Utsman di Mata Sejarawan: Wawancara dengan Profesor Dr. Abdul Karim MA. Guru Besar Sejarah UIN Jogjakarta.

Inpasonline, 1/3/11

Sebagian sejarawan menyebut Khalifah Utsman ra. sebagai kepala negara yang nepotis, bagaimana pendapat Anda?

Kalau kita gali dari fakta sejarah, yang pertama tekanannya adalah, sejarah Islam ditulis pada zaman kekhalifahan Abbasiyah, jadi jauh setelah khalifah Utsman bin Affan wafat. Dan kebetulan khalifah Utsman dari bani Umayyah yang memang musuh politik dari Abbasiyah. Nah, sejarah yang ditulis itupun bisa jadi tidak benar-benar netral. Memang sulit menilai sejarah yang terjadi pada abad ke-7, tetapi dari data-data, kita bisa analisis.     

Mereka (sebagian sejarawan) menyatakan Utsman ra. nepotis karena para kepala daerah yang ada pada periode Utsman, menurut mereka, adalah keluarga. Tetapi sayangnya mereka tidak menggali mengapa khalifah Utsman mengangkat mereka? Mereka hanya melihat bahwa mereka adalah keluarga, seperti Muawiyah bin Abi Sufyan, Walid bin Uqbah, Abddullah bin Amir, Said ibnul Ash dan Saad bin Abi Sara.

Bahkan ada buku yang ditulis sejarawan indonesia bahwa Utsman itu menggelapkan uang negara. Alasannya adalah dia memberikan al khumus (seperlima harta hasil rampasan perang) yang didapat dari pertempuran di laut tengah kepada Saad bin Abi Sara secara cuma-cuma.

 

Lantas, bagaimana menurut anda?

Jadi, al khumus itu sebenarnya untuk Nabi yang dibagikan kepada keluarganya, memelihara anak yatim dan biaya administrasi kantor kesekretariatan. Setelah Nabi saw. wafat dan digantikan Abu Bakar, Abu Bakarpun pun menerima al khumus. Maka boleh dikatakan bahwa al khumus itu hak kepala negara. Khalifah Utsman adalah kepala negara yang sejak semula memang kaya raya, dan jika ia memberikan al khumus kepada siapa saja itu merupakan haknya. Mengapa ia memberikan kepada Abdullah yang nota bene adalah saudara susu khalifah Utsman? Karena Abdullah-lah yang pertama memenangkan pertempuran di Laut Tengah. Hal ini diharapkan agar Abdullah lebih termotivasi untuk berjuang. Inilah analisis saya dan ini memang ada dalam fakta sejarah.

Bagaimana dengan tuduhan yang lainnya?

Dalam kasus Walid bin Uqbah, memang benar dikatakan akan masuk neraka karena ia pernah meludahi Rasulullah. Kebetulan walid ini adalah saudara tiri Utsman dari pihak ibu. Ketika pada zaman Utsman, Walid bin Uqbah diangkat sebagai gubernur karena memang gubernur sebelumnya ada masalah. Saad bin Abi Waqqash tersandung masalah hutang, dan ia dicopot dari jabatannya. Lantas Khalifah menyerahkan kepada rakyat Kufah untuk memilih seorang amir. Mereka lantas memilih, tetapi tidak bertahan lama, hanya bertahan 3 bulan. Rakyat lalu menyerahkan kembali masalah ini kepada Khalifah. Lantas Khalifah mengangkat Walid bin Uqbah yang telah berjasa dalam penaklukan Persia pada masa Khalifah Umar Ibnul Khattab. Kebetulan, Walid adalah saudara tiri Utsman. Ketika Khalifah Utsman ditanya mengapa ia mengangkat seorang yang Abu Bakar dan Umar saja tidak berani mengangkat disebabkan Walid adalah orang yang diusir dari Madinah pada zaman Rasulullah? Khalifah Utsman menjawab “Ketika Rasulullah masih hidup, saya telah meminta agar Rasulullah memaafkan mereka dan Rasulullah pun memaafkan.” Inilah alasan Utsman mengangkat walid.

Namun walid tidak bertahan lama karena ia memiliki kelemahan moral, ia minum khamr lantas menjadi imam sholat, bacaannya jadi ngawur. Akhirnya Khalifah mencopotnya dan mengganti Walid dengan Said Ibnul Ash, keponakan khalifah Utsman. Tetapi Said pun bermasalah, sehingga ia akhirnya dicopot pula dari jabatannya. Kalo khalifah ngotot mempertahankan pejabatnya, barulah disebut nepotisme.

Mengapa khalifah Utsman tidak mengangkat sahabat-sahabat yang senior dan memilih kalangan profesional?

Kalau dikatakan tidak mengangkat sahabat senior itu salah! Kehendak Khalifah Umar yang akan mengganti gubernur Kufah waktu itu, Mughirah bin Syu’bah ra. baru terlaksana pada periode Utsman. Khalifah mengangkat Saad bin Abi Waqqash ra. menggantikan Mughirah.

Saad adalah sahabat senior, panglima besar ketika penaklukan Persia. Saad tersandung masalah ketika beliau meminjam uang kas propinsi namun gagal mengembalikan tepat waktu. Sebagai catatan, seluruh propinsi waktu itu menikmati otonomi kecuali dalam masalah keuangan. Abdullah bin Mas’ud, sepupu Khalifah Utsman waktu itu menjabat sebagai pengawas keuangan propinsi Kufah. Saad orang yang baik dan sholeh, ketika ia membutuhkan uang, ia mengira akan mampu mengembalikan tepat waktu. Ketika Saad meminjam uang dengan memberi tahu Abdullah bin Mas’ud, Abdullah pun mengira Saad akan segera mengembalikan uang negara tersebut tepat pada waktunya. Namun sampai batas waktu yang ditentukan, Amir (Gubernur) belum bisa melunasi hutangnya. Akhirnya Abdullah bin Mas’ud melaporkan kepada Khalifah bahwa baitul maal terdapat selisih kekurangan lima ratus dirham yang disebabkan hutang Amir belum melunasi hutang. Lantas Khalifah memanggil kedua sahabat tersebut ke Madinah dan menyelidiki kasusnya. Baik Saad bin Abi Waqqash maupun Abdullah bin Mas’ud, keduanya mengaku bersalah karena menyalah gunakan kekuasaan dan lalai dalam tugas. Khalifah lantas mencopot Saad sebagai Amir Kufah karena meminjam uang negara dengan hanya ijin pada petugas baitul maal tanpa memberitahu Khalifah. Dan Khalifah pun mencopot Abdullah bin Mas’ud, sepupunya, sebagai petugas baitul maal karena mengijinkan Amir untuk berhutang. Ini menggugurkan argumen bahwa Khalifah Utsman tidak mengangkat sahabat senior, dan justru ia juga mencopot Abdullah bin Mas’ud, sepupunya, sebagai pejabat baitul maal, apakah masih pantas khalifah Utsman dituduh nepotis?

Bagaimana dengan Muawiyah bin Abi Sufyan yang juga masih kerabat Utsman?

Muawiyah diangkat menjadi gubernur Damaskus oleh Khalifah Umar, sedangkan Khalifah Utsman hanya memperpanjang jabatan Muawiyah karena dia kompeten.

Bagaiamana dengan sejarawan Indonesia yang menyebut Utsman nepotis, Adakah maksud tertentu?

Saya kira tidak ada maksud tertentu, bisa jadi mereka hanya melaporkan fakta sejarah dengan apa adanya, tidak meneliti sebab-sebab sebuah peristiwa sejarah bisa terjadi. Misalnya ada peristiwa si A menghukum si B, sejarawan hanya melaporkan peristiwa itu namun tidak menggali sebab-sebab mengapa si B dihukum. Demikianlah yang terjadi pada Khalifah Utsman, sebagian sejawaran hanya melihat keluarga Khalifah ada di seputar kekuasaan negara, tanpa meneliti sebab-sebabnya.

Bahkan ada dosen saya sendiri kok dalam sebuah majalah ia mengatakan bahwa Khalifah Utsman itu nepotis, dasarnya ia kutip dari sumber-sumber Barat  maupun Islam. Kemudian sumber-sumber yang beliau kutip itu saya teliti dan saya kutip, lalu saya berargumen dengan sumber-sumber lainnya. Jadi klaim khalifah Utsman nepotis itu saya rasa tidak adil.

Tetapi memang sebagian besar sejarawan Indonesia saya lihat kontra terhadap Khalifah Utsman, tetapi yang pro tidaklah banyak, seperti Prof. dr. Nuruzzaman Shiddiqi almarhum, mantan Direktur Pascasarjana UIN Jogjakarta, beliau menyatakan Khalifah Utsman tidak terbukti KKN.

Kesan anda sendiri bagaimana?

Kita sebagai umat Nabi Muhammad, jika melihat para sahabat yang begitu hebat dan masuk surga kok dikatakan KKN, tentu susah bagi kita untuk mempercayai bahwa orang yang KKN kok dijamin masuk surga. Jadi klaim yang menyatakan Khalifah Utsman itu nepotis, saya rasa tidak adil. Memang khalifah Utsman tidak lepas dari kelemahan, kelemahan beliau adalah faktor usia (70 tahun lebih) dan beliau adalah orang yang tidak pernah mengecewakan orang lain, sehingga sifatnya yang lemah lembut ini dianggap sebagai kelemahan beliau. Ini mungkin dimanfaatkan oleh orang-orang yang berkepentingan seperti para orientalis yang main tusuk dari belakang. Parahnya para orientalis ini justru kita jadikan sumber rujukan. 

 

 

 

Insert

Prof. Dr. Abdul Karim MA, pria asli Bangladesh yang sudah mahir berbahasa Indonesia ini, menjadi Guru Besar Sejarah di UIN Jogjakarta. Ke Indonesia dengan tujuan awalnya untuk belajar, namun keterusan hingga menjadi guru besar. Bahkan ia menikah dengan muslimah Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *