Konsep Millah Ibrahim

Written by | Fikih dan Syariah

Dalam buku Ellen Keristi, Bukan Allah tapi Tuhan. Perspektif seorang Keristen Tauhid tentang Keesaan Allah dan el-Ilahiyan Yesus Kristus :“Agama keturunan Abraham (Ibrahim) di istilahkan sebagai kelompok agama “Semitik”. Termasuk didalam kelompok ini adalah tiga agama besar: Yahudi (Yudaisme), Islam dan Keristen (Katolik dan Protestan). Didalam kelompok Abrahamik, tradisi iman  Israel atau Yahudilah yang paling tua umurnya. Agama keristen dan islam, semuanya berhutang secara konseptual dan histories kepada Yudaisme. Bangsa Yahudi yang merupakan keturunan jasmaniah Abraham mewariskan kepada agama-agama Abrahamik serta pengenalan mereka akan Allah, kepada merekalah Allah mempercayakan kebenaran-Nya.[4] Konsep yang paling pokok diajarkan oleh Allah kepada bangsa Yahudi (Israel) adalah Dia Esa. Nama-Nya Yahweh.”[5]

Amin Abdullah dalam “Menggugat Tanggung Jawab Agama-agama Abraham bagi perdamaian Dunia” hasil dari topic yang dibahas dalam Dialog Agama-agama Abrahamik yang diselenggarakan di Institute for Multiculturalism and Pluralism Studies di Yogyakarata pada tanggal 19 febrruari 2009 menyatakan: Kalau saja ketiga agama abrahamik -Yahudi, Kristen dan Islam-  sama-sama memahami, menjaga kedudukan, dan selalu committed pada kalimatin sawa (sebagai cammonplatform, maka konflik antar agama tidak perlu terjadi yang mengatasnamakan agama, karena mereka berasal dari sumber yang sama yaitu Iman Ibrahim, yang mengemban misi rencana keselamtan Allah yang sama.”[6]

Hal senada juga diunkapakan oleh Said Aqiel Siradj bahwa agama islam membawa misi pluralisme, sebab Tuhan buka monopoli segelintir bangsa atau sekte tertentu melainkan seluruh alam dan isinya.[7]

Diantara pandangan lain juga seperti yang diungkapkan oleh seorang pemikir muslim, Fazlur Rahman, secara jelas memberikan gambaran tentang persatuan ketiga agama tersebut. Rahman menegaskan, Nabi, Abraham, Yesus, Musa dan yang lainnya, semuanya berasal dari sumber yang satu, oleh al-Qur’an disebut dengan berbagai nama, (أُمّ الْكِتَابِ)”Asal Kitab, dan (كِتَاب مَكْنُون) Kitab yang Terlindungi.”[8] dan pesan mereka adalah satu, yaitu menyembah Tuhan yang satu. Satu-satunya kekuatan yang Maha Kuat, mengatur semua alam ini, yang mematikan dan menghidupkan. Maka menurut Nabi Muhammad SAW, semua orang wajib mengimani warta ilahi, tidak saja beriman kepada Taurat dan Injil, tetapi kepada semua kitab apa saja yang diturunkan Allah. Kata “الكتاب[9] sering digunakan dalam al-Qur’an, bukan mengacu pada satu kitab khusus yang diwahyukan, melainkan sebagai sebuah istilah generik yang menunjukkan totalitas wahyu ilahi.[10]

Kitab yang diturunkan bukanlah satu, melainkan banyak kitab yang diberikan kepada para nabi.[11]  Artinya kaum muslimin tidak hanya percaya (Iman) kepada al-Qur’an saja, tetapi kepada semua kitab apa saja yang diturunkan. Sebab kitab-kitab tersebut memerintahkan kepada satu tujuan.

Rahman juga menegaskan, adanya perbedaan ini agar antar ummat dapat bersaing dalam hal kebaikan, sehingga jalan untuk menuuju kebaikan bermacam-macam, yang terpenting adalah tujuan yang sama seperti terdapat dalam surat Al-Imron Ayat 64 “Hai Ahli Kitab,[12] marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah.” Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).”[13]  Tantangan dan undang-undang ini jelas berlaku bagi kaum Yahudi dan Kristen, sebab mereka adalah kaum “Ahli Kitab”

 

Berdasrkan alasan-alasan di atas, Islam tampaknya disejajarkan dengan agama Yahudi dan Kristen sebagai satu kelompok agama yang bersumber pada kepercayaan Agama Ibrahim, yang ketiga-tiganya berasal dari Allah SWT melalui para Nabi-Nya yang beranama Musa, Isa dan Muhammad SAW. Dengan bentuk syari’at yang sama pula.

Namun masalahnya, agama Yahudi dan Kristen sudah tidak sesuai dengan konsep Millah Ibrahim dahulu, disebabkan banyak terjadinya tahrif (perubahan)[14] yang dilakukan oleh kalangan Rahib dari agama Keristen dan Yahudi. Dari masalah pemahaman tentang Ketuhanan, perubahan konsep syariah dan lain-lain. Walaupun demikian, tetap adanya klaim kedua agama tersebut (Yahudi dan Keristen) tentang eksistensinya sebagai millah Ibrahim.

Tulisan ini mengkaji dua persoalan utama: Pertama, apakah agama Islam, Kristen dan Yahudi masih termasuk dalam kategori Millah Ibrohim, dan apakah konsep Ketuhanan dari ketiganya sesuai dengan konsep ketuhanan Millah Ibrahim Ibrahim yang merupakan induk dari agama samawi dan merupakan agama yang benar dan lurus.

 

Makna Millah dalam Bahasa

Makna Millah menurut Ar-Roghif Al-Asfahani didalam al-Mufaradat Al-Fazil Qur’an dan sama dengan apa yang terdapat dalam  Mu’jamul Washit:

الملة : هو إسم لما شرع الله تعالى لعباده على لسان الأنبياء ليتوصل به إلى جوار الله, والفرق بينها وبين الدين. إن الملة لا تضاف إلا إلى النبي ص م الذي تسند إليه

تقال,  الملة : إعتبارا بالشيء الذي شرع الله.  الدين : إعتبارا بمن يقيمه إذا كان معناه الطاعة

Kata Millah adalah istilah isyari’at Allah SWT kepada hamba-Nya melalui para Nabi-Nya untuk bisa sampai kepada Allah.

Dan perbedaan antara kata Din dan kata Millah adalah: kata Millah tidak di sandarkan kecuali kepada Nabi, seperti contoh: 

 فا تبعوا ملة إبراهيم  (أل عمران 95)

” Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus

  واتبعت ملة أبائيإبراهيم  وإسحاق ويعقوب(يوسف:38)

Dan aku pengikut agama bapak-bapakku yaitu Ibrahim, Ishak dan Ya’qub”. dan tidak dikatakan  ملة الله :Agama Allah”  sedangkan Din adalah istilah yang digunakan untuk sebuah ketaatan.

Kata الملة  memiliki jamak  ملل  yang berarti mengimlakkan (membacakan) seprti contohnya dalam surat al-Baqoroh :282. وليملل الذي عليه الحق   yang yang artinya: dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu).

Jadi Millah adalah salah satu istilah dalam bahasa Arab untuk menunjukkan sebuah syari’at. Istilah lainnya adalah din. Kedua istilah tersebut digunakan dalam konteks yang berlainan. Millah digunakan ketika dihubungkan dengan nama Nabi yang kepadanya agama itu diwahyukan dan Din digunakan ketika dihubungkan dengan salah satu agama, atau sifat agama, atau dihubungkan dengan Allah yang mewahyukan agama itu. Dalam perbincangan sehari-hari sering digunakan istilah-istilah millah Ibrahim, millah Ishaq dan sebagainya, atau din Islam, din haqq, din Allah dan sebagainya. Millah yang terbesar adalah millah Ibrahim, millah yang lurus dan tidak cenderung kepada kebathilan, millah Ibrahim saat ini hanyalah agama Islam. Dan juga agama Ibrahim adalah satu dan yang satu itu adalah agama Tauhid dan ini telah disempurnakan oleh Nabi Muhammad SAW.[15]

 

Makna al-Millah dalam al-Qur’an dan Hadits

Kata al-Millah merupakan kata yang bersinonim dengan kata al-din, dalam hal ini alngkah baeknya dijelaskan makna yang terkandung dalanm kata al-Din dan kata al-Millah  walaupun tidak sama persis.

Jumlah kata dan makna kedua kata tersebut adalah : Kata al-din disebutkan sebanyak 92 kali dalam al-Qur`an yang terdapat dalam 82 ayat. Sedangkan penggunaan kedua kata tersebut dalam al-Qur’an adalah:

1.     Kata al-din mempunyai arti perhitungan (al-hisab), pembangkitan (al-ba`ts), pembalasan (al-jazak), ketetapan (al-qodlo’), ganjaran (al-tsawab), siksaan (al-iqob), ketika al-Quran membicarakan tentang hari qiyamat[16] .

2.     Kata al-din mempunyai makna ibadah, doa, tauhid, ketaatan ketika al-Qur’an membahas tentang pemurnian terhadap Allah.[17]

3.     Kata al-din mempunyai arti hukum dan ketetapan ketika al-Quran membahas mengenai pengambilan hukum yang dilakukan olehNya maupun yang dilakukan oleh hambaNya. [18]

4.     Kata al-din bermakna al millah dan syariat ketika ia berada dalam kontek pembahasan penetapan syariat tuhan terhadap hambaNya.[19]

5.     Kata al-din berarti sesuatu yang dianut oleh manusia ketika berada dalam konteks pembahasan mengenai keyakinan[20]

 

Adapun kata al-millah disebut dalam al-Quran sebanyak 10 kali dan mempunyai makna agama serta syariat, disebutkan dalam bebera ayat dalam surat berikut dengan memiliki makna yang berbeda-beda:

1.     kata al-Millah mempunyai arti sesuatu yang dianut oleh seseorang (al-din) ketika ia berada dalam konteks pembahasan mengenai keyakinan yang dianut oleh seseorang.[21]

2.     kata al-millah mempunyai arti syariat ketika ia berada dalam kenteks pembahasan mengenai penetapan syariat tuhan terhadap hambaNya.[22]

 

Dari makna yang terkandung dalam kata “al-Millah” dapat memberikan gambaran bahwasanya Millah Ibrahim (agama Ibrahim) merupakan agama yang diturunkan untuk mengajarkan manusia agar beribadah kepada Allah semata. Dengan memurnikan sesembahan hanya kepada Allah. Bagi orang yang tidak mengikutinya dan memlihnya termasuk orang yang membodohkan dirinya, sebab agama Ibrahim telah dijamin oleh Allah tentang kebenarannya bahkan orang yang mengikutinya termasuk orang yang saleh. Seperti yang tetulis dalam al-Qr’an surat al-Baqarah ayat 130 tentang keberadaan agama Ibrahim a.s.:

 وَمَنْ يَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ إِبْرَاهِيمَ إِلَّا مَنْ سَفِهَ نَفْسَهُ وَلَقَدِ اصْطَفَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا وَإِنَّهُ فِي الْآَخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ

Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya[23] di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh.”[24]

Agama Ibrahim bukanlah agama yang Musyrik, namun agama yang memerintahkan untuk menyembah tuhan yang satu (Ahad). Tidak menyekutukan sesembahan kepada yang lainnya. Penyembahan hanya ditujukan kepada Allah semata, tidak melalui perantara apapun selain yang disyari’atkan kepada manusia melalui Rasu-Nya, sehingga peribadahan benar-benar murni hanya kepada Allah semata.[25] Agama Ibrahim bukanlah agama orang-orang musyrik.”[26]  dan agama Ibrahim adalah agama yang lurus. [27]

Dengan demikian, Millah Ibrahim selalu memerintahkan untuk menyembah kepada Allah SWT semata, memurnikan sesembahan kepada-Nya, serta tidak melakukan kesyirikan. Maka apabila pada suatu agama masih melakukan perbuatan syirik (menyembah kepada selain Allah) sudah jelas menyimpang dari ajaran yang terkandung dalam Millah Ibrahim.

Bagi ummat Islam Nabi Ibrahim adalah kekasih Allah (Kholilullah), bapak para Nabi secara keseluruhan. Dari Nabi Ibrahim banyak keturunannya membwa risalah kenabian (Nubuwah), sehingga bisa dikatakan sebagai mata rantai para Nabi,[28] Nabi Musa[29] diutus kepada kaum Yahudi[30] dan Nabi Isa[31] kepada kaum Nasrani, sedangkan Nabi Muhammad SAW diutus kepada seluruh ummat.

Allah SWT menerangkan dengan jelas bahwa manhaj (jalan) yang benar dan lurus adalah Millah Ibrahim. Tidak ada kesamaran dan kejanggalan akan hal itu, terbukti bahwa setiap para Nabi dan Rasul hingga penutup para nabi diperintahkan untuk tetap mengikuti Millah Ibrahim.[32]

 

Problem Wacana Millah Ibrahim.

Problem Ketuhana Yahudi.

Didalam agama Yahudi meyakini bahwa Tuhan mereka adalah Yahweh [33], dalam kalimat lain disebutkan bahwa orang Yahudi harus memperhitungkan adanya “sesuatu yang lain”, sesuatu yang lain ini adalah Yahweh.

Beginilah kau katakana kepada orang Israel: Yahweh, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham , Allah Ishak dan Allah Ya’kub, telah mengutus aku kepadamu, itulah nama-Ku untuk selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku turun temurun. (Keluaran, 3:15).

 

Bahkan menganggap Tuhan mereka memiliki anak

“Kamu adalah Allah, dan anak-anak yang Maha Tinggi, kamu sekalian” (Maz 82)

Nama tuhan Yahweh ini masih mengalami banyak problem. Asal-usul nama Tuhannya tidak jelas dan konon berasal dari kata Yahu Hu.[34] Jadi,  sejak awal orang Yahudi belum mengenal Tuhannya yang sebenarnya, buktinya hanya untuk menyebut saja mereka masih belum ada kejelasan. Seorang sarjana Barat, Smith juga memiliki kesimpulan yang hampir sama, ia mengatakan bahwa ada kemungkinan kata Yahwah berasal dari bahasa Ibrani yang mempunyai arti yang sama dengan kata Lord (tuan). Sehingga kata Yahwah pun sebutannya berubah menjadi Jehovah yang berarti tuan.

Beberapa kalangan menyebut, dalam tradisi Ibrani bahwa nama Yahweh ditengarai sebagai bukan nama asli, melainkan berasal dari nama ehyeh dan konon Menurut Freedman, pakar agama Yahudi,[35] nama Yahweh berasal dari tradisi di luar tradisi Ibrani. Diduga, nama itu berasal dari suku-suku Median yang mendiami wilayah dimana Bani Israil tinggal sebelum datangnya Nabi Musa. Di samping suku Median, suku Keni juga mendiami daerah itu yang juga ikut mempengaruhi keberagamaan orang Israil. Menurut Freedman, asal-usul nama Yahweh itu tidak jelas, akan tetapi, nama itu menunjuk kepada sumber dari tradisi kaum Median dan Kenit.[36]

Bahkan Yahudi menyebut dan berbicara tentang Tuhannya dengan bentuk jamak “Elohim” disepanjang Kitab Taurat, dengan menyatkan bahwa Elohim mengawini putri-putri manusia,[37] bahwa Yak’kub dan istrinya mencuri “Tuhan-tuhan” Laban karena mereka memuji tuhan-tuhan itu,[38] dan mengantakan bahwa Tuhan adalah roh suci yang dijumpai Ya’kub berhadapan langsung, yang telah bergelut dengannya dan hampir dikalahkannya,[39] serta mengatkan Tuhan itu adalah bapak dari Raja Yahudi[40], bapak bangsa mereka dari pengertian sesungguhnya.[41] Jadi pada dasarnya Yahudi tidak mengetahui hakekat tuhannya yang sesunguhnya. Suatu tuhan yang “terikat” atau “terbatas” bukanlah tuhan yang sesungguhnya dan buka pula tuhan yang suci. Sebab tuhan yang suci akan terhindar dari sifat kekurangan dan kelemahan [42].

Sebagaimana disebutkan juga di dalam kitab Perjanjian Lama bahwa Nabi Musa a.s bersabda di dalam kitab Ulangan pasal 6:4, “Shama Israelo Adna ilaihaina adna ihat”. Kalimat ini adalah kutipan dalam bahasa Ibrani yang berarti “Dengarlah wahai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu satu.” Ini berarti Tuhan Yang Esa.[43]

Disebutkan di dalam kitab Yesaya pasal 43-11, “Aku, Akulah Tuhan dan tidak ada juru selamat selain daripada-Ku.”  Disebutkan juga di dalam kitab Yesaya, pasal 45:5, “Akulah Tuhan dan tidak ada yang lain; kecuali Aku tidak ada Allah.” Di dalam kitab Yesaya pasal 46:9 disebutkan, “Ingatlah hal-hal yang dahulu dari sejak purbakala, bahwasanya Akulah Allah dan tidak ada yang lain, Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku…” Dalam kitab Keluaran, pasal 20:3-5, Allah berfirman “Jangan ada padamu Allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di atas langit, atau yang ada dibawah bumi, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadan kepadanya sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Tuhan yang cemburu….”Bunyi ayat yang sama juga terdapat pada kitab Ulangan, pasal 5:7-9, “Jangan ada padamu Allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi, sebab Aku, Tuhan Allahmu, adalah Tuhan yang cemburu”[44]

Yahudi yang berbicara tentang tuhan mereka dalam bentuk jama’ “Elohim” didalam kitab Taurat.[45] Tentu ini sebuah penyimpangan, sebab menjadikan Tuhan mereka terbatas layaknya manusia yang serba kekurangan, sedangkan Tuhan terbebas dari sifat-sifat makhluqnya yang serba kurang.

Iman bangsa Yahudi kepada Allah dikenal sebagai Monoteisme radikal, artinya Allah yang mereka sembah Esa adanya. Kata “esa” disini berasal dari kata Ibrani echad  yang berarti “satu” secara bilangan. Allah echad berarti Dia adalah “satu-satunya” Allah, bukan “kesatuan” (himpunan). Dalam perspektif tata bahasa orang Ibrani, kata majmuk elohim yang dipakai untuk Yahweh tidak berarti Yahweh itu banyak, melainkan Yahweh itu Maha Besar. Dia terlepas dari sifat-sifat duniawi.

Dengan Islam, Yahudi tidak bermasalah dalam soal pengakuan Tuhan yang satu (monotheism). Tetapi, islam memandang bahwa telah terjadi penyimpangan (tahrif) [46]  yang serius pada Kitab Yahudi.[47]

Jadi dapat disimpulkan bahwa, Tuhan Yahweh agama Yahudi merupakan istilah yang masih diperdebatakan, walaupun agama Yahudi menyembah Elohim “Allah Yang Satu”, namun masih memiliki masalah, tidak ada kejelasan maksu dari Yang Satu dalam kalimat tersebut.

 

Yahudi dan Millah Ibrahim

Yahudi menyebut dan berbicara tentang Tuhannya dengan bentuk jamak “Elohim” disepanjang Kitab Taurat, dengan menyatkan bahwa Elohim mengawini putri-putri manusia,[48] bahwa Yak’kub dan istrinya mencuri “Tuhan-tuhan” Laban karena mereka memuji tuhan-tuhan itu,[49] dan mengantakan bahwa Tuhan adalah roh suci yang dijumpai Ya’kub berhadapan langsung, yang telah bergelut dengannya dan hampir dikalahkannya,[50] serta mengatkan Tuhan itu adalah bapak dari Raja Yahudi[51], bapak bangsa mereka dari pengertian sesungguhnya.[52] Jadi pada dasarnya Yahudi tidak mengetahui hakekat tuhannya yang sesunguhnya.[53] Suatu tuhan yang “terikat” atau “terbatas” bukanlah tuhan yang sesungguhnya dan buka pula tuhan yang suci. Sebab tuhan yang suci akan terhindar dari sifat kekurangan dan kelemahan.

Dalam kitab Talmud (Taurat) dikatakan bahwa Tuhan mempunyai anak yang bernama Azar atau Uzair yang bertugas mencatat wahyu atau ilham dari Allah. Dalam kitab Talmud (Taurat) yang asli, pasti tidak ada pernyataan bahwa Tuhan mempunyai anak yang bernama Izr (Uzair). Tuhan mempunyai anak bisa diduga mempunyai tambahan dari para Rahib Yahudi sendiri, karena para Rahib suka menyelewengkan keaslian kita Taurat.

Keyakinan orang yahudi tentang Tuhan yang memiliki anak telah dibantah dalam al-Qur’an yang tedapat dalam surat at-Taubah ayat 30-31

وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ

اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ

 Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putera Allah” dan orang-orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putera Allah.” Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka sampai berpaling?

Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.

 

Dari makna ayat di atas menunjukkan bahwa orang Yahudi telah menjadikan Tuhan mereka memiliki anak seperti halnya manusia, ini merupakan perbuatan syirik dan tidak sesuai dengan ajaran Millah Ibrahim yang memerintahkan untuk menyembah Allah SWT yang tidak beranak dan tidak diperanaka, menggantungkan segala bentuk perbuatan hanya kepada Allah dan menghindarkan diri dari perbuatan menyekkutukan Allah SWT.

Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” Surat al-Ikhlas[112]: 1-4

 

Diantara pelanggaran yang dilakukan orang Yahudi yaitu menyembunyikan sebagian dari isi Taurat dan memperlihatkan sebagian yang lain.

وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ إِذْ قَالُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَى بَشَرٍ مِنْ شَيْءٍ قُلْ مَنْ أَنْزَلَ الْكِتَابَ الَّذِي جَاءَ بِهِ مُوسَى نُورًا وَهُدًى لِلنَّاسِ تَجْعَلُونَهُ قَرَاطِيسَ تُبْدُونَهَا وَتُخْفُونَ كَثِيرًا وَعُلِّمْتُمْ مَا لَمْ تَعْلَمُوا أَنْتُمْ وَلَا آَبَاؤُكُمْ قُلِ اللَّهُ ثُمَّ ذَرْهُمْ فِي خَوْضِهِمْ يَلْعَبُونَ

Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya, di kala mereka berkata: “Allah tidak menurunkan sesuatupun kepada manusia.” Katakanlah: “Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebahagiannya) dan kamu sembunyikan sebahagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui(nya) ?” Katakanlah: “Allah-lah (yang menurunkannya)”, kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al Quran kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya.(QS. al-An’am[6]: 91)

 

Dikisahkan bahwa, setelah nabi Isa Musa as wafat, Kitab Taurat yang biasa digunakan oleh para Rahib (Pendeta Yahudi) isinya sudah tidak murni lagi. Beberapa bagian Kitab Taurat sudah banyak di kurangi atau ditambah oleh para Rahib yang telah menyelewengkan kemurnian Kitab Taurat. Peringatan dari Yesus rupanya tidak diterima dengan baik oleh para Rahib, karena peringatan tersebut dianggap mengurangi wibawa para rahib dimata para pengikutnya. Yesus pada setiap khutbahnya selalu mengingatkan ummat agar selalu taat pada ajaran Taurat , disamping taat kepada Injil. Penjelasan ini ada pada Kitab Injil seperti yang terdapat dalam Matius, 5:17-19.[54]

 

Problem Ketuhanan Kristen

Adapun pandangan Keristen tentang Tuhan, bagi mereka hanya satu Allah saja yaitu Bapa dan satu Tuhan yaitu Yesus[55] Kristus. Yesus dijadikan sebagai Anak Tuhan.

“Lalu Yesus bertanya kepada mereka  “tetapi apa katamu, siapakah aku ini? Maka jawab Simon Pertus “Engkau adalah Mesies, anak Allah yang hidup!” Matius 16: 15-16

Jawab malaikat itu kepadanya: ‘Roh Kudus akan turun atasmu dan Kuasa Allah yang Maha Tinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kau lahirkan akan disebut kudus, Anak Allah” (Lukas 1:35).

 

Keterangan dalam Matius 16: 15-16 dan Lukas 1:35 tersebut menunjukkan adanya keyakinan Kristen yang menjadikan Yesus sebagai Anak Tuhan.

Kekeliruan tanpak jelas dalam pamahaman Keristiani tentang Tuhan, seperti yang terdapat dalam buku Ellen Kristi, Bukan Allah tapi Tuhan: Dalam perjanjian Baru, Yahweh diperkenalkan dengan gelar baru , “Bapa”.

Firman itu telah menjadi manusia dan diam diantara kita dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikannya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan Kebenaran . (Yohanes 1:14)

 

Bapa bukan pribadi yang sama dengan Yesus. Bapa justru Allah dari Yesus, yang meninggikan Yesus menjadi Tuhan, Kristus, Pemimpin dan Juru Selamat. Dengan begitu bagi orang Keristen hanya satu Allah saja, yaitu Bapa, dan satu Tuhan saja Yaitu Kristus. Kata “Tuhan” untuk Kristus diambil dari kata Kurios (tuan), bukan teos (allah) dan bukan pula Yahweh (TUHAN)[56]

Hal ini pula menunjukkan bahwa Agama Kristen meyakini Tuhan memiliki anak, Yesus yang dijadikan Tuhan merupakan anak dari Tuhan Bapa, Bapa adalah Allah. [57]

“Aku dan Bapa adalah satu” (Yohanes 10:30)

Adapun nama Allah [58] itu adalah nama Tuhan orang Arab. Sehingga Allah itu diganti dengan Elohim atau Tuhan. Allah adalah sebuah gelar, gelar yang di ambil dari sebutan bangsa Arab untuk sesembahan mereka.[59] Menurut Kekristenan, sama seperti agama-agama pewaris iman Abrahamik lain, menyembah Allah dari Abraham, ishak, Ya’kub, nenek moyang bangsa Israel yakni Yahweh.

Kaum Masehi kebanyakan beriman pada pernyataan “Yesus (Isa Alaihissalam) yang berasal dari Nazaret adalah Almasih.”[60] Mereka mengimaninya tanpa meneliti secara mendalam. Mereka mengemukakan banyak ramalan dari kitab suci bangsa Yahudi (Perjanjian Lama) untuk membuktikan pengakuan tentang “Yesus adalah al-Masih yang dijanjikan oleh bangsa Yahudi”

Tuhan juga digambarkan sebagai anak yang bernama Yesus Kristus yang menebus dosa manusia melalui kematian Yesus di tiang salib. Penambahan Yesus Kristus sebagai anak Tuhan, bahkan menjadi bagian dari zat Allah, adalah juga campur tangan manusia. Yesus Kristus dijadikan sebagai Anak Tuhan dilahirkan melalui ibunya Maryam yang ditiupkan padanya roh suci melalui melalui sang Bapa (Tuhan Bapa),dengan demikian timbullah istilah Trinitas [61] dalam ketuhanan Kristen,

Orang Kristen mengatakan dengan keyakinannya bahwa Yesus Kristus (Isa a.s) adalah Tuhan Yang Maha Kuasa dan Yesus sendiri mengakui perihal ketuhannya. Kenyataannya, di dalam Alkitab, tidak terdapat satupun pernyataan di dalam Alkitab yang menunjukkan bahwa Yesus mengatakan langsung dari dirinya berupa kalimat “Akulah Tuhan”, atau kalimat “Sembahlah aku”.

 

Kristen dan Millah Ibrahim

Al-Qur’an menyatakan bahwa Nabi Musa dan Isa masing-masing menerima sebuah kitab suci dari Allah SWT: Kitab Musa disebut Taurat dan Kitab Isa disebut Injil, hal ini banyak disebutkan didalam Al-Qur’an.[62]

نَزَّلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَأَنْزَلَ التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ

“Dia menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil”,

Kitab-kitab ini tidak bisa disamakan dengan Kitab Perjanjian Lama dan Kitab Perjanjian Baru, sebab hanya sedikit isi dari keduanya bersal dari kitab aslinya [63].

Maka dengan demikian, para pemuka ini dapat menunjukkan apa yang mereka sukai dari kitab-kitab tersebut dan menyembunyikan bagian yang tidak sesuai dengan selera mereka [64]. Alasan penyebunyian tersebut karena berisikan tentang pengutusan nabi non-Israel, yaitu pengutusan Nabi Muhammad SAW, yang pengutusannya tidak sesuai dengan kepentinag mereka

Keyakinan tentang Ketuhananpun banyak mengalami perubahan, sehingga banyak diselewengkan, mulai dari penyebutan Yesus sebagai Anak Tuhan, serta menjadikan tuhan mereka terdiri dari tiga unsur ketuhanan, yaitu Tuhan Bapa, Tuhan Anak dan Tuhan Roh Kudus.

Sedangkan penyebutan Yesus sebagai Tuhan, ditolak oleh Yesus karena tidak sesuai dengan tugasnya sebagai Rasulullah (Utusan Allah), Yesus hanyalah seorang hamba, seperti halnya manusia biasa. Hal ini dapat dilihat dalam kitab Injil, Matius, 7:21,[65] 15:9,[66] Wahyu, 19:10.[67]

Pernyataan bahwa Tuhan mempunyai anak seperti yang terdapat dalam Kitab Taurat dan Kitab Injil, telah disanggah dan diperingati dalam al-Qur’an Surat al-Ikhlas[112]: 1-4

Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”

 

Dan terdapat dalam surta al-maidah ayat 75

 

مَا الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ وَأُمُّهُ صِدِّيقَةٌ

Al Masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, (QS. Al-Maidah: 75)

 

Hal ini menunjukkan bahwa konsep ketuhanan yang terdapat pada Agama Kristen bertentangan dengan yang terdapat dalam Millah Ibrahim, Sebab agama Ibrahim adalah satu, dan yang satu itu adalah agama Tauhid.[68] sehingga dapat dikatakan bahwa Agama Kristen tidak termasuk dalam Millah Ibrahim.

Mengenai kematian Yesus di tiang salib, sebenarnya merupakan suatu yang aneh, jika seorang nabi dalam keadaan kesulitan-katakanlah keselamatannya terancam- pastilah Allah akan menyelamatkannya. Ini juga berlaku bagi Yesus (Nabi Isa). Sebenarnya Yesus tidak ditangkap dan tidak dihukum mati di tiang salib, akan tetapi Yudas diserupakn dengan Yesus, lalu Yudas ditangkap dan dihukun mati di tiang salib,[69] sehingga orang Kristiani mengira bahwa yang mati adalah Yesus (Nabi Isa as)

Dalam buku Wisnu Arya Wardhana “Enstein Membantah Taurat dan Injil”  Enstein berkeyakinan bahwa sebagian besar kisah dalam kitab Injil tidak mungkin benar, karena banyak pertentangan antara satu dengan yang lainnya. Einstein berpendapat kalau kitab Injil yang diajarkan Yesus adalah penerus dari ajaran Nabi Musa as yang dihimpun dalam kitab Taurat, mengapa semula Tuhan Yang Maha Esa berubah menjadi Trinitas? Padahal pada semasa hidup, Yesus tidak pernah mengajarkan Trinitas! Yesus (Nabi Isa as) selalu menegaskan Tuhan, menyembah Allah, tidak pernah menyuruh ummatnya untuk menyembah Yesus, apalagi mengajarkan Trinitas. Yesus sebagai Rasul Allah diutus untuk mengajarkan Hikmah, meneruskan ajaran Taurat dan mengajarkan Injil.[70]

Trinitas Timbul setelah Yesus wafat, jadi jelas bahwa Trinitas bukanlah ajaran Allah yang diterima oleh Yesus. Trinitas jelas merupakan rekayasa yang dibuat manusia, dan ada kemungkinan juga kalau Trinitas diberikan melalui suatu kekuasaan dan kekuatan Yesus Justru mengajak untuk menyembah Tuhan Yang Esa seperti yang diperintahkan dalam ayat-ayat kitab Injil, terdapat dalam Lukas, 4:8, Yohanes, 17:3, Matius, 4:10 dan keluaran, 20:3.[71]

Namun pada kenyataanya, dalam konsep ketuhan baik agama Yahudi dan Kristen jauh berbeda dengan konsep Millah Ibrahim. Misi yang dibawa oleh Nabi Ibrahim tidak lagi menjadi pegangan oleh agama Yahudi dan Kriten. Kriten meyakini bahya Yesus (Nabi Isa) adalah anak Tuhan, sehingga dalam Keristen konsep ketuhanan mereka dikenal istilah “Trinitas”[72]

Masalah Trinitas atau Trinity adalah suatu filsafat ketuhanan yang harus diimani oleh seorang Pemeluk Nasrani. Pemahaman Trinitas adalah pengakuan adanya tiga oknum Tuhan, yaitu Allah sang Bapa (Tuhan Bapa), Yesus Krestus (Tuhan Anak) dan Roh Suci (Roh Kudus). Menurut iman Nasrani, ketiganya merupakan satu kebenaran yang esa, sehingga menurut agama Nasrani, Filsafat Ketuhanan yang disebut Trinitas tidak boleh diaktakan  “Politheisme” tapi “Monotheisme”, sebab Yesus Kristus dan Roh Kudus merupakan bagian dari Allah sang Bapak! penjelsan yang demikian ini sulit diterima oleh Einstein yang menomorsatuka logika yang berdasarkan akal dan jalan pikirannya yang harus bisa dijabarkan secara matematika.[73]

Ketiga oknum Tuhan tersebut pada akhirnya oleh para theolog Kristen disebut “Trinitas”. Pihak gereja menamakan Trinitas adalah suatu dogma yang harus dipercayai oleh ummat Nasrani. Dogma trinitas harus dipercayai secara iman, tidak boleh dianalisis berdasarkan logika. Dengan kata lain untuk menerima Trinitas tidak boleh menggunakan akal! Dogma Trinitas dianggap sebagai suatu filsafat ketuhanan yang penuuh “mistery”[74]

Keyakinan semacam ini menunjukkan kesalahan dalam memahami ketuhanan yang menjadikan Tuhan itu tiga, anggapan ini terbantahkan didalam al-Qur’an surat al Maidah : 73

 لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلَّا إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Sesungguhnya kafirlah orang0orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.”

 

Berdasarkan fakta-fakta yang tertulis dalam ayat-ayat Kitab Injil tersebut di atas, maka bisa disepakati bahwa yang wajib disembah adalah Allah SWT semata dan Yesus bukanlah Tuhan tetapi seorang hamba Allah yang diutus untuk mengesakan Tuhan! Jadi seharus Tuhan itu Maha Esa, bukan Trinitas!

Sama halnya seprti yang dinyatakan Yahudi, Keristen juga menolak kenabian Muhammad SAW dan bahkan mengangkat status Nabi Isa a.s. sebagai Tuhan.[75]  Secara tegas, Al-Quran menyebutkan, bahwa Nabi Isa a.s. pernah menyeru Bani Israil agar mengakuinya sebagai Rasul, utusan Allah, dan mengabarkan kedatangan Nabi Muhammad saw. Karena itulah, Islam memandang, kaum Keristen telah melakukan penyimpangan aqidah, karena mengangkat Nabi Isa a.s. sebagai Tuhan, bukan sebagai utusan Allah. Dengan konsep itu, mereka menolak untuk beriman kepada kenabian Muhammad saw. Segaimana kaum Yahudi, kaum Kristen di Barat tidak mengenal nama Tuhan mereka. Mereka hanya menyebut Tuhannya sebagai “God” atau “Lord”.

Yesus tidak pernah mengatakan bahwa dirinya adalah Tuhan. Sebaliknya, ia mengatakan bahwa dirinya diutus oleh Tuhan. Dia adalah rasul utusan Tuhan. Disebutkan di dalam kitab Injil Yohannes, pasal 14 ayat 24,

“Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku”.

 

 Di dalam kitab Injil Yohannes pasal 17 ayat 3,

 

“Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus”.

Disebutkan juga di dalam kitab Injil Matius, pasal 19 ayat 16 dan 17,

“Ada seorang datang kepada Yesus dan berkata: Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal ?”. Jawab Yesus: “Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik ? Hanya satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah”.

 

Maka dapat dikatakan bahwa konsep ketuhanan yang terdapat pada agama Yahudi dan Keristen berbeda dengan Islam, yang mana Keristen meyakini bahwa Yesus merupakan anak Bapa, dan Bapa adalah Allah dari Yesus, Bapalah yang menjadikan Yesus sebagai Tuhan. Yesus tidak pernah mengatakan bahwa jika engkau ingin masuk ke dalam kerajaan surga sembahlah aku sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa. Dia tidak pernah mengatakan bahwa dia akan mati untuk menebus dosa-dosa kalian, sebaliknya dia berkata “Patuhilah perintah Tuhan”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Keristen menyembah selain Allah, sebab menjadikan Yesus (Nabi Isa) sebagai tuhan yang disembah. Allah SWT telah mensucikan dakwah Ibrahim dengan dengan memerinthkan kepada para Nabi dan Rasul untuk mengikutinya. Diantara syari’ah millah ibrahim yang tetap menjadi pegangan para Nabi dan Rasul hingga akhir zaman adalah: Memurnikan ibadah hanya kepada Allah semata[76] dengan segala makna yang terkandung dari makna ibadah tersebut, menjauhkan diri dari thogut [77] dan loyalitas didalam ibadah tersebut serta menghindari (bara’ah)[78] terhadap para penentang tauhid (atau menentang orang yang melakukan kesyirikan[79] kepada Allah SWT). [80]

 

Ketuhanan Islam (Bukti bahwa Islam termasuk Millah Ibrahim sedangkan Yahudi dan Kristen tidak sesuai dengan Millah Ibrahim).

Nabi Ibrahim a.s. adalah figur penting bagi tiga agama besar di dunia, yaitu Yahudi,[81] Kristen dan Islam. Ketiga agama ini menyandarkan penuh atas eksistensi Nabi Ibrahim a.s sebagai panutannya.[82] Dalam ketiga agama ini Nabi Ibrahim dijadikan sebagai pahlawan yang menjadi peletak dasar ketuhanan. Bagi ketiga agama ini pula Nabi Ibrahim diyakini sebagai kesaksian Tuhan, manusia pilihan yang dipilih untuk menegakkan ajaran Tuhan di bumi.[83]

Dalam Islam, Allah adalah satu-satunya sesembahan yang berhak untuk disembah, meniadakan segala bentuk ketuhanan kemudian menetapkan terhadap Tuhan yang satu yaitu Allah. Ini merupakan bentuk konsekwensi dan ma’na yang terkandung dalam kalimat “La Ilaha illa Allah” (tiada tuhan yang berhak disenbah selain Allah)[84]

Istilah kata “Allah” merupakan istilah yang diberikan oleh Allah SWT, dalam banyak ayat al-Qur’an Allah menyebut dirinya dengan kata “Allah”. Seperti terdapat dalam hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud ra.

  أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسم هُوَ لَكَ؛ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ أَوْ أنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ

Dan juga kata “Allah” tersebut sering disebutkan dalam al-Qur’an. Dinyatakan ketika Rasullullah menyakan kepada orang-orang kafir tentang pencipta alam ini, lalu orang-orang kafir menjawa dengan kata “Allah” dengan demikian kata tersebut merupakan pemberian dari Allah SWT, seperti disebutkan dalam surat Lukma ayat 25.

 وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

Dan sesungguhnya jika kamu tanayakan kepada mereka “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi” niscaya mereka menjawab “Allah” katakanlah “Segala puji bagi Allah”  tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.

Hal senada juga terdapat dalam surat al-Ankabut: 61

Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” Tentu mereka akan menjawab: “Allah”, maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar).

 

Islam sebagai Millah Ibrahim.

Islam sebagai agama yang paling muda. Diantara Yahudi dan Kresten. Islam tumbuh dari Semitik yang sama.[85] Yahudi dan Keristen telah muncul sebelum Islam. Islam datang untuk memperbaiki agama Yahudi dan Keristen. Ketiga agama tersebut membawa misi Ilahi di atas bumi serta menjadi pusaran sejarah manusia. Islam menyalahkan keduanya (Keristen dan Yahudi) karena kesalahan yang sulit bisa diampuni Tuhan.[86] Kesalahan yang dimaksudkan juga adalah pemahaman mereka (Yahudi dan Keristen) tentang Uluhiyah atau transendensi Tuhan. Diantara kesalahan Keristen tehadap terhadap Uluhiyah  adalah memperluas makna yang non-transenden yaitu “Kebapakan Tuhan sebagai Raja Yahudi” pada Yesus. Hal ini jelas bahwa penyimpangan wujud Ilahi dalam alur Semit terhadap transenden bukanlah warisan Yahudi kepada Kresten.

Ummat Muslim meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Nabi terakhir yang menegaskan kembali ajaran tauhid yang dibawa para nabi sebelumnya. Bahwa semua Nabi termasuk Nabi Ibrahim juga membawa ajaran tauhid.[87]  Karena itu, millah Ibrahim, dalam pandangan Islam adalah agama tauhid. Dan saat ini, satu-satunya agama Tauhid dalam pandangan Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.

Agama Ibrahim juga dikatakan sebagai agama yang hanif. [88] Dalam al-qur’an kata-kata hanif  selalu digunakan, terutama pada surat-surat Madaniyah, yang berarti “monotheisme”  yang bertentangan dengan “pholitheisti” atau “penyembah berhala”[89] musyrikin. Kata-kata tersebut berkaitan dengan nama “Ibrahim” yang merupakan seorang hanif, bukan seorang Yahudi maupun Kristen, seorang yang tidak termasuk penyembah berhala.[90]  Dalam satu bagian penting[91] dikatakan bahwa kepercayaan murni monotheistic yang disimbolkan oleh Nabi Ibrahim adalah “Agama Sejati”, predisposisi alamiyah (fitrah) tempat Allah menentukan kehendaknya (fatara) atas manusia.[92]

Al-Qur’an yang menjadi salah satu pegangan pokok dalam islam dalam menentukan menentukan keyakinan tentang ketuhanan, pada beberapa ayat al-Qur’an memerintahkan agar tetap mengikuti millah Ibrahim, ini merupakan inti dari syari’at yang dibawa oleh Rasulullah SAW yaitu mengajak kepada tauhid dan bara’ah (berlepas) diri dari orang-orang yang melakukan kesyirikan, itulah inti dari syari’at Millah Ibrahim.[93]

Jadi dapat dikatakan bahwa islam masih berpegang kepada konsep Millah Ibrahim, yang selalu meyakaini bahwa Allah adalah satu-satunya sesembahan yang berhak utnuk disembah yang bertolah belakan dengan keyakinan Agama Yahudi yang meyakini Tuhan Allah itu banayk.

Islam meyakini bahwa Allah tidak beranak dan tidak dipernakkan, tidak seperti yang diyakini Agama Kristenn yang meyakin bahwa Allah itu terdari dari tiga unsur, yaitu Tuhan Anak Tuhan Bapa dan Tuhan Roh Kudus.

 

Penutup

Dari tulisan singkat ini, poin penting yang sangat diperhatikan yaitu tentang konsep Ketuhanan yang mengalami permasalahan, tentu ini jauh berbeda dengan keyakinan yang ada pada agama Islam

Kristen meyakini bahwa Nabi ‘Isa atau Yesus adalah Anak Tuhan. Lebih lagi seorang Keristen harus menyakini adalanya Trinitas atau Trinity.[94] Pemahaman Trinitas adalah pengakuan adanya tiga oknum Tuhan, yaitu Allah sang Bapa (Tuhan Bapa), Yesus Krestus (Tuhan Anak) dan Roh Suci (Roh Kudus). Menurut iman Nasrani, ketiganya merupakan satu kebenaran yang esa, sehingga menurut agama Nasrani, Filsafat Ketuhanan yang disebut Trinitas tidak boleh diaktakan  “Politheisme” tapi “Monotheisme”,[95] sebab Yesus Kristus dan Roh Kudus merupakan bagian dari Allah sang Bapak!

Konsep ketuhanan agama Kristen secara kesuluruhan adalah tidak masuk akal, bahkan masing-masing tokoh agama mereka memiliki penafsiran yang berbeda tentang Trinitas ini. Sehingga banyak yang menyebut konsep Trinitas sebagai teka-teki yang tidak pernah terjawab atau rahasia yang tidak pernah terungkap tuntas.

Dalam kitab Talmud (Taurat) dikatakan bahwa Tuhan mempunyai anak yang bernama Azar atau Uzair yang bertugas mencatat wahyu atau ilham dari Allah. Dalam kitab Talmud (Taurat) yang asli, pasti tidak ada pernyataan bahwa Tuhan mempunyai anak yang bernama Izr (Uzair).[96] Tuhan mempunyai anak bisa diduga mempunyai tambahan dari para Rahib Yahudi sendiri, karena para Rahib suka menyelewengkan keaslian kita Taurat, sperti yang disampaikan oleh Yesus Kristus (Nabi Isa as) dalam khutbahnya dihadapan bani Israil.

Sedangkan dalam Islam, Allah tidak memiliki anak, menyakini Allah yang esa (Ahad) tidak ada sekutu baginya.[97] Tidak menyembah kapada tuhan yang banyak. Ini menunjukkan bahwa agama yang berasal dari Nabi Ibrahim adalah bertujuan satu, yaitu untuk menyembah Allah semata.

Agama Nabi Ibrahim adalah satu yaitu agama Tauhid, dimana beliau disebut muslim. Kesatuan antara ajaran Nabi Muhammad dengan ajaran Nabi Ibrahim dapat dibuktikan dengan keduannya hanya menyembah kepada Tuhan Yang Satu, memusrnikan sesembahan hanya kepada Allah semata serta menjauhi sesembahan selain Allah dan yang dikenal istilah Thaghut.

Jadi pada darasnya agama Ibrahim tetap satu yaitu memerintahkan untuk beribadah hanya kepada Allah, sebab seluruh nabi dan Rasul hanya membawa pesan ketauhidan, sejak nabi Adam hingga nabi Muhammad SAW sebagai penutup nabi dan rasul

Ketiga agama yang memiliki akar historis itu masing masing memiliki perbedaan yang nyata terutama dalam pandangan masing-masing agama satu sama lain. Umat Yahudi mempercayai Nabi Musa AS, tetapi tidak mau menerima apa yang diserukan beliau. Mereka kafir terhadap Nabi Isa AS dan Nabi Muhammad SAW. Umat Nasrani lebih berkurang sedikit tingkat fanatismenya mereka mempercayai Nabi Musa AS dan NAbi Isa AS, menyatukan kitab Perjanjian Lama dan Baru menjadi satu kitab suci. Hanya saja mereka ingkar kepada nabi Muhammad SAW apalagi terhadap umat Islam.

Umat Islam mempercayai ketiga rasul tersebut, yaitu Musa, Isa dan Muhammad, dan mendudukkan ketiganya dalam satu derajat dan ajaran. Iman seorang Muslim tidak sah jika tidak mempercayai salah satu rasul tersebut.

Islam mengakui semua para nabi, sedangkan orang-orang Yahudi menjauhkan Isa dan Muhammad, dan orang-orang nasrani menjauhkan Muhammad SAW.[98]

Islam, suatu agama yang memperlakukan dengan baik dan hormat semua rasulullah sejak nabi Ibrahim sampai nabi Muhammad SAW, tidak membedakan antara satu rasul dengan yang lainnya, Ismail, Ishak, Ya’kub, Musa, Isa dan Muhammad. Semuanya adalah nabi dan rasul yang diutus untuk memberi petunjuk kepada manusia.

Dari penjelasan penjelasan diatas, maka sudah menjadi jelas, apa yang diperbuat oleh Yahudi dan Kristen merupakan pendustaan terhadapa Allah Azza Wa Jalla, berikut adalah ayat yang menunjukkan bahwa Yahudi dan Kristen bukan termasuk Millah Ibrahim:

مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

”Ibrahim bukanlah seorang Yahudi ataupun Nasrani akan tetapi dia adalah seorang hanif dan muslim serta bukan termasuk golongan kaum musyrikin.” (QS. Ali-’Imran : 67)

Imam Ath-Thabari mengatakan : Ini merupakan pendustaan dari Allah ‘azza wa jalla terhadap klaim orang-orang yang mendebat ajaran Nabi Ibrahim dan millahnya dari kalangan Yahudi dan Nasrani. Mereka mengklaim bahwa Nabi Ibrahim berada di atas millah (agama) yang mereka anut. Ayat ini menjadi penegas sikap berlepas dirinya Ibrahim dari perbuatan mereka. Allah menegaskan sesungguhnya mereka itulah -Yahudi dan Nasrani- yang menyelisihi agama yang beliau bawa.

Hal ini menjadi kata putus dari Allah ‘azza wa jalla bagi seluruh pemeluk Islam dan umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menetapkan bahwa mereka itulah -umat Islam- orang-orang yang benar-benar menganut ajaran agama Ibrahim dan berjalan di atas jalan-jalan dan syariat yang beliau gariskan, dan bukannya para pemeluk agama-agama selain agama yang mereka peluk (Maktabah Syamilah)

Maka dapat disimpulakan bahwa Yahudi dan Kristen bukanlah termasuk dalam Millah Ibrahim, hanya Agama Islam yang masih memegang teguh ajaran Ibrahim, sehingga dengan demikian Islam masih termasuk di dalam Millah Ibrahi.


DAFTAR PUSTAKA

 

Al-Qur’an al-Karim dan Terjemahanya. (Bandung, CV. Penerbit Jumanatul Ali Aert. 2004 M)

al-Dargazelli, Loualy Fatoohi Shetha. “Sejarah Bangsa Israel dalam bible dan Al-Qur’an” (Bandung, Mizan Media Utama. 2007)

Ali Syaikh, Syaikh Abdurrahman bin Hasan. “Syarah Fathul Majid” (Bairut, Dar El Fikr 2005)

Al-Maqdisi, Abu Muhammad. “Millah Ibrahim Dakwah Para Nabi dan Rasul” (Tangerang Indonesia:  Arrahmah Media, 2007)

Al-Qimmi, Sayyid Muhammad. “Nabi Ibrahim Titik Temu-Titik Tengkar Agama-Agama.” (terj), (Yogyakarta: LKiS,2004)

Arya Wardhana, Wisnu. “Enstain Membantah Taurat dan Injil.” (Yoyakarta. Pustaka Pelajar. 2009)

B. Baowollo, Robert. “Menggugat Tanggung Jawab Agama-Agama Abrahamik Bagi Perdamaian Dunia” (Yogyakarta. Penerbit Kanisus.2010)

Coward,Harold. “Pluralisme Tantangan Bagi Agama-agama.” (trj.) (Yogakarta, Kanisius. 1999)

Dedat,Ahmad. “Injil Membantah Ketuhanan Yesus”( Jakarata,Gema Insani Press, 1991)

Dyayadi. “Kamus Lengkap Ilamologi” (Yogyakarta, Qiyas Yogyakarta.2009)

Hasib, Kholili. “Prolem Kesatuan Agama-agama, kritik terhadap Wacana Ketuahanan Abramic Faiths”

Hasyim, Ahmad dkk . “Muzaakirot Fi an-Nahwi Wa ash-Shorfi” (Saudi Arabiya, 1415 H)

Herlianto. “Gerakan Nama Suci, Nama Allah yang Dipermasalahkan.” (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009)

http://psikparamadina.blogspot.com/2006/06/makna-din-millah-dan-nihlah-dalam-al.html

http://ruang-ihsan. blogspot.com/2008/04/ analisis-semantik-pengertian-din-millah.html,

http://wisnusudibjo. wordpress.com/2009/01/24/ millah-ibrahim- tafsir- surat-al-hajj -22-78/ Sabtu, 03 04 2010 jam 10 45

http://www.voa-islam.com/trivia/liberalism/2010/02/22/3474/ konsep-ketuhanan-agama-kristen/

http://www.voa-islam.com/trivia/liberalism/2010/02/22/3474/konsep-ketuhanan-agama-kristen/

Husaini, Adian “Membendung Arus Liberalisme di Indonesia” (Jakarta: Pustaka al-Kautsar). ………………”Wajah Peradaban Barat”, (Jakarta: Gema Insani, 2005)

Ibn Katsir. Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim, (Bairut Libanon. Darul Fikr 2005.)

Izutsu, Thoshihiko “Relasi Tuhan dan Manusia” pendenkatan semantic terhadap al-Qur’an. (Yogyakarta. PT. Tiara Wacana Yogya,1997)

Kahfi, Achmad. “Terjemahan Injil Barnabas,The Gospel Of Barnabas” Injil yang membernarkan Kerasulan Muhammad (Surabaya, PT Bina Ilmu Surabaya, cet.II. 2008)

Keristi, Ellen. ”Bukan Allah tapi Tuhan.” Perspektif seorang Keristen Tauhid tentang Keesaan Allah dann el-Ilahiyan Yesus Kristus (Ttt. Borobudur Indonesia Publishing “mengokohkan, me-Merah Putih-kan bangsa dengan ilmu dan buku cet.ke-V 2009)

Lembaga Bibleka Indonesia. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru (Yogyakarta. Penerbit Kanisius, 2008)

Lembaga Bibleka Indonesia. Tafsir Alkitab Perjanjian Lama (Yogyakarta. Penerbit Kanisius, 2008)

Majalah pemikiran dan Peradaban Isalam  “ISLAMIA”  tahun 1 no.3 nov. 2004.

Majalah pemikiran dan Peradaban Isalam  “ISLAMIA” thn 1 no 4/ Januari-Maret 2005.

Raji Al-Faruqi, Ismail. “Tauhid” (Bandung: Penerbit Pustaka,1988)

Smith, Hutom. “Agama-agama manusia”  (Jakarta. Yayasan Obor Indonesia. Edisi ke-7. tahun. 2004)

Thoha, Anis Malik.  “Tren Fluralisme Agama” (Jakarta. Gema Insani Press. 2007)

Whitehead, Alfared North. “Mencari Tuhan Sepanjang Zaman”, (terj.) (Bandung. Mizan Media Utama.2009)

 

 


 

 


[1]  Peserta Program Kaderisasi Ulama’ Institut Studi Islam Darussalam (ISID) Gontor

[2]  Nabi Ibrahim adalah putra dari Azar bin Thahur bin Saruj,  Nabi Ibrahim selain mendapatkan gelar kesayangan (Kholilullah) dari Allah juga mendapat gelar Abul Ambiya (Bapak para Nabi) sebab anak-anak beliau menjadi nabi seperti Imail, Ishaq, Ya’kub dan sebagainya.

[3]  Dikatakan bahwa ketiga agama tersebut tidak berbeda dalam hal-hal yang menjdai fondasi keyakinan bersama, percaya ada Allah satu Allah Personal, sebab manusia itu sama dihadapan Allah. Lihat. Keturunan Agama-agama Abraham dapat mereka bersaing positif? Fran von Magnis-Suseno. Dalam buku, Menggugat Tanggung Jawab Agama-Agama Abrahamik Bagi Perdamaian Dunia, (Yogyakarta. Penerbit Kanisus.2010). h. 85

[4]  (Yohanes 4:21-22) Kata Yesus kepadanya: “……..Kamu menyembah apa yang kamu tidak kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi.

[5] (Ulangan, 6:4) Dengarlah, hai bangsa Israel: Yahweh itu Allah kita, Yahweh itu Esa ! Lihat Ellen Keristi, Bukan Allah tapi Tuham. Perspektif seorang Kristen Tauhid tentang Keesaan Allah dan kel-Ilahiyan Yesus Kristus, (Borobudur 2009). h. 28

[6]  Robert B. Baowollo, Menggugat Tanggung Jawab Agama-agama Abrahamik bagi perdamaian Dunia, (Yogyakarta, Kanisius, 2010). h. 97

[7]  Said Aqiel Siradj dengan menjelaskan ayat “Wama arsalna ka illa rahmatan lil alamin”. Yang dimaksudkan dengan alam adalah semua bangsa dan sekte. Lihat Robert B. Baowollo, Menggugat Tanggung Jawab Agama-agama Abrahamik bagi perdamaian Dunia, (Yogyakarata, Kanisius. 2010). h.155

[8] QS. Az-Zukhruf [43]:4, Ar-Ra’d [13]:39, Al-Waqi’ah [56]:78.  Fazlur Rahman, Major Themes of The Qur’an  (Cicago: Bibliotheca Islamica, 1980) h. 163. Lihat Harold Coward, Pluralisme Tantangan Bagi Agama-agama, (Yogakarta, Kanisius. 1999). h.93

[9]  Dicontohkan Fazlur Rahman dalam surat Al-Baqoroh ayat 213  (كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ إِلَّا الَّذِينَ أُوتُوهُ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ فَهَدَى اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَاللَّهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ)

[10] Fazlur Rahman, Major Themes of The Qur’an,  (Cicago: Bibliotheca Islamica, 1980) h. 163. Lihat Harold Coward, Pluralisme Tantangan Bagi Agama-agama. (Yogakarta, Kanisius. 1999), h.93

[11]  Pernyataan senada juga terdapat dalam buku Syahrudin Ahmad “Mengungkap kesatuan Ruh Agama-agama”: “Kita hendak bersyukur sebab di muka bumi ini masih banyak terpelihara kitab-kitab suci dari berbagai agama yang mengharuskan kita umat islam untuk menginventarisirdan memasukkannya kedalam sebuah Laboratorim (Al-Furqan) untuk di aktulisasikan melalui suatu kajian dengan menjadikan Al-Qur’an sebagai alat pengujinya. Kitab-kitab suci dimuka bumi ini akan terpelihara seperti yang dijamin dalam surat al-Hijr (15:9), didalam ayat tersebut terdapat kata-kata az-Zikr. Selama ini kata az Zikr diartikan secara sempit, yaitu al-Qur’an saja, seharusnya az-zikr memiliki makna yang luas yaitu meliputi semua kitab yang ada di muka bumi ini. Sebab keberadaan kitab-kitab suci tersebut sebagai az-Zikr bagi suatu kaum dalam setiap masa, seperti yang ditegaskan dalam surat ar-Ra’d (13:38): bagi tiap-tiap masa terdapat kita tertentu.

[12]  Ahli Kitab disini yang dimaksud adalah Kaum Yahudi dan Nasrani. Lihat Tafsir al-Qur’an, At-Thobary dan tafsir-tafsir lainnya.

[13]  Lihat Harold Coward, “Pluralisme Tantangan Bagi Agama-agama” (Yogakarta, Kanisius. 1999), h.167

[14] Padahal, agama nabi Musa adalah agama Tauhid yang kemudian dilanjutkan oleh Nabi Muhammad saw. Jika Yahudi memeluk agama Nabi Musa, pasti mereka akan menerima kenabian Muhammad saw. Al-Quran banyak menyebutkan tindakan kaum Yahudi yang mengubah-ubah kitab mereka, sehingga mereka keluar dari jalan kebenaran. (QS; 2:59, 75, 79, dll).

[15]  Sebagaimana firman Allah: ”Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”(QS. Al Maidah: 3). “Dan mereka berkata: ‘Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk’. Katakanlah: ‘Tidak, bahkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan orang musyrik’.” (Al-Baqarah: 135) ”Dia telah memilih kamu (untuk mengemban urusan agama-Nya) dan Dia tidak akan menjadikan kesulitan dalam urusan agama ini pada kalian; (maka, ikutilah) agama bapak kalian, Ibrahim. Dia telah menamai kalian sebelumnya dengan nama Muslim. (QS al-Hajj: 78) Lihat. http://ruang-ihsan. blogspot.com/2008/04/ analisis-semantik-pengertian-din-millah.html, (Online, 25 April 2010 jam. 14.55)

[16] Al-Fatihah : 4, al-Hijr : 35, al-Nur : 25, al-Syuara : 82, al-Shofat : 20, Shod : 78, al-Dzariyat : 6, 12, al-Waqiah : 56, al-Maarij : 26, al-Mudatsir : 46, al-Infithor : 9, 15, 17, 18, al-Muthofifin : 11, al tin : 7 al maun :1.

[17]  Q.S. al-Baqoroh: 193, al-Nisak: 146, al-A`raf : 29, al-Anfal: 39, Yunus : 22, Yusuf : 40, al-Nahl: 52, al-Ankabut : 65, al-Ruum : 30, Luqman : 32, al-Zumar : 2, 3, 11, 14, Ghofir : 14, 65, al-Bayyinah : 5.

[18]  Q.S. Yusuf: 76. an-Nur: 2

[19]  Q.S. as-Syuro: 13. Al-Ruum: 30.

[20] Q.S. Al-Mumtahanah : 8, 9.  Al-Fath: 28. Al-Ahzab :5. Ali Imran: 24. Al-Nisak: 60. Al-Kafirun:6.

[21]  Q.S. al-baqarah : 135, al-An`am : 161, shod : 7.

[22] Q.S.  Ali imran : 95, al-haj : 78.

[23]  Di antaranya menjadi; Imam, Rasul, banyak keturunannya yang menjadi nabi, diberi gelar khalilullah.

[24] Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Abdullah bin Salam mengajak dua anak saudaranya, Salamah dan Muhajir untuk masuk Islam dengan berkata: “Kau berdua telah mengetahui, sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman di dalam Taurat, bahwa Ia akan mengutus dari keturunan Ismail, seorang Nabi bernama Ahmad. Barangsiapa yang beriman kepadanya, ia telah mendapat petunjuk dan bimbingan, dan barangsiapa yang tidak iman kepadanya, akan dilaknat. Maka masuk Islamlah Salamah, akan tetapi Muhajir menolak. Maka turunlah ayat tersebut di atas (S. 2: 130) yang menegaskan bahwa hanya orang-orang bodohlah yang tidak beriman kepada agama Ibrahim.(Diriwayatkan oleh Ibnu Uyainah.(

[25]  Q.S. AlBaqoroh: 135

[26]  Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Ibnu Shuria berkata kepada Nabi SAW: “Petunjuk itu tiada lain kecuali apa yang kami anut, maka turutlah kami hai Muhammad, agar supaya tuan mendapat petunjuk.” Kaum Nashara pun berkata seperti itu juga. Maka Allah menurunkan ayat tersebut di atas (QS. 2: 135) yang menegaskan bahwa agama Ibrahim adalah agama yang bersih dari perubahan yang menimbulkan syirik. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Sa’id atau ‘Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas). Disebutkan juga dalam Surat Al-An’am ayat 161.  An nahl ayat 123.

[27] Q.S. An-Nisa’: 125

[28]  Q.S. Al-Ankabut [29]: 27  ada juga ayat yang menjelaskan bahwa nabi Ibrahim sebagai kholilullah (kekasih Allah) terdapat pada surat annisa'[4]: 125

[29]  Kata “Musa” berasala dari bahasa kopti yang terdiri dari dua kata, yaitu mu (air) dan sa (pohon air), dinamakan demikian karena ketika bayi, Musa dibuang ke air dan dihanyutkan ke sungai Nil dalam sebuah peti kayu. Ia lalu diselamatkan oleh Permaisuri Firaun. Nabi Musa adalah anak Yakabat, istri Imron bin Qahat bin Lewi bin Ya’kub. Lihat Dyayadi, Kamus Lengkap Ilamologi, (Yogyakarta, Qiyas Yogyakarta.2009). h.418

[30]  Yahudi diambil dari nama anak Ya’kub (Israil) yaitu Yahuda, nama agama atau kaum yang dahulu dibawa oleh Musa As. hingga Isa As.

[31]  Nabi Isa adalah putera Maryam, berasala dari bahasa Ibrani Yasu’ atau Yasyu, dalam lafaz arab menjadi Isa yang berarti “tuan” atau yang diberkati. Isa adalah salah seorang Rasul Allah yang mendapat gelar Ulul Azmi (nabi atau orang yang memiliki keinginan yang kuat dan teguh)

[32]  Abu Muhammad Al-Maqdisi “Millah Ibrahim Dakwah Para Nabi dan Rasul” (Tangerang Indonesia:  Arrahmah Media, 2007) p.36

[33]  Dalam persi King James kata “Yahweh” salah eja sehingga menjadi “Jahovah”. Tentang Yahweh sebagai tuhan dalam Keluaran, Lihat. Ellen Kristi, Bukan Allah tapi Tuhan. Perspektif seorang Kristen Tauhid tentang Keesaan Allah dan ke-Ilahiyan Yesus Kristus, (Borobudur. 2009). h.31

[34]  Wisnu Arya Wardhana, Enstein Membantah Taurat dan Injil, (Yoyakarta. Pustaka Pelajar. 2009). h. 149-150

[35] Ahmad Syalabi, Muqaranatu al-Adyan, (terj. Perbandingan Agama; Agama Yahudi), (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), p. 172. Lihat Kholili Hasib “Prolem Kesatuan Agama-agama, kritik terhadap Wacana Ketuahanan Abramic Faiths” h.6

[36]  Botterwech, Vol. V, hlm. 513 dalam Herlianto, Gerakan Nama Suci, Nama Allah yang Dipermasalahkan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), p.93. Lihat Kholili Hasib, Prolem Kesatuan Agama-agama, kritik terhadap Wacana Ketuahanan Abramic Faiths  h.6

[37]  Al-Kitab Kejadian, 6:2,4 Lihat Ismail Raji Al-Faruqi, Tauhid, (Bandung: Pustaka,1988). p.20

[38]  Al-Kitab Kejadian  33:32 Lihat Ismail Raji Al-Faruqi, Tauhid, (Bandung: Penerbit Pustaka,1988). p.20

[39]  Kitab Kejadian, 33: 24-30 Lihat Ismail Raji Al-Faruqi, Tauhid,  (Bandung: Penerbit Pustaka,1988). p.20

[40]  Mazmur, 2;7, 89:26. Samuel II, 7:14. tawarikh I, 17:13. dll. Lihat Ismail Raji Al-Faruqi, Tauhid,  (Bandung: Penerbit Pustaka,1988). p.20

[41]  Hosea, 2:2-13. Lihat Ismail Raji Al-Faruqi, Tauhid, (Bandung: Penerbit Pustaka,1988) h.20

[42]  Ismail Raji Al-Faruqi, Tauhid,  (Bandung: Penerbit Pustaka,1988) h..20

[43]  Hal inilah menurut orang Keristen, Yahweh bukanlah Tuhan orang Yahudi saja, tetapi juga tuhan semua bangsa dan semua manusia.

[44]  Lembaga Bibilika Indonesia, Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, (Yogyakarta: Kanisius, 2002)

[45]  Ismail Raji Al-Faruqi, Tauhid, (Bandung: Penerbit Pustaka,1988). h.20

[46]  QS; 2:59, 75, 79 dll

[47] Dalam konferensi tahun 1979, melalui makalahnya yang berjudul, Islam and Christianity in the Perspective of Judaism, Michel Wyschogrod, profesor filsafat di Baruch College, City University, New York. Lihat Adian Husaini, Membendung Arus Liberalisme di Indonesia, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar) p.295

[48]  Al-Kitab Kejadian, 6:2,4 Lihat Ismail Raji Al-Faruqi, Tauhid,  (Bandung: Penerbit Pustaka,1988) p.20

[49]  Al-Kitab Kejadian  33:32 Lihat Ismail Raji Al-Faruqi , Tauhid,  (Bandung: Penerbit Pustaka,1988) p.20

[50]  Kitab Kejadian, 33: 24-30 Lihat Ismail Raji Al-Faruqi , Tauhid,  (Bandung: Penerbit Pustaka,1988) p.20

[51]  Mazmur, 2;7, 89:26. Samuel II, 7:14. tawarikh I, 17:13. dll. Lihat Ismail Raji Al-Faruqi , Tauhid,  (Bandung: Penerbit Pustaka,1988) p.20

[52]  Hosea, 2:2-13. Lihat Ismail Raji Al-Faruqi , Tauhid,  (Bandung: Penerbit Pustaka,1988) h.20

[53]  Ismail Raji Al-Faruqi , Tauhid,  (Bandung: Penerbit Pustaka,1988) h..20

[54]  “Janganlah kamu menyangka bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau Kitab para Nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya, karena Aku berkata kepadamu: “Sesungguhnya sebelum lenyap bumi dan langit ini,sati iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat. Karena barang siapa yang meniadakan salah satu hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah didalam kerajaan surga, tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah hukum taurat, ia akan menduduki tenpat yang tinggi didalam kerajaan surga. Lihat Wisnu Arya Wardhana, Enstein Membantah Taurat dan Injil, (Yoyakarta. Pustaka Pelajar. 2009) h. 125

[55]  Yesus berasal dari kata bahasa Ibrani yang berarti Nabi Isa.

[56]  Ellen Kristi, Bukan Allah tapi Tuahm. Perspektif seorang Keristen Tauhid tentang Keesaan Allah dan ke-Ilahiyan Yesus Kristus, (Borobudur Indonesia Publishing, 2009) h.8-13 dan h.48

[57]  Lihat, Buku Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, (Yogyakarta. Penergit Kanisius 2008) h. 148

[58]  Menurut Keristen, Secara prinsipil tidak bermasalah menggunakan kalimat “Allah” dalam al-Kitab versi bahasa Indonesia, sebab sejak zaman dahulu, sebutan Allah yang digunakan orang arab merupakan sebutan dari sesembahan orang Yahudi dan Keristen.

[59]  Ellen Kristi, Bukan Allah tapi Tuahm. Perspektif seorang Kristen Tauhid tentang Keesaan Allah dan ke-Ilahiyan Yesus Kristus, (Borobudur Indonesia , 2009) h.8-13 dan h.25-26

[60] Almasih merupakan terjemahan dari ibrani “Mesias”, yang artinya “seorang yang diurap dengan minyak kudus”. Persamaan katanya dalam bahasa Yunani adalah “Christos”, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan “Chirst”

Kata “Almasih” itu adalah gelar, bukan nama. Lihat: Ahmad Dedat, Injil Membantah Ketuhanan Yesus, Gema Insani Press, (Jakarata, 1991) h. 25 Nama yang diberikan kepada Maryam sebelum dilahirkan adalah Yesus (Isa), bukan Almasih. Ia mengaku dirinya Almasih setelah dibaptis oleh Yohanes pembaptis (Yahya Alaihissalam). Terhadap gelar ini orang Yahudi tidak sepenuhnya menerima.

[61]  Istilah Trinitas dimulai oleh Paul (Paulus) dan menjadi baku sekitar tahun 325 Masehi, ini tidak pernah disebutkan dalam kitab Injil. Lihat Pendahukuan yang terdapat dalam Buku Ahmad kahfi, Terjemahan Injil Barnabas,The Gospel Of  Barnabas Injil yang membernarkan Kerasulan Muhammad, (Surabaya, PT Bina Ilmu Surabaya, cet.II. 2008). h. 29

[62]  Q.S. Ali Imron[3]: 3. Lihat. Dr. Loualy Fatoohi, Prof. Shetha al-Dargazelli, Sejarah Bangsa Israel dalam bible dan Al-Qur’an, (Bandung, Mizan Media Utama. 2007) h.99

[63]  Dr. Loualy Fatoohi, Prof. Shetha al-Dargazelli, Sejarah Bangsa Israel dalam Bible dan Al-Qur’an, (Bandung, Mizan Media Utama. 2007) h.102.

[64]  Q.S. Al-Baqarah[2]:140,159, 174,  al-An’am[6]: 91, Ali Imrom[3]: 71&187. Lihat Dr. Loualy Fatoohi, Prof. Shetha al-Dargazelli, Sejarah Bangsa Israel dalam Bible dan Al-Qur’an, (Bandung, Mizan Media Utama. 2007) h.102.

[65]  “Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu : Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam kerajaan sorga, melainkan akan melakukan kehendak BapakKu yang di sorga. Lihat. Wisnu Arya Wardhana, Enstein Membantah Taurat dan Injil, (Yoyakarta. Pustaka Pelajar. 2009) h. 136

[66]  “Percuma mereka beribadah kepadaKu, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Lihat. Wisnu Arya Wardhana, Enstein Membantah Taurat dan Injil”,(Yoyakarta. Pustaka Pelajar. 2009) h. 136.

[67] “Maka tersungkurlah aku didepan kakinya untuk menyembah dia, tetapi ia berkata kepadaku: “janganlah berbuat demikian! aku adalah hamba, sama dengan engkau dan saudara-saudaramu yang memiliki kesaksian Yesus. Sembahlah Allah! karena kesaksian Yesus Adalah roh nubuat. Lihat. Wisnu Arya Wardhana, Enstein Membantah Taurat dan Injil, (Yoyakarta. Pustaka Pelajar. 2009) h. 136.

[68]  Abu Muhammad Al-Maqdisi, Millah Ibrahim Dakwah Para Nabi dan Rasul, (Tangerang Indonesia:  Arrahmah Media, 2007) p.20-26

[69] Dikisahkan didalam kitab Injil Barnabas, termasuk kitab Injil yang dilarang Gereja untuk dibaca oleh orang Keristen. Karena Barnabas termasuk yang dipercaya dan dihormati. Seperti yang dinyatakan dalam Kitab Injil (Katonik) “Karena Barnabas adalah orang baik, penuh dengan roh Kudus dan iman (Kisah Para Rasul, 11:24) Lihat. Wisnu Arya Wardhana, Enstein Membantah Taurat dan Injil, (Yoyakarta. Pustaka Pelajar. 2009) h. 126-127

[70]  Wisnu Arya Wardhana, Enstein Membantah Taurat dan Injil, (Yoyakarta. Pustaka Pelajar. 2009) h. 134

[71]  Wisnu Arya Wardhana, Enstein Membantah Taurat dan Injil, (Yoyakarta. Pustaka Pelajar. 2009) h. 135. 

[72]  QS. Al-Ambiya’ [21]:25″dan Kami tidak mengutus seorang rasul sebelum kamu, melainkan kami wahyukan kepadanya : “Bahwasanya tidak ada Ilah (yang hak)  selain Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan aku.

[73] Wisnu Arya Wardhana, Enstein Membantah Taurat dan Injil, (Yoyakarta. Pustaka Pelajar. 2009) h. 137

[74] Wisnu Arya Wardhana, Enstein Membantah Taurat dan Injil, (Yoyakarta. Pustaka Pelajar. 2009) h. 141.

[75] Al-Quran memberikan kritik-kritik yang sangat mendasar terhadap konsep ketuhanan Kristen (QS 19:88-91, 5:72-75, dll).

[76]  Allah mengutus seluruh nabi hanya untuk menyembah kepada Allah semata, dan mereka (para nabi) membawa pesan yang sama. Lihat Tafsir surat Al-ambiya’ ayat 25, (Imam Abi al Fada al-Hafidz  Ibnu katsir Addamasyki, Tafsir Qur’anul karim, (Bairut Libanon. Darul Fikr 2005) h. 1212

[77]  QS. An-Nahl [16]: 36

[78]  QS. Al-An’am [6]: 68 dan 78. at-Taubah [9]:114

[79]  QS. Al-Ambiya’ [21]:25″dan Kami tidak mengutus seorang rasul sebelum kamu, melainkan kami wahyukan kepadanya : “Bahwasanya tidak ada Ilah (yang hak)  selain Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan aku

[80]   Sayyid Muhammad Al-Qimmi “Nabi Ibrahim titik temu-titik tengkar agama-agama “(Yogyakarta: LKiS,2004) p.1

[81]  Mengenai istilah Yahudi ini. Ada yang menyatakan bahwa Yahudi merujuk kepada anak keempat nabi Ya’qub yang bernama Yahuza. Raja Nebuchadnezzar II adalah pemimpin kerajaan Babylon yang mengalahkan kuasa bangsa Yahudi ini yang ketika itu dikenali dengan nama Kerajaan Yahuza. Ada yang berpendapat Yahudi itu merujuk kepada pengikut nabi Allah Musa. Bagi yang percaya dengan kitab Taurat dan Zabur, serta Kitab Talmud yang dikarang-karut oleh Hakham (pendita) mereka, mereka dipanggil Yahudi. Semua yang lahir daripada ibu atau bapa berbangsa Yahudi, dianggap Yahudi oleh mereka. Lihat Dr. Loualy Fatoohi, Prof. Shetha al-Dargazelli, Sejarah Bangsa Israel dalam bible dan Al-Qur’an, (Bandung, Mizan Media Utama. 2007) h.220-230.

[82] Q.S. Al-Baqarah[2] : 130, An-Nahl [16] : 23 Al-Ambiya’ [21] : 51

[83]  QS. Al-An’am [6]: 68 dan 78. at-Taubah [9]:114

[84]  Ibul Qoyyim dalam Kitab Syarah Tauhid  Syaikh Abdurrahman bin Hasan Ali Syaikh, Fathul Majid, (Bairut, Dar El Fikr 2005) h.29

[85] Ismail Raji Al-Faruqi, Tauhid, (Bandung: Penerbit Pustaka,1988) p.19

[86]  Q.S. An Nisa'[4] : 47, 155. subsatansi ayat tersebut menggambarkan orang-orang Yahudi yang ingkar kepada Rasul Allah, sehingga mereka membunuh para Nabi, ini merupakan dosa yang sulit diampuni Allah SWT. Lihat. Tafsir at-Thobary dan kitab tafsir lainnya.

[87]  Q.S. Al-Ambiya'[21]: 25

[88]  Dalam bahasa Arab  hanif, jamaknya hunafa’

[89]  Q.S. Ali Imron[3]: 67 & 95. al-Hajj[22]: 31. dll.

[90]  Q.S. ar-Ruum[30]: 30

[91]  Q.S. al-Baqarah[2]: 135. Ali Imron[3]: 67.

[92]  Thoshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia Pendenkatan Semantic Terhadap al-Qur’an, (Yogyakarta. PT. Tiara Wacana Yogya.1997) h.119

[93]  Abu Muhammad Al-Maqdisi, Millah Ibrahim Dakwah Para Nabi dan Rasul, (Tangerang Indonesia:  Arrahmah Media, 2007) p.22

[94]  Trinitas adalah suatu filsafat ketuhanan yang harus diimani oleh seorang Pemeluk Nasrani.

[95]  Adapun dalam agama Yahudi, Iman dikatakan Monoteisme karena Mono berarti satu, Theos berarti Allah. Monoteisme berarti “Hanya percaya kepada Satu Allah”. Dengan dipertegas sepuluh perintah Yahweh kepada Musa diatas Gunung Sinai. Disebutkan dalam Keluaran, 20:2-3, Akulah Yahweh, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu Allah lain dihadapan-Ku. Lihat. Ellen Keristi, Bukan Allah tapi Tuahm. Perspektif seorang Kristen Tauhid tentang Keesaan Allah dann el-Ilahiyan Yesus Kristus (Borobudur Indonesia Publishing “mengokohkan, me-Merah Putih-kan bangsa dengan ilmu dan buku cet.ke-V 2009) h.29

[96]  Pernyataan ini  dibantah al-Qur’an dalam surat at-Taubah Ayat: 30-31, al-Maidah [5]: 116-117,

[97]  QS. Al-Ikhlas[112]: 1-4

[98]  Q.S. As-Syu’ara [42]:13

Last modified: 01/11/2010

One Response to :
Konsep Millah Ibrahim

  1. Toto says:

    Padahal Agama Yahudi adalah hasil dari pengkafiran diri dari Ajaran Nabi Musa As,
    Nasrani adalah pengkafiran diri dari ajaran Nabi Isa As, dan
    Agama Islam adalah pengikut ajaran Nabi Muhammad, terus apa yang mau disatukan?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *