‘Kuda Troy’ Dialog Antar Agama

Written by | Internasional

inpasonline.com – Kuda Troy adalah suatu hadiah pasukan Yunani yang tak pernah berhasil menjebol barisan pasukan musuh bebuyutannya karena benteng kerajaannya yang kuat, yaitu kerajaan Troy. Akhirnya mereka membuat hadiah patung kuda raksasa terbuat dari kayu untuk dihadiahkan kepada kerajaan Troy. Padahal patung ini hanya siasat saja agar tentara Yunani bisa masuk kedalam, sebab di dalam patung raksasa ini sudah disiapka ratusan tentara pilihan, Kopasus-nya Yunani, untuk disusupkan ke dalam kerajaan Troy.

Dengan Kuda Troy akhirnya pasukan khusus itu bisa masuk, membuka pintu gerbang untuk pasukan lainnya dan akhirnya merusak segalanya dan sekaligus menamatkan riwayat kerajaan Troy. Kerajaan Romawi konon keturunan dari Troy yang berhasil melarikan diri dari penyerbuan ini.

Dialog Antaragama itu sebenarnya tak ubahnya seperti kuda Troy dalam sejarah Yunani Kuno, kata Dr Syamsuddin Arif pada acara diskusi ini. Namun apa relevansinya Kuda Troy dengan Dialog Antaragama? Jika Kuda Troy merupakan kado jebakan Yunani terhadap musuhnya, maka begitu juga Dialog Antaragama merupakan hadiah Gereja Katolik Roma untuk musuh-musuhnya, utamanya musuh bebuyutannya, termasuk Islam.

Dimulai dengan penelusuran munculnya istilah dialog antaragama dan yang berkaitan dengannya, bang Syam (panggilan akrabnya), menemukan beberapa istilah terkait dengan isu ini, seperti interfeith, interreligious dialogue, Global Ethic, Global Theology. Semua ini ternyata tidak bisa dilepaskan dari gerakan Gereja Katolik dunia untuk menjaring “domba-domba” tersesat agar mengikuti Kristen. Atau paling tidak, misinya adalah untuk merusak kekuatan lawan dari berbagai sisi. Bagaimana itu terjadi? Rupanya memang dari sejarah Katolik sendiri mengalami berbagai tantangan dan gejolak yang dahsyat, baik di internal mereka sendiri maupun dengan sekte-sekte yang ada atau dengan agama-agama lainnya, seperti Yahudi, Budha, dan Islam. Oleh karena itulah Gereja katolik perlu merumuskan sikap mereka terhadap agama-agama lain.

Gereja Katolik merumuskan sikapnya itu melalui Konsili Vatikan II dengan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut: Gereja Katolik tidak mengingkari adanya kebenaran dan kesucian pada agama-agama selain Kristen; agama lain itu sebagai pantulan cahaya kebenaran yang menerangi seluruh umat manusia; namun tetap bersikukuh bahwa Kristuslah satu-satunya jalan hidup yang menyelamatkan manusia secara utuh dan sempurna. Hasilnya adalah Gereja menginstruksikan kepada “anak-anaknya” untuk mengadakan dialog dan kerja sama dengan seluruh pemeluk agama di dunia, namun dengan pendirian mereka yang tidak akan beranjak dari keyakinan yang sedia ada. Pemateri di sini berkesimpulan bahwa dialog antaragama ini merupakan kado kristenisasi terbaru yang dibungkus dengan misi perdamaian, kemanusiaan, dan persaudaraan.

Itu di tingkatan awam non akademis yang dilakukan oleh pihak Gereja. Belum lagi di tingkatan akademis yang lebih sistematis yang ternyata lebih canggih lagi mendalangi isu dialog antaragama ini. Pemateri menyebutkan tiga tokoh sentral yang menjadi otak terhadap isu ini di ranah akademis. Mereka adalah Karl Rahner dengan anonymous Christian-nya (Kristen tanpa nama), Prof Hans Küng dengan ide Global Ethic-nya (Etika Global), Prof. John Hick dengan Global Theology-nya (Global Teologi). Ketiga-tiganya ternyata menjadi ‘nabi’ bagi pergerakan pluralisme agama atau Dialog Antaragama di dunia.Di Indonesia, bermulanya ide Dialog Antaragama adalah tahun 1970-an dan Mukti Ali (Menteri Agama waktu itu) sebagai pembuka jalannya. Lalu diteruskan oleh ‘santri-santri’nya seperti Ahmad Wahib, Nurcholish Majid, Dawam Rahardjo dan Johan Efendi. Era selanjutnya, paska tahun 1990-an, gerakan ini diteruskan oleh orang-orang Kristen sendiri, seperti Th. Sumartana. Selain itu, lembaga non-pemerintah tak ketinggalan didirikan untuk menyebarluaskan gagasan Inklusivisme dan Pluralisme Agama. Lihat saja apa yang dirintis oleh Budhy Munawar Rahman, Bernardia Guhit, Trisno Sutanto, Retnowati, Kautsar Azhari Noer dan Komaruddin Hidayat, yang mendirikan Masyarakat Dialog Antar-agama (MADIA). Muncul juga di Jogja yang namanya DIAN –singkatan dari Institute for interfaith Dialogue in Indonesia, yang aktif menggelar pertemuan antar jaringan kelompok agama seperti di Malino dan Banjarmasin. Di masanya Gus Dur jadi presiden, ia juga tidak mau kalah dengan meresmikan Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP), yang dipromotori oleh Djohan Effendi, Siti Musdah Mulia dan konco-konconya. Tahun 2000 lahirlah Center for Religious and Cross-cultural Studies (CRCS), di mana salah satu mata kuliah pentingnya adalah Inter-Religious Studies denganko-instruktur J.B. Banawiratma, Zainal Abidin Bagir dan Fatimah Husein.

Menurut pemateri, pesan yang selalu diteriakkan adalah bagaimana merayakan perbedaan, mencari persamaan dan titik temu untuk membangun kehidupan bersama yang aman, damai dan harmonis. Namun, pada praktiknya, para penganjur dan peserta dialog antaragama ini bisa melakukan ‘sembahnyang bersama’ (common prayer), nikah beda agama, sebagaimana hal itu bisa disaksikan dalam trilogi film dokumenter yang diproduksi CRCS yang berjudul ’Uniting the divided’ (Menyatukan yang terbelah), ’Interreligious mariage’ (Menikah beda agama) dan ’I am a pious kid’ (Aku anak soleh) yang diluncurkan pada 2007.

Sampai di sini bisa disimpulkan bahwa “Kuda Troy Dialog Antaragama” yang dikirim oleh Vatikan memang sudah betul-betul masuk ke dalam benteng umat Islam, khususnya di Indonesia. Umat Islam dibuat tidak sadar bahwa itu jebakan. Umat Islam merasa tersanjung dengan hadiah ini dan menyambut bahagia karena keelokan wacana dan ide yang dipolesnya. Umat Islam juga tidak sadar bahwa tentara-tentara Vatikan sudah berhamburan keluar dari Kuda Troy itu, bahkan mereka merekrut tentara baru dari kalangan anak muda Islam untuk menghancurkan saudaranya sendiri. Tulisan ini hanya menyampaikan faktanya, selanjutnya terserah kita semua. Mau terus dihajar tentara Vatikan hingga binasa atau berbenah diri dan membuat strategi baru. Wallahua’lam.

(Tim insists Malaysia Dimyati, Hasan, Malki)

Last modified: 15/08/2023

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *