PEMIKIRAN PROF. AL-ATTAS DIPERLUKAN UMAT ISLAM ZAMAN INI

Pemikiran Prof Al Attas diperlukan Umat Islam Zaman Ini

oleh : Dr. Kholili Hasib

Prof Al-Attas memberikan lecture dalam Launching Buku  Islam : The Covenants Fulfilled
Prof Al-Attas dalam acara Launching Buku Islam : The Covenants Fulfilled. Sumber gambar : The Royal Johor

inpasonline.com – Pada Sabtu, 29 Juli 2023 Prof. Syed M Naquib al-Attas (populer dipanggil Prof. al-Attas) secara resmi melaunching karya terbaru berjudul “Islam The Covenants Fulfilled” di Kuala Lumpur Word Trade Center pada usianya yang ke-92 tahun.

Peluncuran buku langsung dihadiri oleh Permaisuri Johor Raja Zartih Sofiah. Dalam sambutannya, Permaisuri Johor Raja Zarith Sofiah mengungkapkan rasa gembiranya atas pencapaian yang dilakukan oleh Prof. al-Attas. “Pada era derasnya arus informasi dan disinformasi, kita membutuhkan Prof. Dr. Tan Sri Syed Muhammad Naquib al-Attas”, ucap beliau.

Acara peluncuran buku Prof. al-Attas ini menurut beberapa anak muridnya adalah peristiwa paling penting dalam sejarah pemikiran Islam, baik di alam Melayu-Nusantara maupun di Dunia secara umum. Peserta yang hadir diperkiran sekitar seribu. Suatu jumlah yang sangat besar dalam event kajian pemikiran Islam tingkat tinggi. Peserta yang mengikuti acara ini terdiri dari kalangan pelajar, ilmuan, intelektual. Bahkan dari berbagai Negara di Asia, Eropa dan Afrika.

Kesadaran tentang pentingnya pemikiran Prof. al-Attas ini mulai tertanam tumbuh dalam benak para ilmuan dan tokoh-tokoh. Pada 26 Juni 2022, Duta Besar Turki untuk Malaysia berkunjung ke Prof. al-Attas bersama para mahasiswa Turki yang sedang kuliah untuk mendengarkan langsung penjelasan Prof. al-Attas tentang Islam dan Sekularisme.

Sebelum sesi peluncuran buku oleh Prof. al-Attas, pada sesi pertama Prof. Mehmet Ipsirli dari Turki mengaku bahwa pemikiran Prof. al-Attas di Turki ini cukup populer di kalangan kampus-kampus Turki. Karena banyak yang sadar bahwa pemikiran Prof. al-Attas ini bukan pemikiran yang sederhana dan biasa-biasa. Tetapi pemikiran tinggi.

Prof. al-Attas sendiri konsisten membicarakan problem sekularisme sejak lebih empat puluh tahun lalu. Gagasan islamisasi ilmu pengetahuan kontemporer beliau sampaikan pada konferensi Internasional Pendidikan Islam di Makkah, 31 Maret – 8 April 1977.

Pada saat itu Prof. al-Attas menulis paper penting berjudul “Preliminary Thoughts on the Nature of Knowledge and Definition and Aims of Education”. Di konferensi tersebut Prof. al-Attas sudah menawarkan konsep-konsep pemikirannya tentang worldview Islam, pendidikan, adab, islamisasi, universtas Islam, dll. Semua karya beliau hingga kini konsisten pada wacana-wacana yang telah beliau bicarakan sejak empat puluh tahun lalu.

Beberapa ilmuan terinspirasi dengan gagasan Prof. al-Attas sejak konferensi tersebut. Terutama gagasan islamisasi ilmu pengetahuan dan pentingnya umat Islam memiliki universitas yang benar-benar berdasarkan konsep Islam.

Buku-buku yang ditulis oleh Prof. al-Attas ini sangat khas. Tidak ada buku, bahkan menurut subyektifitas saya, tidak ada kalimat dalam semua buku-bukunya yang tidak penting. Setiap kalimat yang dia tulis adalah penting dan hasil renungan kontemplasi ilmu yang tinggi.

Pada sabtu lalu, sesaat sebelum Prof. al-Attas memberi ceramah dalam acara peluncuran buku, Dr. Adian Husaini mengajak bincang-bincang dengan saya. Beliau mengatakan, coba buka pada halaman awal buku ini (Islam : Covenants Fullfilled), Prof. al-Attas menggunakan istilah unik dalam kalimatnya “… in combating the forces of secularization”.

Menurut Dr. Adian, itu menunjukkan sekularisasi bagi Prof. al-Attas sampai pada masa ini bukan perkara biasa-biasa. Sangat serius. Tidak banyak Muslim yang betul dalam menyadarinya. Maka, Prof. al-Attas menggunakan istilah “in combating”. Istilah yang berbau militer. Gagasan-gagasan Prof. al-Attas sejak empat puluh tahun lalu itu merupakan jihad ilmiah.

Buku terbaru Prof. al-Attas yang dilaunching merupakan tahapan paling penting dalam jihad ilmiah ini. Prof. al-Attas kembali menjelaskan konsep Islam dengan penjelasan yang lebih mendalam.

Prof. al-Attas menjelaskan alasan buku ini perlu ditulis. Masih ada sarjana Muslim terkemuka yang keliru memahami Islam. Dalam buku terbarunya ini Prof. al-Attas memberikan hujjah penting bagi mereka yang keliru memahami Islam.

Di antaranya, ada di antara sarjana yang masih menyamakan Islam dengan agama-agama lain. Prof. al-Attas menegaskan bahwa term “al-Islam” baru ada setelah al-Qur’an diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw. Istilah “al-Islam” belum digunakan sebagai sebuah nama agama sebelum Nabi Muhammad Saw diutus.

Kesalahan sebagian sarjana Muslim adalah memaknai “al-Islam” hanya dari segi harfiyah saja. Dengan maksud, bahwa agama Yahudi dan Nasrani pun termasuk Islam. Kesalah pahaman ini berarti mengecilkan makna “al-Islam”. Yaitu sebagai “millah” saja. Bukan “din”.

Millah lebih tepat dirujukkan kepada nabi-nabi sebelum nabi Muhammad. Kedatangan Nabi Muhammad saw dengan membawa risalah yang diberi nama langsung oleh Allah yaitu “al-Islam” menyempurnakan millah-millah sebelumnya. Karena itu Islam merupakan “din” yang sebenarnya.

Menurut Prof. al-Attas bahwa beliau telah melakukan penelusuran tentang istilah “din”. Para ahli tafsir dan lain-lain selalu menggunakan kata tunggal “din”. Adapun istilah “adyan” (din yang banyak) adalah istilah yang baru belakangan digunakan.

Maknanya, hanya ada satu “din” yang benar. Yaitu din al-Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad ﷺ.

Nabi-nabi terdahulu seperti; Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa disumpah untuk mengakui akan adanya Nabi terakhir yaitu Nabi Muhammad ﷺ. Mereka bahkan berdoa untuk dijadikan sebagai bagian Muslimin. “Tidak ada nabi, sebelum Nabi Muhammad, kecuali mereka mengenalkan kepada umatnya tentang Nabi Muhammad ﷺ yang akan datang di masa depan”, jelas Prof. al-Attas dalam ceramahnya pada acara peluncuran buku.

Penjelasan demi penjelasan dalam buku terbaru Prof. al-Attas ini tentu saja menarik dan lebih mendalam jika diurai satu persatu isu di dalamnya. Terkait dengan berbagai aspek perkara. Khususnya metafisika.

Karena terkait dengan berbagai isu dan sangat mendalam, maka buku ini perlu dibaca dengan merujuk kepada penjelasan orang yang cukup paham pemikiran Prof. al-Attas. Agar isu yang dipahami utuh, tidak terpotong-potong.

Isu-isu yang terdapat dalam buku ini merupakan pemikiran tinggi. Tidak sederhana. Salah satu karakteristiknya adalah pemikiran Prof. al-Attas merupakan pemikiran masa depan.

Gagasan beliau hadir pada saat umat Islam sedang membutuhkan jawaban. Barangkali sudah ada beberapa ilmuan Muslim yang menjawab isu sekularisme. Tetapi, jawaban Prof. al-Attas lebih rinci, mendalam dan masuk ke jantung isu persoalan sesungguhnya.

Dunia Islam zaman ini dipenuhi dengan persoalan-persoalan yang bermuara kepada faham sekularisme. Prof. al-Attas berhasil menemukan inti masalah umat Islam yaitu: loss of adab.

Khusus untuk kalagan intelektual dan akademisi, pemikiran Prof. al-Attas lebih dibutuhkan lagi. Sebab persoalan sekularisme menyelimuti dunia Islam dibawa oleh para sarjananya.

Sekularisasi ilmu pengetahuan telah mencengkeram dunia selama kurang lebih empat abad ini. Banyak ulama dan ahli ilmu di dunia Muslim resah dengan sekularisasi ini. Prof. al-Attas datang di abad kedua puluh memberi jawaban dengan gagasan emasnya; islamisasi ilmu pengetahuan kontemporer.

Pada abad ke-5 H, dunia Islam ditantang dengan meluasnya pengaruh falsafah Yunani. Banyak ulama yang resah. Ahli ilmu Muslim terbelah menjadi dua; menolak secara mutlak dan menerima secara mutlak. Datanglah imam al-Ghazali. Menulis jawaban dalam kitab khusus; “Tahafut al-Falasifah”. Sebuah jawaban yang belum pernah terpikir oleh fuqaha, mutakallim, dan ulama-ulama sebelum beliau. Dunia ilmu pengetahuan Islam pasca imam al-Ghazali kembali normal.

Prof. al-Attas pernah mengatakan bahwa dunia Islam pada zaman ini mirip dengan keadaan yang pernah dialami pada zaman imam al-Ghazali. Maka, menurut beliau, formula yang dibuat imam al-Ghazali untuk mengobati penyakit pemikiran dapat digunakan untuk menyelesaikan problem-problem zaman ini. Secara umum, formula yang digagas oleh Prof. al-Attas adalah formula yang memiliki kemiripan dengan kerja yang pernah dibuat imam al-Ghazali.

Umat Islam zaman ini sangat memerlukan sosok Prof. al-Attas. Pemikiran, ide, gagasan dan wacana yang dibuat Prof. al-Attas perlu disebarkan di dunia Islam. Dengan pemahaman yang baik. Melalui sanad ilmu yang terhubung kepada beliau. Prof. al-Attas telah menanam benih-benih yang hari ini mulai terlihat pertumbuhan pentingnya. Di masa depan, benih-benih itu menjadi besar hingga berbuah banyak. Menjadi bagian dari benih-benih tersebut adalah suatu anugerah besar dari Allah SWT.

Kuala Lumpur, 31 Juli 2023

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *