Bersiaplah dengan Qurban Terbaik

Written by | Opini

M. Anwar Djaelani

OASE MAKNA QURBANAlhamdulillah, sekitar dua pekan lagi insyaAllah kita akan merayakan Idul Adha. Terkait ini, tentu saja diperlukan sejumlah persiapan agar kita dapat memaknainya dengan sebaik-baiknya. Salah satu di antara persiapan itu –bagi yang berkemampuan- adalah menyiapkan hewan qurban yang berkualifikasi ’terbaik’.

Raih Taqwa

Di saat kita berjumpa lagi dengan Idhul Adha, kita bersyukur kepada Allah. Momentum seperti ini tergolong nikmat yang besar, sebab –antara lain- karena bagi umat Islam yang berkemampuan diwajibkan untuk melaksanakan ibadah qurban.

Salah satu hikmah ibadah qurban adalah bisa menambah rasa peduli kita kepada sesama. Perhatikanlah! Bagi sebagian orang, menikmati daging sebagai bagian dari lauk-pauk adalah hal biasa. Tapi, bagi sebagian orang lain yang masih miskin, daging adalah suatu makanan yang sungguh istimewa.

Dengan melihat kenyataan itu, maka teruslah pelihara ketaqwaan kita dengan cara menunaikan ibadah qurban. Untuk apa ibadah qurban kita lakukan? Untuk mengamalkan suruhan-Nya dan oleh karena itu harus kita lakasanakan dengan hanya semata-mata mengharap ridha Allah.

Agar pelaksanaan ibadah qurban lebih bisa kita resapi, penting kiranya kita bertanya: Sebenarnya, ibadah qurban dimulai sejak kapan? Ternyata, ibadah qurban sudah ada pada masa Nabi Adam a.s..

Tersebutlah, bahwa Qabil dan Habil (keduanya putra kandung Nabi Adam a.s.), masing-masing diminta untuk memberikan ‘persembahan’ atau berqurban kepada Allah.

Qabil, seorang petani, memilih buah-buahan bermutu jelek dan sayur mayur layu yang ia sendiripun tak berselera untuk memakannya. Sementara, Habil -seorang peternak-, memilih kambing yang besar, sehat, bagus, dan tidak cacat. Ketika itu, qurban yang diterima Allah hanyalah persembahan dari Habil. Sementara, qurban Qabil tidak diterima.

Mengapa berbeda ‘hasil akhir’ ritual berqurban dari kedua orang yang bersaudara itu? Karena niat dari kedua hamba Allah itu tak sama. Qurban Habil diterima karena amaliyah dia berangkat dari niat mengabdi hanya kepada Allah atas landasan iman dan taqwa. Sementara, di diri Qabil tak ada taqwa. Padahal, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (qurban) dari orang-orang yang bertaqwa(QS Al Maaidah [5]: 27).

Tapi, untuk apa kita berqurban? Perhatikanlah: Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu, dan berqurbanlah(QS Al-Kautsar [108]: 1-2). Tampak jelas, bahwa ibadah shalat dan berqurban adalah perintah Allah. Ia adalah bagian dari wujud rasa syukur kita atas begitu banyaknya nikmat yang telah kita terima dari Allah.

Dengan demikian, sesungguhnya Allah tidak butuh daging dan darah hewan qurban kita. Ketahuilah, bahwa yang sampai dan diterima Allah adalah nilai taqwa di balik pelaksanaan ibadah qurban tersebut. “Tidaklah akan mencapai Allah daging-dagingnya dan tidak darah-darahnya, tetapi yang akan sampai kepada-Nya ialah taqwa kamu” (QS Al Hajj [22]: 37).

Dekati, Besarkan!

Kata qurban berasal dari kata qurb yang artinya dekat. Berqurban maksudnya ialah beribadah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Usaha mendekatkan diri kepada Allah adalah bagian dari keimanan dan ketaqwaan kita.

Dengan demikian, nyatalah bahwa ibadah qurban, sebagaimana ibadah-ibadah lainnya (shalat, puasa, zakat, haji, dan lain-lain), memiliki satu pesan pokok yaitu untuk mencapai nilai iman dan taqwa yang tertinggi di sisi Allah.

Nabi Ibrahim a.s. mencapai nilai iman dan taqwa yang tinggi dan patut kita contoh karena telah memeragakan dengan baik kecintaannya kepada Allah. Ibrahim a.s. ridha atas perintah-Nya yang sangat berat yaitu: “Korbankan Ismail”.

Teladanilah Nabi Ibrahim a.s.! Besarkan Allah dan kecilkan yang selain-Nya. Maka, dalam keseharian kita, ambil-lah spirit kalimat Allaahu-Akbar ketika takbiratul-Ihram di saat mendirikan shalat. Ambil spirit dari kalimat talbiyah yang diucapkan dengan sepenuh cinta oleh mereka yang berhaji: Labbaika Allahumma labbaik (Yaa Allah, kami datang, kami datang memenuhi panggilan-Mu). Ambil spirit kalimat Bismillaah Allaahu-Akbar saat kita menyembelih hewan qurban. Ambil spirit ritual melempar jumrah saat berhaji, sebagai lambang sikap selalu membesar-besarkan Allah dan mengecilkan yang selain-Nya (terutama setan).

          Kelak, setelah Idul Adha berlalu, maka hendaknya semangat berqurban (berkorban) harus terus kita pelihara di sepanjang tahun. Oleh karena itu sangat tidak benar jika semangat berqurban hanya ‘bertahan’ di sekitar Idul Adha saja.

          Kita –misalnya- harus selalu sigap dalam membantu sesama terutama yang tergolong tak mampu, baik mereka itu meminta-minta ataupun tak meminta-minta. Kita harus selalu bisa mengembangkan sikap kepedulian atas nasib masyarakat di sekitar.

          Intinya, jika kepada Allah kita sudah terbiasa untuk memberikan qurban yang terbaik, maka diharapkan kita juga terbiasa untuk menolong atau memberikan bantuan (yang terbaik pula) kepada sesama. “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” (QS Al-Maaidah [5]: 2).

Mari, kita persiapkan qurban yang terbaik untuk Allah di Idul Adha sebentar lagi. Ayo, selalu bersiaplah untuk berkorban dalam usaha kita membantu meringankan -atau jika bisa menyelesaikan- masalah-masalah yang menimpa saudara-saudara kita yang lain. []

Last modified: 10/10/2013

One Response to :
Bersiaplah dengan Qurban Terbaik

  1. Arifudin says:

    Semoga umat Islam yang telah mampu semakin sadar akan berkurban dan berbagi kebahagiaan kepada mereka yang kurang mampu di setiap hari raya Idul Adha. Lembaga yang menyediakan sapi qurban dan kambing yang membantu pelaksanaan qurban seperti http://www.globalqurban.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *