Rasulullah, Manusia Istimewa

Written by | Opini

Terlepas dari pujian tersebut, kita  selaku umat Islam, meyakini  bahwa Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi wa salam adalah manusia yang memiliki keistimewaan. Ibarat batu, beliau adalah batu permata, sedang kita adalah batu biasa.

Ini maksudnya, Rasulullah adalah manusia seperti kita yang membutuhkan makan dan juga mengalami sakit, merasa suka dan duka. Beliau juga  seorang hamba yang tidak memiliki kekuasaan pada dirinya untuk menolak segala kemudaratan atau kemanfaatan, kecuali apa yang dikehendaki oleh Allah. Dalam al-Qur’an Allah berfirman: “Katakanlah: “Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.”  (al-A’raf: 188).

Yang membuat beliau mulia adalah karena berhasil menjalankan tugas dari Allah secara sempurna sebagai pembawa risalah. Allah sengaja memilih beliau, karena memang dalam diri beliau terdapat sifat-sifat yang pantas menerima tugas tersebut.

Setelah menjalankan tugas dengan baik beliaupun kembali ke hadirat-Nya dengan ridha dan diridhai. “Sesungguhnya kamu (Muhammad!) akan mati, dan sesungguhnya mereka juga akan mati.” (Al Zumar: 30)

Sifat ubudiyyah (penghambaan) merupakan semulia-mulia sifat Nabi Muhammad. Oleh karena itu, beliau bangga dengan hal itu sebagaimana sabdanya: “Sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba Allah”. (HR. Ahmad)  

Allah telah menyebut Rasulullah sebagai semulia-mulia hamba-Nya, ketika menceritakan penghargaan Isra ‘ kepada beliau sebagaimana firman-Nya: “Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya …” (Al-Isra: 1)

Begitu juga firman Allah: “Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadah), hampir saja jin-jin itu desak mendesak mengerumuninya.”  (Al Jin: 19)

Sifat kemanusiaan Rasulullah seperti inilah sebagai mukjizat yang diberikan Allah kepadanya. Tidak ada orang yang bisa menandingi kehambaan Rasulullah kepada Sang Khalik. Inilah yang membuat posisi Rasulullah sangat tinggi di sisi-Nya.

Meski keberadaan Rasulullah di dunia ini sama dengan manusia lainnya, namun kedudukannya di sisi Allah jelas sangat berbeda dibanding manusia umumnya. Tidak ada orang yang dapat menandingi maupun menyamainya. Beliau sendiri pernah bersabda di dalam hadis sahih tentang keistimewaan dirinya yaitu ketia melarang puasa wishal (puasa terus menerus) sebagai bentuk kasih sayang kepada para sahabat.  Para sahabat berkata: “Bukankah anda sendiri melakukan puasa wishal?” Beliau bersabda: “Aku tidak sama dengan keadaan seorang kalian karena aku diberi makan dan minum oleh Rabbku”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Diantara keistimewaan lainnya yaitu sabda beliau yang berbunyi: “Kedua mataku tidur, tetapi hatiku tidak tidur”. (HR. Bukhari). Demikian juga sabda beliau: “Sungguh aku ini yang terdepan dari kalian dan aku menjadi saksi atas kalian. Dan aku, demi Allah, sekarang sedang melihat telagaku (yang di surga) dan aku telah diberikan kunci-kunci kekayaan bumi atau kunci-kunci bumi (dunia).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Keistimewaan beliau juga tidak hanya ketika hidup di dunia, tetapi juga setelah wafatnya. Allah telah memberikan keistimewaan pada Rasulullah bisa mendengar dan menjawab salam orang yang hidup yang ditujukan kepada beliau di alam Barzah. Allah juga mengharamkan bumi memakan jasad beliau sebagaimana diterangkan oleh hadits sahih sebagaimana sabdanya: “Sesungguhnya, di antara hari yang paling mulia adalah hari Jumat. Pada hari itulah Adam as diciptakan dan diwafatkan. Pada hari Jumat juga, terjadinya tiupan sangkakala, dan pada hari itu juga terjadinya so’iqah (petir dahsyat atau kiamat). Maka perbanyaklah membaca shalawat kepadaku pada hari itu karena shalawat kalian akan dipersembahkan kepadaku”. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana shalawat kami akan dipersembahkan kepadamu, padahal kamu telah  wafat?” Beliau SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan atas bumi dari memakan jasad para Nabi”. (Riwayat Imam Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Ibnu Hibban di dalam Sahihnya dan Imam Hakim mensahihkannya)

Dari penjelasan di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa kita harus meyakini bahwa selain Rasulullah itu manusia biasa juga memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh manusia lainnya.

Hal yang demikian itu bukan hal yang aneh, karena  juga terjadi pada nabi dan rasul lainnya. Karena itu kita tidak boleh memandang mereka sebagai orang biasa, tanpa mengaitkannya dengan keistimewaanya sebagai nabi dan rasul. Jika kita hanya memandang para nabi dan rasul itu semata sebagai manusia biasa berarti  kita telah terjerumus ke dalam tradisi dan sikap orang jahiliyah.

Hal ini telah banyak dijelaskan dalam al-Qur’an. Antara lain apa yang dilakukan oleh kaum Nabi Nuh as terhadap nabi mereka sebagaimana diceritakan Allah dalam firman-Nya:” Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: “Kami tidak melihat kamu (wahai Nuh), melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami..”(Hud: 27). Ayat yang lain yaitu perkataan kaum Nabi Musa dan Harun as tentang nabi mereka sebagaimana yang diceritakan oleh Allah dalam al-Quran: ”Sehingga mereka berkata (dengan angkuhnya), “Apakah kita beriman kepada dua manusia seperti kita, sedangkan kaum mereka (Bani Israel) menjadi orang-utusan kita? ” (Al-Mukminun: 47)

Demikian juga dengan apa yang dikatakan kaum Tsamud ke nabi mereka, yaitu Nabi Saleh as, sebagaimana yang dikisahkan oleh Allah dalam al-Qur’an: “Engkau hanyalah seorang manusia, seperti kami; maka datangkanlah tanda (mukjizat) jika kamu dari orang- orang yang benar.” (Al-Syu’ara ‘: 154)

Begitu juga dengan apa yang dikatakan oleh orang musyrikin terhadap Nabi Muhammad  dimana mereka hanya memandang beliau sebagai orang biasa, sebagaimana yang diceritakan  al-Quran: “Dan mereka berkata, “Mengapa Rasul ini makan, minum dan berjalan di pasar-pasar (seperti manusia yang lain)?” (Al-Furqan:7)

Demikianlah Allah memberikan keistemewaan kepada para nabi, khususnya nabi kita Muhammad sebagai penutup para nabi. Karena itu menganggap beliau sama dengan manusia lain dalam semua kondisi dan sifat-sifatnya adalah sesuatu yang jelas salah dan sebuah kebodohan yang ditolak oleh dalil sahih dari al-Quran dan sunnah. Semoga kita tidak termasuk orang yang sesat jalan. Amin. 

 

Last modified: 04/11/2011

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *