Pertentangan Islam dengan Komunisme

Written by | Pemikiran Islam

Oleh: Derajat Fitra*

Inpasonline.com-Membicarakan suatu istilah tanpa memahami arti dan penggunaan sesuai konteksnya yang tepat dapat membawa kita pada kekeliruan. Begitu pula dalam memahami komunisme. Pembahasan tentang komunisme seringkali bercampuraduk dengan istilah “Ateisme”, “sosialisme”, dan “marxisme”, sehingga tak jarang membingungkan para pembaca dalam memahaminya. Maka dari itu, ada baiknya bagi kita agar terlebih dahulu menguraikan arti dan bagaimana istilah komunisme digunakan di dalam sejarah perkembangannya.

Komunisme secara bahasa berarti paham kebersamaan. Istilah komunis berasal dari bahasa Perancis “commune”, yang searti dengan “common” dalam bahasa Inggris, akar katanya dari bahasa Latin “comun” yang artinya publik, bersama, umum, atau universal.[1] Adapun imbuhan –isme di belakangnya menunjukkan arti aliran, ajaran, atau paham. Dewasa ini, terminologi komunisme secara khusus dalam ilmu sosial merujuk pada kumpulan doktrin dan kritik Marxis, terhadap kapitalisme dan teori liberal, prediksi mereka tentang terciptanya revolusi proletariat yang melahirkan suatu masyarakat komunis yang bebas dari kemiskinan, tanpa kelas, tanpa pembagian kerja yang timpang, serta tanpa institusi yang menjadi alat penindasan dan dominasi kelas satu atas kelas lain.[2] Berdasarkan hal itu, maka komunisme tiada lain merupakan sosialisme Marxis yang dirumuskan oleh Karl Marx (1818-1883) dan Friedrich Engels (1820-1895).

Komunis adalah istilah yang dipakai oleh Marx dan Engels dalam Manifesto Partai Komunis yang mereka tulis pada tahun 1847. Sebagaimana menurut Engels, manifes itu menggunakan kata “komunis” dan bukan “sosialis” adalah untuk membedakan antara sosialisme Marxis yang anti-kapitalisme dan revolusioner dengan sosialisme borjouis, utopis, atau reaksioner yang kontra-revolusioner yang berkembang pada saat itu. Sosialisme Marxis ini dalam wujud nyatanya menurut Marx adalah fase ekonomi yang terjadi setelah runtuhnya kapitalisme dan merupakan fase perantara memasuki fase komunisme. Adapun komunisme, secara garis besar adalah gagasan tentang sistem ekonomi yang dirancang oleh Marx dan Engels dalam buku Das Kapital sebagai bentuk antitesa dari sistem ekonomi kapitalis yang berkembang pada masanya seiring bergulirnya revolusi industri. Komunisme menurut Marx adalah sebuah fase akhir dari proses perubahan sistem ekonomi politik, yang mana negara sosialis telah berhasil mendayagunakan alat-alat produksi pemenuh kebutuhan rakyat, kemudian membuat alat-alat produksi itu menjadi milik setiap orang secara merata, sehingga terbentuk masyarakat yang manusianya saling memenuhi kebutuhan satu sama lain, tanpa kelas dan tanpa adanya peran pemerintah, atau negara sebagai lembaga pemegang kekuasaan. Dengan demikian komunis maupun komunisme adalah bagian dari aliran pemikiran Marx, ajaran Marx, atau Marxisme yang bercita-cita membentuk masyarakat ideal dalam sejarah manusia, yakni masyarakat komunis atau masyarakat tanpa hak kepemilikan pribadi, tanpa kelas, dan tanpa sistem kapitalisme.

Marxisme untuk pertama kalinya diwujudkan menjadi suatu ideologi resmi negara dalam kenyataan dunia material, yakni di Rusia. Vladimir Iliych Lenin telah mengembangkan serta memperkaya Marxisme, khususnya dengan ajaran-ajarannya mengenai imperialisme dan revolusi sosialis. Dengan berpangkal pada pemahamannya mengenai revolusi sosialis, Lenin memimpin kelas buruh Rusia dengan Partai Komunis Rusia untuk pertama kalinya dalam sejarah dapat memenangkan revolusi sosialis, menegakkan negara diktator proletariat atau negara sosialis komunis seperti yang dibayangkan oleh Marx. Lenin mengubah teori-teori komunisme Marx yang dinyatakan sebagai sosialisme ilmiah oleh Marx, Engels, dan pendukungnya itu menjadi suatu kenyataan dalam sejarah. Ajaran-ajaran Lenin atau disebut juga sebagai Leninisme, pada perkembangan berikutnya tidak hanya mempengaruhi nasional Rusia, tetapi juga menginspirasi munculnya perjuangan memenangkan revolusi sosialis hampir di seluruh dunia. Aidit pun mengakui bahwa Leninisme tiada lain adalah Marxisme pada zamannya, zaman imperialisme dan revolusi sosialis dunia. Ajaran-ajaran Marx dan Lenin kemudian menjadi terkenal dengan sebutan Marxisme-Leninisme. Dan setelah perang dunia ke-dua, Marxisme atau Marxisme-Leninisme kabarnya telah meluas hingga menjadi suatu sistem yang meliputi sepertiga dari seluruh penduduk dunia dan sebagian besar gerakan buruh atau Partai Komunis di seluruh dunia berpegang pada garis-garis ajaran yang ditetapkan oleh Marx, Engels dan Lenin.

Berkenaan dengan tumbuhnya kelas buruh di Indonesia sebagai akibat langsung dari pertumbuhan imperialisme di Indonesia pada awal abad ke-20, maka tumbuhlah ajaran dan cita-cita sosialisme Marx atau komunisme di bumi Indonesia. Sebagaimana telah diketahui bahwa partai politik yang ketika itu berjuang mengintegrasikan Marxisme-Leninisme dengan praktik kongkrit revolusi sosialis di Indonesia adalah Partai Komunis Indonesia (PKI).

Proses Pembentukan Partai Komunis Indonesia

Partai Komunis Indonesia atau PKI lahir pada saat Indonesia dalam kekuasaan kolonialisme Belanda. PKI muncul setelah sebelumnya di Indonesia sudah dibentuk beberapa serikat buruh dan sesudah terjadinya peristiwa Revolusi Sosialis Rusia pada Oktober tahun 1917.[3] Nederlandsch-Indisch Onderwijzers Genootschap (NIOG), Staats Spoor Bond (SS-Bond), Verenigingen van Spoor-en Tram Personeel (VSTP) dan Indisch Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV) adalah beberapa serikat buruh yang lahir sekitar abad 20 di Indonesia. Nederlandsch-Indisch Onderwijzers Genootschap (NIOG) adalah sebuah serikat buruh yang dibentuk sekitar tahun 1894, yang mengorganisasi para guru sekolah dasar dan menengah dari Belanda. Namun, karena cenderung mempertahankan sifat ke-Belanda-annya dan tidak berperanan penting dalam mobilisasi pergerakan buruh secara besar dan signifikan, serikat buruh tersebut tidak banyak dikenal di dalam sejarah di Indonesia.[4]

Pada tahun 1905 berdiri suatu serikat yang mengorganisasi kaum buruh perkereta-apian Negara yang bernama Staats Spoor Bond atau SS-Bond. SS Bond mempekerjakan pegawai Belanda dan Indonesia, namun serikat tersebut tidak berkembang dengan baik sebab banyak buruh pada waktu itu yang menganggap SS Bond tidak dapat memenuhi keinginan kaum buruh secara umum dan nyatanya memang seluruh elit dan pimpinannya adalah orang-orang Belanda. Menyikapi hal itu, pada tanggal 14 November 1908 perwakilan kaum buruh dari perkereta-apian Negara maupun swasta berkumpul di Semarang dan mendeklarasikan berdirinya Verenigingen van Spoor-en Tram Personeel atau VSTP. VSTP adalah serikat buruh yang terbuka bagi seluruh buruh kereta api dan trem baik dari kalangan pegawai dinas maupun dari perusahaan swasta. Dengan berdirinya VSTP, banyak anggota-anggota SS Bond yang beralih menjadi anggota VSTP. Pada tahun 1919 SS Bond akhirnya bubar.

VSTP merupakan serikat buruh revolusioner yang banyak beranggotakan orang-orang berhaluan sosialis-komunis. Presiden dan Sekretaris VSTP pada awal pembentukannya adalah dua orang sosialis asal Belanda, yaitu C.J. Huishoff dan H.W. Dekker. Adapun jabatan-jabatan lainnya dalam jajaran komite eksekutif dipegang oleh orang-orang Indonesia. Namun, setelah kedatangan seorang sosialis-komunis asal Belanda, yaitu Hendricus Jesephus Franciscus Marie (H.J.F.M) Sneevliet atau Henk Sneevliet alias Maring ke Indonesia pada tahun 1913, kepemimpinan VSTP mulai didominasi oleh orang-orang sosialis-komunis. Propagandis marxis yang lahir 13 Mei 1883 itu, pada perkembangan berikutnya berhasil menjadi Presiden VSTP dengan didampingi murid sekaligus tangan-kanannya, yaitu Semaun sebagai Sekretaris. Sebelum akhirnya, pada perkembangan berikutnya, Semaun berhasil memegang posisi sebagai Presiden dan Sneevliet beralih menjadi sekretaris dalam serikat buruh tersebut.

Berbicara mengenai aktivitas Sneevliet di Indonesia tak lepas dari bebrabagai aksi propagandanya terhadap kepada rakyat Indonesia untuk melawan kolonialisme Belanda. Beberapa waktu setelah tiba di Jawa pada Februari 1913, Sneevliet sempat bekerja sebagai staf editorial di Soerabajaasch Handelsblad, sebuah perusahaan koran yang menjadi corong kepentingan sebuah perusahaan gula di Jawa Timur. Sebelum akhirnya ia pindah untuk bekerja menggantikan kawan se-ideologi-nya yakni D.M.G. Koch, di sebuah perusahaan koran di Semarang yang bernama Semarang Handelsvereniging. Nampaknya, di Semarang Sneevliet menemukan momentum baginya untuk merealisasikan cita-cita politiknya. Berkat kegiatannya menjalin kontak dengan para buruh di kota itu, pada suatu hari ia pun berhasil memimpin dan membangun VSTP dengan ide-ide sosialisme-marxis yang diusungnya.

Pada perkembangan berikutnya, dalam pergerakan VSTP dirasa terdapat hambatan-hambatan yang menghalangi perluasan pengaruhnya terhadap kaum buruh dan rakyat Indonesia secara menyeluruh. Jajaran pimpinan VSTP tidak mempunyai kejelasan tentang strategi menarik massa kaum buruh yang belum sadar perjuangan revolusioner untuk membangun sosialisme komunis di Indonesia. Maka dari itu, Sneevliet bersama kawan-kawannya seperti H.W. Dekker, P. Bergsma, Brandsteder, R. Darsono, dan sejumlah kaum sosialis komunis lainnya pada bulan Mei 1914 di Semarang bersepakat mendirikan partai sosialis komunis pertama di Indonesia yang bernama Indisch Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV). Dalam ISDV, tergabung intelektual-intelekyual sosialis Belanda dan Indonesia yang bertujuan menyebarkan marxisme di kalangan kaum buruh dan rakyat Indonesia secara umum. Terbentuknya ISDV sebagai partai politik itu disambut baik oleh para pemimpin VSTP, sehingga VSTP kemudian mengakui ISDV sebagai induk pergerakan politiknya.

Sudah barang tentu pembentukan partai komunis di Indonesia tidak lepas dari peran Henk Sneevliet. Spirit juang Sneevliet bertambah ketika memperoleh inspirasi dari Revolusi Bolshevik atau revolusi kaum sosialis radikal di Rusia. Ketika itu, pada bulan Februari tahun 1917 sebuah revolusi telah terjadi di mana penguasa Tsar Rusia yaitu Michel II berhasil dijatuhkan. Berita kejatuhan Tsar Rusia itu menginspirasi Sneevliet untuk semakin mengobarkan propaganda kepada rakyat Indonesia agar melawan pemerintahan kolonial Belanda. Sebuah tulisan Sneevliet dalam harian Semarang “De Indier” tanggal 19 Maret 1917, dengan nama “Zegepraal” atau “Kemenangan”, memuat pujiannya terhadap Revolusi Rusia dan menganjurkan rakyat Indonesia untuk menjadikannya sebagai teladan. Namun tulisannya itu justru menyebabkan perkumpulan dagang di mana Sneevliet bekerja mengeluarkan dirinya dari pekerjaannya. Buntut dari kehilangan pekerjaannya itu membuat Sneevliet tidak dapat berbuat apa-apa kecuali hanya mengabdikan diri pada VSTP, sebagai sekretaris dan propagandis, serta hidup dari serikat buruh tersebut yang ketika itu pimpinan beralih ke tangan Semaun. Selang beberapa waktu kemudian, kaum Bolshevik yang dipimpin oleh Lenin berhasil memenangkan revolusi sosialis Rusia pada 7 November 1917 – menurut Magnis Suseno, November itu menurut perhitungan kalender Bolshevik, adapun menurut perhitungan masehi peristiwa itu terjadi bulan Oktober 1917. Berita kemenangan itu diumumkan kepada para aktivis ISDV dan memotivasi mereka untuk semakin menggencarkan propaganda tentang revolusi dan sosialisme di Indonesia.

Dengan dibantu seorang temannya yaitu Brandsteder, Sneevliet melancarkan propaganda di kalangan angkatan bersenjata. Berkat propagandanya itu, terbentuklah semacam kelompok Soviet di Surabaya, yaitu yang disebut “Dewan Matros dan Marine”, dan kepada serdadu-serdadu dianjurkan untuk membentuk dewan semacam itu. Namun, kegiatannya itu dianggap terlalu berbahaya oleh pemerintah Belanda sehingga akhirnya pada bulan Desember 1918 Sneevliet diusir dari Indonesia. Setelah pengusirannya, Sneevliet sempat pergi ke Rusia kemudian ke China lalu kembali ke negerinya Belanda. Selama pengembaraannya itu ia terlibat dalam sejumlah kegiatan revolusioner hingga menjelang akhir hayatnya, yakni sejak tahun 1940, Sneevliet tercatat sebagai anggota Kepemimpinan Front Marx-Lenin-Luxemburg yang berpusat di Jerman. Akhirnya Sneevliet dieksekusi mati oleh tentara Nazi Jerman pada tahun 1942 di negeri kelahirannya.[5]

Kepergian Sneevliet dari Indonesia tidak banyak berdampak negatif bagi perkembangan ISDV. Karena telah muncul tokoh-tokoh revolusioner marxis dari kalangan orang-orang Indonesia sendiri yang melanjutkan perjuangan membangun organisasi komunis. Berita tentang pergerakan Lenin membentuk partai revolusioner setelah memenangkan revolusi Sosialis Oktober, untuk memompakan kesadaran revolusi dan keyakinan kepada kaum buruh, menurut Aidit, tidak hanya menjadi suluh dan pembangkit harapan rakyat Indonesia akan hancurnya imperialisme Belanda, tetapi juga memberi pelajaran pada rakyat dan kelas buruh Indonesia akan perlunya suatu partai tipe baru, yaitu partai yang merupakan bentuk tertinggi dari organisasi kaum buruh atau kelas proletar yang bersenjatakan ajaran marxisme-leninisme, yang mempunyai anggota dari kelas buruh yang paling sadar dan memiliki disiplin baja yang sangat kuat, yakni partainya Lenin, yaitu Partai Komunis. Akhirnya, sebagai pengejawantahan inspirasi tersebut, dalam rapat tahunan ISDV yang ke-7, yang dilaksanakan di gedung Sarikat Islam (SI) Semarang, dan atas persetujuan Semaun juga, pada tanggal 23 Mei 1920, ISDV berubah nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI).

Demikianlah, ISDV secara resmi bertransformasi menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI), setelah anasir-anasir kaum revisionis atau penentang revolusi yang ada di tubuh ISDV dapat dikalahkan. Adapun Pengurus Besar harian yang pertama ketika itu adalah: Semaun sebagai Presiden atau Ketua, Darsono sebagai wakil ketua, Bergsma sebagai sekretaris, Dekker sebagai Bendahara. Tokoh-tokoh lainnya di antaranya adalah Tan Malaka, Alimin, Musso, Ali Archam, Dengah dan Soegono. Pada bulan Desember 1920 PKI resmi menjadi bagian dari Komunis Internasional (Komintern) dan iktu memperkuat gerakan Komunis Internasional yang Marxis-Leninis.[6]

Berkaitan dengan Revolusi Sosialis Rusia, pada tahun 1919 di Moskow telah berdiri organisasi Communist International (Comintern), Internasionale Komunis, atau Komunis Internasional (Komintern). Ketika Lenin meninggal pada 1924, Uni Soviet telah berdiri dan kekuasaan sepenuhnya diambil alih oleh kaum komunis. Cita-cita “Internasionale Komunis”, adalah bertujuan untuk memperjuangkan “dengan segala cara yang tersedia, termasuk kekuatan bersenjata, penggulingan borjuasi internasional dan penciptaan republik Soviet internasional sebagai transisi ke tahap penghapusan total negara”. Komintern berupaya mengkoordinasikan kaum sosialis dengan kebijakan komunisnya di seluruh dunia.[7] Uni Soviet menjadi kiblat sosialisme komunis yang darinya kaum sosialis mereka menerima dukungan perjuangan dan inspirasi.

Mengenai Revolusi Oktober di Rusia tahun 1917 yang mendorong terbentuknya PKI, Aidit meminjam perkataan Mau Tje Tung atau Mao Zedong sebagai berikut[8] :

“Salvo Revolusi Oktober menyadarkan kita akan Marxisme-Leninisme. Revolusi Oktober membantu orang-orang progresif di Tiongkok dan di seluruh dunia untuk menerima pandangan dunia proletar sebagai alat meramalkan masa depan daripada suatu nasion dan memikirkan kembali masalah-masalahnya sendiri.”

Dengan demikian, pecahnya Revolusi Oktober di Rusia tahun 1917 sangat berpengaruh pada lahirnya PKI dan perkembangannya tidaklah dapat dipisahkan dari pengaruh revolusi tersebut. Partai Komunis Indonesia lahir dalam zaman kolonialisme Belanda, sesudah di Indonesia berdiri berbagai serikat buruh dan perkumpulan kaum Sosialis. PKI berdiri sebagai organisasi politik kaum Marxis Indonesia, sesudah terjadinya revolusi Oktober tahun 1917. PKI mewujud sebagai Partai Komunis yang gigih membela kemurnian ajaran Marxisme atau Marxisme-Leninisme dan berjuang untuk mengintegrasikannya dengan praktek kongkrit Revolusi Indonesia dan untuk internasionalisme proletar.[9]

 

Pokok Ajaran Komunisme

Komunisme adalah ideologi partai kelas proletariat atau buruh. Sebagaimana dikemukakan oleh Marx dan Engels, bahwa kaum komunis jelas kaum proletar, tetapi kaum proletar belum tentu komunis. Kaum proletar barulah menjadi komunis ketika masuk menjadi anggota liga atau partai komunis. Karena itu ideologi Komunisme harus menjadi ideologi kelas buruh. Setiap anggota atau pendukung Partai komunis harus memiliki atau mendukung komunisme sebagai ideologi kelas buruh. Adapun kelas buruh tersebar di berbagai macam organisasi, seperti serikat buruh, koperasi kaum buruh, dan perkumpulan-perkumpulan pendidikan, organisasi-organisasi pemuda, dan lain sebagainya. Akan tetapi, kesadaran revolusi yang diperoleh buruh melalui perjuangan organisasi-organisasi tersebut, tidaklah dapat membuat kaum buruh atau pekerja cukup kuat dan bersatu melawan sistem kapitalisme. Maka dari itu, harus ada partai politik dari kelas buruh, artinya harus ada dasar teori perjuangan yang diinjeksikan ke dalam gerakan buruh itu. Dan teori itu adalah teori Marxisme-Leninisme. Dalam komunisme hanya dengan adanya teori revolusioner, yaitu Marxisme-Leninisme dan partai yang revolusioner, yaitu Partai Komunis, semua organisasi kelas buruh, rakyat pekerja, dan kaum revolusioner akan dapat dipersatukan dan dipimpin dengan sasaran dan taktik-taktik perjuangan yang terang.

Menengok pada dokumen yang berjudul “Tegakkan PKI yang Marxis-Leninis untuk Memimpin Revolusi Demikrasi Rakyat Indonesia” yang diterbitkan bulan September 1971 oleh delegasi CC PKI memahamkan kita tentang masih hidupnya ide-ide marxis atau komunis, khususnya di Indonesia. Meskipun PKI dalam bentuknya yang resmi atau formal telah mati dengan adanya ketetapan MPRS nomor XXV/MPRS/1966 tahun 1966, namun dokumen itu menegaskan bahwa komunisme sebagai ide atau spirit perjuangan tidak pernah ikut mati. Dokumen yang muncul setelah tahun 1966 tersebut mempertegas dukungan PKI dengan bentuk non-resmi itu terhadap pemikiran Mao Zedong yang mengembangkan teori-teori Marxisme-Leninisme. Marxisme-Leninisme-Moisme diakuinya sebagai ideologi dan dasar teori yang membimbing seluruh partai dan dipercaya akan menjamin kemenangan revolusi Indonesia. Selain itu, dokumen ini juga menandaskan bahwa PKI non resmi itu adalah satu tipe partai komunis mode baru yang secara militant berjuang mempertahankan kemurnian Marxisme, dan melawan kaum revisionis Indonesia yang didalangi oleh kaum revisionis modern Rusia, serta dalam menyambut dengan gembira kemenangan Revolusi Besar Kebudayaan Proletar China yang telah mengkonsolidasi China Sosialis sebagai benteng revolusi dunia yang paling kokoh dan terpercaya. Dalam dokumen yang dikeluarkan oleh Politbiro CC PKI ini, PKI non resmi mengakui bahwa PKI pada periode tahun 1951-1965 silam belumlah menguasai dan belum menggunakan pendirian, pandangan, dan metode Marxis-Leninis ke dalam praktek kongkrit revolusi Indonesia, sehingga telah membuat kesalahan-kesalahan dan karena itu menyebabkan kegagalan dalam menggulirkan revolusi untuk sementara waktu.

Namun seiring perjalanan dari waktu ke waktu, pada kenyataannya komunisme mengalami perkembangan dan menjadi memiliki definisi yang beragam. Komunisme dewasa ini tidak lagi membatasi diri hanya pada pemikiran Marx, Engels, Lenin, atau Mao semata. Komunisme menjadi suatu kumpulan teori dan praktik tokoh-tokoh besar komunis seperti Marx, Engels, Lenin, Stalin, dan Mao, yang tiada lain menjadi salah satu khazanah pemikiran dan pergerakan, yang mencerminkan upaya-upaya kaum komunis untuk menyesuaikan doktrin-doktrin komunisme dengan keadaan sosial-politik kongkrit yang dihadapi tokoh-tokoh tersebut sebagai pemimpinnya di wilayahnya masing-masing. Meskipun demikian, doktrin-doktrin komunisme itu tetap merupakan satu kesatuan pemikiran dan gerakan sosial, ekonomi, serta politik yang pokok pemikirannya mengacu pada prinsip dasar Marxisme yang bersifat revolusioner dan bermaksud merebut serta menjalankan kekuasaan yang direbutnya berdasarkan doktrin-doktrinnya untuk mewujudkan cita-cita membentuk masyarakat komunis. Ciri utamanya adalah sifatnya yang totalitarian, di mana partai komunis berfungsi sebagai alat untuk mengatur segala aspek kehidupan rakyatnya termasuk dalam bernegara dan beragama. Doktrin-doktrin komunisme bersifat antroposentris, di mana pembebasan kelas proletariat sebagai kelas tertindas oleh kelas proletariat itu sendiri dan melalui revolusi sosial merupakan isu dan agenda utamanya.

Namun, revolusi sosial yang digadang-gadang komunisme akan terjadi itu tampaknya telah musnah. Selain kekusutan dalam internal kaum Marxis dalam menentukan tradisi Marxis yang sejati, perkembangan globalisasi kapitalisme dewasa ini turut menjadi rintangan besar lain yang membuat komunisme atau Marxisme mustahil menemukan relevasinya lagi. Kapitalisme saat ini hadir seolah menjadi pengganti komunisme dalam mewujudkan hadirnya masyarakat internasional, di mana alat-alat produksi secara merata telah dimiliki oleh hampir seluruh manusia hari ini, yaitu gawai, laptop, atau produk teknologi informasi semacamnya, yang dapat dimaknai sebagai alat produksi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sistem kapitalis mewujud menjadi masyarakat birokratis internasional yang baru, seolah tanpa kontradiksi dalam internalnya sendiri, sedangkan Marxisme (yang mendasarkan diri pada kontradiksi dalam sistem ekonomi kapitalisme dan perjuangan ekonomi, sosial dan politik) justru semakin terang bukti kesalahannya. Pemikiran tokoh seperti James Burnham yang meramalkan akan perkembangan demikian dapat dikatakan terbukti benar. Dan tulisan Trotsky benar saat membicarakan kemungkinan tersebut, yang mana dalam kasus semacam ini, kata dia “hanya tinggal mengakui bahwa program sosialis Marxis atau komunis, yang mendasarkan diri pada konstradiksi internal kapitalisme, ternyata hanya utopia atau angan-angan juga.”[10] Dan kenyataannya, globalisasi kapitalisme telah mengubah basis hampir seluruh negara komunis menjadi negara komunis mode baru tipe lain, yakni tipe negara komunis yang cenderung kapitalis. Bahkan, implementasi diktator proletariat atau partai komunis sebagai bentuk partai tunggal dan sebagai bentuk transisi dari penghilangan semua kelas sosial sehingga tercipta masyarakat tanpa kelas, justru memunculkan kelas sosial baru, yaitu kelas birokrat yang menjadikan negara sebagai perusahaan raksasa yang menguasai kapital (Corporate State). Sejatinya, komunisme atau marxisme itu hancur dalam perjalanan sejarahnya karena mengalami kontradiksi di dalam internalnya sendiri.

Lebih lanjut, sepeninggal Marx, komunisme dihadapkan dengan munculnya istilah “Marxis” dan “Marxian.” Dua istilah yang membedakan pengikut Marxisme yang memperjuangkan kemurnian pemikiran Marx secara keseluruhan dengan pengikut Marxisme yang hanya memakai berbagai sudut pandang Marx sebagai pisau analisa untuk diramu dengan berbagai pemikiran lain dan disesuaikan dengan kondisi zaman. Istilah “Marxis” dipakai untuk menunjuk kepada para pengikut Marx dan berbagai pemikirannya yang militan, sementara istilah “Marxis-Marxian” digunakan untuk menunjuk kepada para pemakai berbagai sudut pandang Marx sebagai metode analisis. Kelompok pemikiran yang digolongkan sebagai Marxis, di antaranya seperti, sosialisme Marxis atau komunis, marxisme ortodok, feminisme marxis, psikologi marxis, dan lain sebagainya. Adapun pemikiran-pemikiran yang digolongkan sebagai marxis-marxian antara lain seperti pemikiran aliran Frankfurt atau neo-marxis, posmarxisme, teologi pembebasan, marhaenisme, dan lain sebagainya.[11] Menurut pembedaan itu, komunisme mode baru yang berjuang dan tetap dalam koridor ajaran Marxis yang murni dapat digolongkan sebagai kelompok “Marxis”, sementara komunisme mode baru yang cenderung kapitalis masuk kategori “Marxian.” Namun demikian, munculnya beragam aliran Marxis di abad ke-20 itu menjadi kekusutan yang mesti diuraikan, baik oleh kaum komunis secara khusus maupun kaum Marxis secara umum, yang berjuang mengkontekstualisasikan Marxisme, agar terang benderang, mana ajaran atau metode yang benar-benar bersumber dari tradisi Marxis yang sejati, yang mereka perjuangkan itu?

Kekusutan lain yang jauh lebih rumit: bahwa dalam kenyataan sejarahnya kaum Marxis sering saling memenjara, memerangi serta membunuh; yang lebih merisaukan lagi, bahwa dalam semua konflik sosial, ada banyak kelompok atau tokoh-tokoh Marxis mengambil sikap yang sama sekali bertentangan satu sama lain. Misalnya, Lenin dan Plekhanov (seorang tokoh sosial-demokrat) di Rusia tahun 1917; Partai Komunis dan partai revolusioner POUM di Spanyol masa pemberontakan di Barcelona tahun 1936; dan di Eropa Timur masa runtuhnya blok Soviet.[12]

Meskipun memiliki faktor yang memustahilkannya untuk relevan dengan kehidupan, ide-ide marxisme atau komunisme tampaknya tidak akan pernah mati dalam benak para pengikutnya. Meskipun kekusutan dalam internal Marxis sendiri, dan perkembangan globalisasi kapitalisme yang semakin mendominasi dunia menyebabkan pergeseran teori-teori sosial Marxis dan negara-negara komunis dari basis kolektif-sosialis menjadi berbasis individual-kapitalis, tampaknya tidak akan menyebabkan ide-ide marxis atau komunis mati membusuk. Sebagaimana Marx sendiri menginginkan bahwa marxisme tetap menjadi sebuah ilmu pengetahuan, agar ia bisa dikritik dan akan terus berkembang sesuai kondisi zaman.[13] Selain itu, tokoh komunis besar seperti Njoto pun mengamini keinginannya itu dengan mengungkapkan bahwa meskipun Karl Marx meninggal, teorinya bukan saja hidup terus, tetapi yang paling hidup di antara sekalian teori yang hidup.[14] Marxisme atau komunisme sebagai ide yang terus dibincangkan dalam diskursus ilmu dan terus menginspirasi pemikir dan praktisi yang tetap setia dengan ide-ide marxis atau komunis akan tetap hidup. Tentu dengan mode, gaya atau kemasan baru yang dipimpin oleh tokoh-tokoh pemikir atau pergerakan yang ingin menyesuaikannya dengan kondisi zamannya masing-masing, dari generasi ke generasi, sampai batas waktu yang tidak diketahui. Atau paling tidak, boleh jadi sampai dominasi kapitalisme yang menindas berhasil lenyap dari muka bumi.

Terlepas dari kontradiksi dalam internal marxisme dan banyaknya aliran marxis yang berbeda-beda bahkan saling bertolak belakang, seorang komunis yang komitmen dengan pendirian komunisnya tentu mesti sesuai dengan pendirian Marx atau marxisme yang murni secara utuh, yakni meliputi basis, metode, dan visi pendiriannya. Tanpa begitu kekomunisan atau kemarxisan seseorang hanya omomng kosong. Sebab bagaimanapun, pemikiran Marx adalah pegangan utama bagi seluruh pergerakan kaum komunis dan partai komunis, bahkan rujukan atau sumber inspirasi utama bagi kaum marxis dan marxian di seluruh dunia. Marxisme terdiri dari tiga sumber atau tiga bagian, yakni filsafat, ekonomi politik, dan sosialisme; Pertama, filsafat Marx atau marxisme adalah materialisme dialektis yang bersumber dari filsafat Jerman. Inspirasi materialisme bersumber dari Ludwig Feurbach (1804-1872) dan inspirasi dialektikanya bersumber dari Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831).

Meskipun dimensi dialektika merupakan hal terpenting yang membedakan materialisme Marx dengan materialisme Feurbach yang mekanik dan corak-corak materialisme lainnya, sebagaimana diakui Aidit, bahwa materialisme Marx pada dasarnya sama dengan aliran-aliran materialisme lain. Seperti halnya aliran-aliran materialisme yang lain, materialisme dialektika mengakui bahwa materi adalah primer sedangkan pikiran atau ide adalah sekunder. Artinya, segala macam gejala yang ada di alam semesta, termasuk jiwa, mempunyai dasar yang sama, yaitu materi. Alam semesta pada hakikatnya adalah materil, dan dunia materil adalah satu-satunya dunia yang nyata atau riil.[15] Dalam filsafat materialisme, segala sesuatu hakikatnya adalah materi dan materi adalah sesuatu yang objektif, yakni berada di luar jangkauan persepsi indera atau kesadaran manusia dan hasil observasi inderawi adalah landasan berpikir yang menentukan kebenarannya.[16] Dengan demikian, dalam pemikiran Marx materi adalah satu-satunya yang hakiki,[17] dan metode empiris adalah satu-satunya neraca kebenaran sehingga Tuhan yang ghaib, wahyu, atau agama yang bersumber dari Tuhan yang ghaib itu jelas dinafikan. Kalo pun Tuhan diterima dalam pemikiran Marx, Tuhan yang dibayangkannya adalah sesuatu yang materil atau tahap sekunder dari materi.

Kedua, ekonomi politik Marx bersumber dari ekonomi klasik Inggris. Marx mendasarkan analisis ekonominya kepada dasar-dasar ekonomi hasil pemikiran ekonom kapitalis seperti Adam Smith (1723-1790) dan David Ricardo (1772-1823). Berkat penelaahannya itu, Marx menyingkapkan hubungan antara manusia dengan sistem ekonomi kapitalisme. Dalam sistem kapitalis tenaga kerja manusia menjadi barang dagangan. Dan dari sinilah Marx menjelaskan bagaimana kaum buruh menghasilkan nilai-lebih yang menjadi sumber kekayaan kaum kapitalis.[18] Ajaran Marx tentang nilai-lebih inilah yang menjadi pangkal teori ekonomi Marxis. Ketiga, sosialisme Marx bersumber pada ajaran sosialisme klasik Prancis, yang sarat dengan jiwa patriotisme dan nasionalisme, menjunjung tinggi kebebasan dan persamaan hak, serta terkenal dengan slogannya liberte, egalite, dan fraternite. Pergerakan sosial-politik rakyat Perancis yang demikian hidup dan terorganisir sangat terpengaruh oleh tulisan-tulisan para tokoh sosial-politik mereka seperti JJ. Rousseau, Charles Fourier, Heri Saint-Simon, dan lain sebagainya.[19] Sosialisme Marx diklaim sebagai ilmiah, sebab tidak berdasarkan semata-mata pada kemauan baik atau moralitas dan akal subjektif, melainkan berdasarkan hukum-hukum yang objektif dalam perkembangan masyarakat. Marx menarik kesimpulan bahwa perjuangan kelas buruh adalah lokomotif kemajuan masyarakat untuk menjadi masyarakat sosialis-komunis.

Tiga tradisi keilmuan itulah yang menjadi inspirasi Marx dalam menyusun langkah-langkah pergerakan bagi kaum buruh secara terorganisir dalam meraih kekuasaan sehingga menjadi ramuan pemikiran yang merupakan sumber dari pokok-pokok dasar ajaran komunisme. Tentu saja, dalam memperjuangkan kebebasan manusia dari eksploitasi sistem ekonomi kapapitalisme mesti berprinsip pada materialisme dialektika dan menjadikan metode empirik sebagai satu-satunya neraca kebenaran. Sebagaimana filsafat materialisme dialektis, di bawah pimpinan Marx dan Engels memproklamirkan : “Hari Akhir filsafat” yang mengacu pada pemikiran-pemikiran spekulatif yang subjektif. Artinya, semenjak lahirnya sosialisme Marx yang dinyatakan ilmiah, ilmu kemasyarakatan pun sudah selayaknya didasarkan atas hukum ilmu pengetahuan empirik.[20] Selain itu, pun mesti diakui bahwa kesadaran manusia tidaklah menentukan realitas material, atau cara, melainkan sebaliknya, realitas material yang menentukan kesadaran. Di dalam realitas material itu terjadi kontradiksi yang merupakan proses dialektis objektif yang tidak tergantung pada kesadaran. Kemudian pada tahap tertentu, kontradiksi tersebut akan memicu revolusi sosial melalui negara proletariat sebagai representasi perjuangan kelas buruh, yang mengubah cara-cara produksi material dan pada akhirnya menciptakan masyarakat tanpa kelas, yang mana semua manusia menguasai sarana produksi secara merata, sebagai tanda terhapusnnya sistem kapitalisme.[21] Tanpa mengafirmasi ajaran-ajaran tersebut sebagai pemikiran Marx dan sebagai elemen-elemen pokok ajaran komunisme, maka sejatinya tidak akan mungkin seorang komunis, marxis atau marxian, di mana pun, termasuk di Indonesia, dapat berpijak atau menyandarkan pemikirannya secara keseluruhan ataupun sebagaian, pada tradisi Marxis yang sejati atau bangunan pemikiran Marx yang murni.

Islam Menentang Komunisme

Seorang pemikir Islam dan juga menteri Agama Republik Indonesia yang pertama, yakni Mohammad Rasjidi menjelaskan; Komunisme tidak tumbuh  di antara kaum buruh rendahan yang nasibnya akhir-akhir ini telah mengalami banyak perbaikan dari atasannya. Komunisme adalah gerakan yang mula-mula muncul dari kalangan orang-orang kaya atau borjuis  dan berkembang atas pengaruh kalangan terpelajar.  Hakikatnya, komunisme adalah sekumpulan buah pemikiran yang mengisi kehampaan akibat kendornya hidup keagamaan, yaitu kekendoran yang diakibatkan oleh pikiran yang mengesampingkan agama sejak berakhirnya abad pertengahan Barat yang lalu.

Komunisme adalah pandangan hidup  (weltanschauung atau worldview) yang didasarkan atas  doktrin-doktrin filsafat, ekonomi, politik, dan sosial serta menganggap dirinya mampu menafsirkan dunia dengan tafsiran yang masuk akal. Komunisme atau marxisme adalah ajaran yang menyentuh keseluruhan aspek kehidupan dunia, sehingga seseorang yang mengakui diri sebagai komunis atau marxis tidak bisa menerima hanya sebagian dari ajaran-ajaran Marx dan menolak sebagian yang lain. Seseorang tidak akan dapat memahami tindakan kaum komunis jika dia tidak mengetahui seluruh dasar-dasar pemikiran komunisme.[22]

Komunisme sejatinya merupakan konstruksi pemikiran yang bersifat anti agama atau Tuhan. Sebab prinsip pokoknya tentang agama, sebagaimana disebutkan dalam manifesto komunis-nya, “semua agama sampai sekarang merupakan ekspresi dari tahapan-tahapan historis dari perkembangan tiap-tiap individu atau kelompok. Tapi komunisme adalah tahap perkembangan historis yang membuat semua agama yang ada menjadi tidak diperlukan lagi, dan akan menyebabkan pelenyapannya”. Andaipun komunisme mengakui adanya agama dan Tuhan, sebagaimana dalam pikiran Marx, Tuhan atau agama yang diakuinya itu hanyalah realitas material atau perkembangan dari realitas material belaka.

Selain itu komunisme juga mengandung kontradiksi yang tidak dapat dibenarkan oleh akal sehat. Konsepsi Marx berpijak pada prinsip materialisme dialektika. Prinsip materialisme adalah pokok prinsip marxisme yang menegaskan bahwa segala sesuatu pada dasarnya adalah materi atau bersifat material. Materi adalah kenyataan pokok atau fundamental reality dan berada di luar jangkauan persepsi indra atau kesadaran manusia. Materi adalah unsur primer atau basis yang mendahului dan menentukan kesadaran, ideologi, keagamaan, dan ketuhanan. Kemudian, klaim ilmiah pemikiran Marx yang menyandarkan kebenaran hanya pada metode-metode empiris atau observasi indrawi telah gugur. Sebab pada kenyataannya pengalaman inderawi terbukti tidak bebas dari kesalahan dan pandangan bahwa “metode empiris adalah satu-satunya neraca yang menentukan kebenaran ilmiah” bukanlah pandangan ilmiah yang dapat dibuktikan secara empiris. Adapun penegasan Marx akan berakhirnya kondisi masyarakat dalam bentuk masyarakat tanpa kelas adalah kontradiktif, sebab prinsip dialektika Marx menyatakan bahwa realitas akan senantiasa mengalami perubahan karena adanya pertentangan-pertentangan di dalam internalnya sendiri, sehingga mendorong perubahan akan terus menerus terjadi tanpa henti.

Komunisme sebagaimana kapitalisme, adalah pemikiran yang sama-sama lahir dari kebudayaan Barat modern yang disokong oleh para ahli pikir yang memikirkan tentang suatu masyarakat yang bahagia, namun tidak percaya kepada Tuhan yang menciptakan dan berperan dalam mengatur kehidupan. Marx, Engels, Lenin, bahkan Mao Zedong yang notabene berasal dari China, adalah bagian dari mereka yang biasanya disebut sebagai kaum atheist atau dalam bahasa Arab disebut Mulhid. Padahal, kunci kebahagiaan hidup manusia pada hakikatnya adalah keyakinan bahwa Tuhan itu ada. Kita dapatkan di dalam Al Quran terkandung ayat-ayat yang mengajak manusia supaya percaya kepada Tuhan. Mereka yang tidak percaya kepada Tuhan, sejatinya juga tidak percaya akan adanya akhirat, di mana manusia yang berbuat kebajikan akan mendapat pahala dan manusia yang melakukan kejahatan akan mendapat siksa. Mereka yang tidak percaya kepada Tuhan, sesungguhnya menjadikan hawa nafsu, atau kemauan mereka sendiri sebagai Tuhan. Sebagaimana tersebut dalam Al Qur’an surat Al Jatsiyah (45) ayat 23-26, artinya sebagai berikut:

“Tahukah engkau akan orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya, orang yang disesatkan oleh Tuhan dengan sengaja, yang pendengarannya dan hatinya telah tertutup serta penglihatannya telah diselubungi? Siapakah yang dapat memberikan kepadanya petunjuk selain Allah? Apakah kamu tidak ingat? Mereka itu berkata: yang ada hanya hidup di dunia ini. Di dunia inilah kita hidup dan mati. Yang merusak kami tak lain selain zaman. Mereka itu tidak mengetahui sesungguhnya: mereka hanya mengira. Jika ayat-ayat kami dibacakan kepada mereka, mereka akan menjawab: kalau betul ada hidup setelah mati, datangkanlah kembali nenek moyang kita. Katakanlah hai Muhammad, Allah lah yang menghidupkan, mematikan kamu dan mengumpulkan kamu pada hari kiamat yang pasti akan datang. Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”

Dengan dasar tidak percaya adanya Tuhan dan tidak percaya adanya akhirat, maka mereka yang dikatakan ahli pikir itu hidup terombang-ambing dalam keragu-raguan dan kebingungan. Ahli-ahli pikir itu pada gilirannya tidak percaya kepada adanya alam ghaib, sebab bagi mereka yang ada adalah apa yang dapat dilihat atau rasakan dengan salah satu dari pancaindra atau dengan perantaraan alat melalui observasi empirik.

Pemikiran semacam itu jelas bertentangan dengan Islam. Sebagaimana tercantum dalam Al Qur’an surat Al Baqarah (2) ayat 1-4, artinya sebagai berikut:

“Alif Lam Mim. Inilah kitab yang terang, petunjuk bagi orang yang bertaqwa, yang percaya kepada hal-hal ghaib, mendirikan shalat dan memberikan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Mereka yang percaya kepada (Al Qur’an) yang telah diturunkan kepada mu (Muhammad) dan (kitab-kitab) yang diturunkan sebelum kamu dan mereka yang yakin akan adanya akhirat.”

Tersebab kaum marxis atau komunis tidak percaya kepada hal-hal ghaib dan akhirat, maka bagi mereka satu-satunya kehidupan manusia adalah kehidupan di dunia ini saja. Mereka memandang bahwa mereka dapat mengadakan surga di dunia yaitu dunia kehidupan masyarakat yang mereka sebut sebagai masyarakat tanpa kelas. Dan sebagaimana Marx berseru dalam manifesto komunis, bahwa untuk mencapai masyarakat tanpa kelas itu, caranya adalah melalui perjuangan kelas proletar dengan kekerasan atau revolusi sosial-komunis. Kaum komunis menganggap bahwa semua cara untuk mencapai cita-citanya itu adalah baik. Bahkan dusta, khianat, keterangan yang menyesatkan, terror, dan sebagainya adalah perlu dilakukan untuk mencapai cita-cita komunis. Maka dari itu, tiap-tiap cara atau metode dalam pelaksanaan agenda-agenda ekonomi, sosial, dan politik mereka, sudah barang tentu berdiri di atas dasar paham etika atau tatasusila yang tidak beradab dan tidak mulia tersebut. Bagi kaum komunis, tidak ada Wahyu dan tak ada Nabi utusan Tuhan yang ghaib, yang menjadi petunjuk atau pedoman dalam menjalani kehidupan.

Dengan demikian, marxisme ataupun komunisme sejatinya bertentangan dengan Islam dan tidak relevan dijadikan sebagai solusi bagi permasalahan kemanusiaan, khususnya permasalahan di dalam umat Islam. Seorang Muslim mestinya seksama memahami dan meyakini bahwa cara penyelesaian yang terbaik, bukanlah dengan bersandar pada Marxisme, melainkan dengan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam secara menyeluruh dan konsisten. Artinya, rasa simpati atau empati kita sebagai seorang Muslim terhadap masalah-masalah kemanusiaan dan program-program sosial, ekonomi, atau politik kemasyarakatan, cukuplah dengan menjadi Muslim secara kaffah, tanpa perlu melibatkan diri dalam pemikiran Marx, Marxisme, maupun segala bentuk turunannya.

Mengenai ekonomi dan kemasyarakatan misalnya, jika kita merujuk pada Al Quran dan Al Hadits, maka kita akan mendapatkan tuntunan tentang ekonomi dan masyarakat. Pokok-pokok dasar mengenai ekonomi dan kemasyarakatan dalam Islam sebagaimana dijelaskan Mohammad Rasjidi adalah sebagai berikut:

  1. Seluruh alam dan segala sesuatu yang ada dalam alam ini adalah milik Tuhan.
  2. Orang-orang yang memiliki harta kekayaan itu hanya menerima titipan dari Tuhan. Mereka sekadar dikuasakan oleh Tuhan selama hidup di dunia.
  3. Harta kekayaan tidak boleh hanya dimiliki oleh segelintir orang saja.
  4. System zakat adalah cara yang minimal untuk mengalirkan sebagian kekayaan dari orang yang berada kepada orang-orang fakir-miskin. Ini bukanlah pemberian, melainkan kewajiban bagi orang kaya dan suatu hak bagi orang miskin.
  5. Selain zakat, sedekah yang bersifat pemberian sukarela mempunyai kemungkinan yang tak terbatas untuk menegakkan keadilan sosial.[23]

Hal terpenting bagi kita sebagai umat Islam, adalah hal yang terkait dengan kebahagiaan sejati yang selalu kita dambakan. Agama Islam mengajarkan bahwa pentingnya mengurusi kekayaan bukanlah untuk memenuhi hasrat duniawi belaka, melainkan untuk memperoleh kebahagiaan yang sejati di akhirat. Kehidupan di dunia bukanlah satu-satunya kehidupan. Dunia adalah sarana untuk kita dapat meraih kehidupan yang sesungguhnya, yang lebih layak dan mulia daripada dunia ini, serta kekal, yaitu kehidupan di akhirat. Sebagaimana misalnya tersebut di dalam Al Qur’an surat Al Ankabut (29) ayat 64, artinya sebagai berikut:

“Kehidupan di dunia ini hanya merupakan permainan dan senda gurau belaka. Kehidupan di akhirat adalah kehidupan yang sesungguhnya; jika mereka mengerti.”

 

Tersebut di dalam Al Qur’an surat Al Qasas (28) ayat 77, artinya sebagai berikut:

Perolehlah kehidupan akhirat dengan kekayaan yang Tuhan telah berikan kepadamu dan janganlah lupakan bagianmu dari kehidupan di dunia.”

Tersebut juga di dalam Al Qur’an surat Al Duha (93) ayat 4, artinya sebagai berikut:

“Sesungguhnya akhirat itu lebih baik dari dunia.”

Dan tersebut di dalam Al Qur’an surat Al A’la (87) ayat 16 – 17, sebagai berikut:

“Sedangkan kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan dunia. Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.”

Penutup

Dengan keyakinan dan kesadaran bahwa hakikat kebenaran datang dari Allah SWT, seorang Muslim tidak akan terjebak dalam komunisme mode lama dan mode baru, baik yang memperjuangkan revolusi namun tetap dalam koridor ajaran Marxis yang murni ataupun komunisme mode baru yang cenderung menjadi kapitalis. Adapun jika didapati kesamaan di antara beberapa ajaran Islam dengan ajaran komunisme dalam permasalahan sosial, maka kesamaan tersebut tidaklah sampai menghapuskan perbedaan pokok-pokok prinsip dasar di antara keduanya. Di antaranya adalah prinsip dasar mengenai aspek ketuhanan dan etika. Seorang Muslim akan memandang kebenaran dan realitas secara integral dalam kerangka tauhid,[24] artinya tidak atheistik, tidak sekuler dan tidak pula dikotomis, atau tidak terputus dari nilai-nilai ketuhanan dan etika, serta tidak akan memisahkan dua hal yang saling berhubungan, seperti objektif-subjektif, historis-normatif, dan sebagainya, sehingga menimbulkan paham-paham ekstrem seperti empirisme-rasionalisme, materialisme-idealisme, kapitalisme-komunisme dan lain sebagainya.[]

Penulis adalah peneliti PIMPIN Bandung

[1] Loren Bagus. 2005. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Halaman 472.

[2] Adam Kupper & Jessica Kuper (Eds.). 2004. The Social Science Encyclopedia, Vol. 1. New York: Routledge, 2004. Halaman 137.

[3] D.N. Aidit. 1955. Lahirnja PKI dan Perkembangannja (1920-1955). Yayasan Pembaruan: Jakarta. Halaman 8

[4] Cerita mengenai pergerakan sarekat buruh di Indonesia dalam tulisan ini dapat dibaca selengkapnya dalam tulisan D.N. Aidit. 1952. Sejarah Gerakan Buruh Indonesia. Yayasan Pembaruan: Jakarta. Dalam tulisan Soegiri DS dan Edi Cahyono. Gerakan Serikat Buruh; Jaman Kolonial Hindia Belanda Hingga Orde Baru. Penerbit Hasta Mitra. Halaman 57-60. Dapat dibaca juga dalam buku Watak Politik Gerakan Serikat Buruh Indonesia karya Iskandar Tedjasukmana. Alih bahasa Oey Hay Djoen. Edi Cahyono’s Library.

[5] Ismantoro Dwi Yuwono. Perjalanan Hidup Henk Sneevliet. Penerbit October Light. Halaman 14-18.

[6] D.N. Aidit. 1952. Sejarah Gerakan Buruh Indonesia. Yayasan Pembaruan: Jakarta. Halaman 44. Baca juga dalam buku Watak Politik Gerakan Serikat Buruh Indonesia karya Iskandar Tedjasukmana. Alih bahasa Oey Hay Djoen. Edi Cahyono’s Library.

[7] Franz Magnis Suseno. 2013. Dari Mao ke Marcuse Percikan Filsafat Marxis Pasca-Lenin. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Halaman 18-19.

[8] DN Aidit. 1955. Lahirnya PKI dan Perkembangannya (1920-1955). Yayasan Pembaruan: Jakarta. Halaman 10.

[9] DN Aidit. 1964. Djadilah Komunis dengan Semangat Banteng.

[10] John Molyneux, What is the Real Marxist Tradition? Disadur dan diterjemahkan oleh Julian. Ismantoro Dwi Yuwono’s Library. Halaman 1-3.

[11] Wahyu Budi Nugroho. 2019. Memahami Kembali Marx, Marxisme, dan Perkembangannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 119-120.

[12] John Molyneux, What is the Real Marxist Tradition? Disadur dan diterjemahkan oleh Julian. Ismantoro Dwi Yuwono’s Library. Halaman 1-3.

[13] Wahyu Budi Nugroho. 2019. Memahami Kembali Marx, Marxisme, dan Perkembangannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 115-117.

[14] Njoto. 1962. Marxisme Ilmu dan Amalnya. Halaman 24-25.

[15] DN Aidit. 1962. Tentang Marxisme. Halaman 8-29.

[16] Budi Hardiman, Filsafat Modern. Jakarta: Gramedia, 2004. hlm 236

[17] David Walker Daniel Gray, Historical Dictionary of Marxism.The Scarecrow Press, Inc. Lanham, Maryland, Toronto, Plymouth, 2007, hlm 86-87.

[18] Dede Mulyanto, Geneologi Kapitalisme, 96-97.

[19] Muhamad Yakub Mubarok. 2017. Problem Teologis Ideologi Komunisme. Jurnal Tsaqafah Vol. 13, No. 1, Mei 2017, 45-70.

[20] Tan Malaka. 1948. Pandangan Hidup. Marxists.org: archive

[21] Karl Marx, A Contribution to The Critique of Political Economy. Translated from the second German edition by N.I Stone. Chicago: Charles H Kerr & Company, 1904, hlm 11-13.

[22] Mohammad Rasjidi. Cetakan kedua. Jakarta: Yayasan Islam Studi Club Indonesia

[23] Mohammad Rasjidi. Cetakan kedua. Jakarta: Yayasan Islam Studi Club Indonesia.

[24] Hamid Fahmy Zarkasyi, 2016. Islamic Science: Islamic Worldview Sebagai Paradigma Sains Islam. Jakarta: Insists.

Last modified: 10/06/2020

One Response to :
Pertentangan Islam dengan Komunisme

  1. Terima kasih untuk artikelnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *