Menilik Persiapan Teroris Pemuja Freemason

Written by | Internasional

Dia juga menjauhi teman dan keluarganya agar  tidak terlihat sedang merencanakan teror. Kesehariannya diisi dengan membuka situs-situs xenophobia (anti orang asing) dan Islamophobia (anti Islam). Berjam-jam Breivik membuka dan membaca situs-situs yang menyuguhkan cara membuat bom. Dia hanya melihat matahari dari dalam rumahnya.

Mulailah dia memfoto dirinya sendiri. Dia tampil menunjukkan matanya yang biru, wajah ovalnya yang berkulit putih, dan rambut pirang. Khusus untuk sesi foto, dia menyiapkan waktu khusus ke salon untuk menata rambut serta mengencangkan dan menyegarkan kulit.

Di salah satu foto, Breivik tampil dengan jas hitam ala bangsawan Eropa, lengkap dengan sarung tangan putih dan celemek putih bergaris biru, mirip pakaian seremonial para pengikut organisasi Freemason. Dia memang pemuja para Ksatria Templar yang bertempur di Perang Salib dan menjadi cikal-bakal gerakan rahasia Freemason.

Breivik juga menyiapkan sebuah lahan pertanian yang jauh dari keramaian, sekitar 140 kilometer sebelah timur kota Oslo. Rumah orang tuanya ditinggalkan. Di sanalah dia menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat bom, sekitar enam ton pupuk. Kebutuhan makan dan minumnya sudah disiapkan dalam jumlah banyak. Tak perlu lagi baginya untuk ke kota.

Tak ada yang bisa menemui breivik. Pria itu mengaku sibuk mengurusi panen musim panas. Padahal, dia tidak tahu apa-apa soal pertanian. Dia sengaja menciptakan rumor bahwa dirinya homoseksual agar masyarakat menjauh.

Breivik juga tak lupa berlatih menembak. Dia membeli pistol Glock 9 milimeter dan juga senapan berburu kaliber 7,62 milimeter. Namun, Breivik mengaku paling suka senapan serbu otomatis Ruger Mini 14 kaliber 5,56 milimeter yang dibelinya Oktober lalu seharga 1.400 Euro. “Untuk setiap situasi, aku akan selalu membawa Ruger Mini 14,” tulis Breivik dalam manifestonya.

Enam jam sebelum melancarkan aksi teror, Breivik mengunggah sebuah video di situs Youtube. Di sanalah dia menampakkan dirinya memakai pakaian penyelam sambil menyandang senapan Ruger Mini 14 lengkap dengan berbagai aksesoris.

Lalu, manifesto yang berjudul 2083 – A European Declaration of Independence itu dikirimkan kepada 5.700 orang via email. Dia menulis bahwa serangan di Oslo itu untuk memublikasikan manifestonya itu.

Dalam manifesto setebal 1.500 halaman yang ditulisnya selama tiga tahun itu, terlihat bahwa Breivik ingin menunjukkan ideologinya sebagai penganut nasionalisme fanatik dan Kristen fundamental yang dipenuhi kebencian terhadap Marxisme (kaum kiri), Muslim, dan imigran. Dia tak setuju dengan Uni Eropa dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Politik dianggapnya tak lagi memihak kepentingan Eropa konservatif sehingga terlalu lembut dan mudah menerima imigran. Sikap dan ideologinya itu seakan kontras dengan kondisi Norwegia, salah satu negara paling aman yang menjadi rumah bagi Nobel Perdamaian.

Pada Jumat hitam itu, Breivik meledakkan mobilnya ke arah Danau Tyrifjorden. Dengan memakai seragam polisi, dia meminta operator kapal feri untuk menyeberangkannya ke Pulau Utoya. Sambil menenteng senjata laras panjang, diduga Ruger Mini kesayangannya, Breivik mengumpulkan para kader muda Partai Buruh yang sedang menggelar kemah. Awalnya, Breivik mengaku akan memberi pengarahan mengenai insiden bom di Oslo. Setelah para kader Partai Buruh itu berkumpul, mulailah Breivik mengokang senapan dan menghamburkan ratusan butir peluru. Trond Berntsen, seorang polisi yang sedang tak bertugas terbunuh saat berusaha menghentikan aksi Breivik.

Selama lebih dari satu jam Breivik memburu sekitar 650 pemuda kader Partai Buruh di pulau seluas 10,6 hektare tanpa perlawanan. Sebagian terpaksa berenang demi menghindari pembantaian. Breivik bahkan menyisiri tepian pulau kecil itu, menembaki orang-orang yang berenang. Seusai menghabiskan pelurunya, Breivik menyerah tanpa perlawanan kepada pasukan khusus polisi yang datang terlambat.

Pria kelahiran 13 Februari 1979 ini adalah anak seorang diplomat Norwegia di London, Jens Breivik, yang tinggal di Prancis. Jens tidak lagi berkomunikasi dengan Breivik sejak 1995. Ibunya, Wenche, adalah seorang perawat. Keduanya bercerai saat Breivik msih berusia satu tahun

Breivik tumbuh dewasa di ujung barat Oslo. Dia belajar di Sekolah Smestad Grammar, Ris Junior, SMA Hartvig Nissen, dan Sekolah Bisnis Oslo. Dia juga mengambil kursus online seputar manajemen bisnis kecil di sebuah universitas.

Warga sekitar mengenalnya sebagai teman yang baik. Namun, Breivik mudah emosi ketika melihat warga Timur-Tengah atau Asia yang sedang melancong, apalagi tinggal di negaranya. Menurutnya, kehadiran mereka mengancam Eropa yang diklaimnya sebagai bangsa Kristen. (Kartika/Republika)

Last modified: 27/07/2011

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *