Salah satu kesalahan manusia dewasa ini adalah berinteraksi dengan Al qur’an dengan cara yang disuka, bukan dengan cara yang Al Qur’an suka. Membaca Al Qur’an hanya dilakukan di waktu waktu sisa, mendatangi Al Qur’an hanya waktu membutuhkan, padahal idealnya Al Qur’an harus dibaca dan di-tadabbur-i setiap saat, karena kebutuhan manusia akan Al Qur’an jauh lebih besar daripada kebutuhan akan oksigen.

“Buat apa hidup kalau berada dalam kegelapan dan kebodohan? Kita hanyalah bangkai-bangkai yang berjalan jika tanpa ruh Al Qur’an”, tegas Ustadz Bachtiar.

Beliau memberikan tips supaya lebih mudah untuk tadabbur Al Quran yaitu dengan menghadirkan tiga organ tubuh ketika membaca Al Qur’an. Hati yang hadir saat membaca Al Qur’an, pendengaran yang tunduk pada peringatan-peringatan Al Qur’an, dan mata yang menjadi saksi atas kebenaran-kebenaran yang digambarkan Al Qur’an.

Dengan terus berusaha memahami kandungan Al Qur’an, manusia akan menjadi orang yang bahagia. Karena sesungguhnya kebahagiaan itu bukan terletak pada harta, kedudukan, dan perkara duniawi lainnya, akan tetapi kebahagiaan adalah ketika mendapatkan ridha Allah SWT.

Tepat saat waktu ashar, rangkaian tausyiah selesai dan ditutup dengan sholat ashar berjamaah. (Laporan Nisa-ITJ Malang).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *