Inpasonline.com-Ketika para pendakwah datang ke tanah Melayu mereka memilih bahasa Melayu sebagai bahasa Islam. Sebab, bahasa Melayu pada masa dahulu masih kosong dari mitos-mitos dan worldview Hindu-Budha.
Demikian dijelaskan oleh Prof. Wan Mohd Wan Daud baru-baru ini. Prof. Wan Mohd yang menjabat sebagai direktur Centre for Advanced Studies on Islam, Science and Civilization (CASIS) Malaysia, menjelaskan bahwa bahaya Melayu yang masing ‘kosong’ itulah kemudian dimasuki unsur-unsur worldview Islam melalui istilah-istilah.
“Bahasa Melayu dulu bukan bahasa unggul merupakan bahasa pesisir, bahasa pinggiran. Sedangkan bahasa Jawa merupakan bahasa unggul yang mengandung unsur worldview Budha”, ujarnya.
Atas alasan itu, menurut Profesor pakar filsafat Pendidikan ini, para pendakwah memilihnya sebagai wasilah penting untuk mengubah pandangan hidup orang-orang Melayu Nusantara.
Selain itu Islamisasi dilakukan dengan mengadaptasi dengan bahasa lokal. Bukan mengubah menjadi arab semua.
“Kita bukan tolak semua, juga bukan menerima semua”, tegas Prof. Wan Mohd.
Sebab, kata dia, Islamisasi itu bukan gerakan ‘anti’ tapi memilih-milih mana yang sesuai dengan pandangan hidup Islam.
“Memang, Islamisasi melibatkan kata-kata kunci bahasa Arab,seperti Allah, Rasul, dan Malaikat, Kitab. Tapi Islamisasi juga menggunakan kata-kata pra Islamic dengan makna baru”, kata Prof. Wan di Kuala Lumpur, Ahad lalu (19/05).
Istilah-istilah pra-Islamic yang diislamkan maknanya misalnya adalah kata “Tuhan”, “dosa”, “surga”, “neraka”, “budhi” dan lain-lain.
“Islamisasi adalah mengubah kata-kata pra-islamic dengan makna worldview Islam” tambahnya.
“Karena itu, bahasa Melayu sebenarnya mengandungkan worldview Islam”
Selain itu, Prof. Wan Mohd menyampaikan pesan bahwa bangas Melayu, baik Indonesia dan Malaysia harus bersatu.
“Kita satu bangsa, jika Melayu lemah, Islam kalah”, ujarnya.
Ia mengaku sedih jika ada orang-orang Melayu sendiri yang saling hujat memusuhi. Ia menganjurkan agar Indonesia dan Malaysia memiliki hubungan erat.
“Indonesia adalah abang kita. Penting sekali kita pelajari sejarah”, tambahnya sembari menasehati agar tidak ada caci-maki sesama bangsa Melayu.