Penegasan Direktur INSISTS (Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization) ini diamini oleh seluruh peserta diskusi regular bertajuk “Studi Kritis Pemikiran Tokoh-Tokoh Liberal” yang terselenggara berkat kerjasama InPAS dan PKU (Program Kader Ulama) ISID Gontor Ponorogo. Ruang Abu Bakar Masjid Al-Akbar Surabaya yang menjadi lokasi acara terasa sesak dikarenakan jumlah peserta membludak.
Selain Abdullahi Ahmed An-Na’im, tokoh-tokoh liberal serta orientalis Barat yang dikritik pemikirannya pada Diskusi Ilmiyah Reguler (DIR) InPAS ke-7 pada tanggal 24 Oktober 2009 antara lain Muhammad Arkoun, Nashr Hamid Abu Zayd, Hassan Hanafi, Joseph Schacht, dan GIA Juyboll. Dua nama yang terakhir disebut merupakan tokoh orientalis Barat yang membuat teori dan metodologi yang salah dalam studi hadits.
Secara spesifik, kritik terhadap pemikiran tokoh liberal serta orientalis Barat ini dapat dilihat dari judul makalah yang disajikan oleh para narasumber. Dalam diskusi yang berlangsung seharian penuh mulai pukul 09.00 hingga 15.00 WIB ini, tim PKU telah menyiapkan lima buah makalah. “ Kritik Metode Hermeneutika Nashr Hamid Abu Zayd dalam Penafsiran Al-Qur’an” menjadi pembuka acara. Kemudian dilanjutkan oleh “Studi Kritis Atas Konsep Nasikh-Mansukh Abdullahi Ahmed An-Na’im”, “Otentisitas Hadith Nabi SAW : ‘Kritik terhadap Teori Common Link’”, “Kritik terhadap Kritik Nalar Islam Arkoun”, dan ditutup dengan makalah berjudul “Problem Oksidentalisme Hassan Hanafi”. Seluruh makalah disajikan oleh tim PKU ISID Gontor Ponorogo.
Dalam kesimpulannya, Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi kembali menegaskan bahwa kajian Postmodernism yang diusung oleh kalangan liberal serta orientalis merupakan tantangan terbesar dan terberat bagi umat Islam, di abad ini. (Kar).