Gus Dur Tutup Usia dan Telaah Kritis Pemikirannya
Saat masih menjalani perawatan atas sakit yang dideritanya, Gus Dur juga sempat akan dirujuk ke Graha Amerta di RS dr. Soetomo Surabaya, namun ketika rombongan baru mencapai Mojokerto, Gus Dur minta kembali ke Jombang. Gus Dur terlebih dahulu ingin ziarah ke makam KH. Wachid Hasyim, ayah Gus Dur yang juga mantan Menteri Agama pada masa Orde Lama.
Gus Dur, yang tutup usia pada usia 69 tahun, merupakan mantan ketua umum PBNU. Saat menjabat menjadi ketua umum PBNU inilah, keran liberalisme dibuka di tubuh NU; dimulai dari liberalisme di Lakpesdam (Lembaga Pengembangan Sumber Daya Manusia), sebuah lembaga yang resmi mengurusi kaderisasi, dengan Ulil Abshar Abdallah sebagai think thank-nya. “Sejak kepemimpinan Gus Dur, keran liberalisme dibuka di tubuh NU,” jelas Ainul Yaqin, salah satu warga NU yang juga menjadi sekretaris MUI Jatim.
Ainul Yaqin menambahkan, bahwa jika dibaca di garis perjuangan NU, mestinya harus dikembalikan kepada Qanun Asasi (prinsip dasar), yakni sebagai organisasi dakwah, sehingga tujuan utama NU adalah mengupayakan pelaksanaan syariat Islam. Tujuan utama NU yang mengupayakan pelaksanaan syariat Islam ini tentunya berposisi sebagai negasi terhadap liberalisme yang anti pelembagaan agama. ”Jadi kalo ada yang menuduh NU sebagai anti formalisasi (anti kelembagaan, agama tidak boleh dilembagakan, red), itu tidak benar. Sekarang kalo kita lihat, anti kelembagaan itu berarti penyelewengan terhadap Qanun Asasi,” imbuh Ainul Yaqin.
Jika kita menengok sejarah, keterlibatan NU dalam upaya penegakan syariat di Indonesia eksplisit sekali. KH. Wachid Hasyim adalah orang yang terlibat dalam MIAI (sMajelis A’la Islam Indonesia) yang merupakan cikal-bakal Masyumi. Kemudian perjuangan NU dalam Piagam Jakarta juga sangat signifikan ketika KH. Wahid Hasyim menjadi salah satu tokoh nasional yang mengawal serta menandatangani Piagam Jakarta. (Kar)