Benarakah Sholat Tanpa Kiblat?

Written by | Nasional

Inpasonline, 14/10/10

Surabaya- Beberapa bulan yang lalu, para pengurus Masjid/Musholla sempat dibikin resah dengan sebuah temuan hasil penelitian. Temuan tersebut berkesimpulan bahwa sebagian masjid/musholla di Indonesia telah bergeser arah kiblatnya. Informasi ini rupanya mempunyai dampak yang tidak kecil. Beberapa masjid direncakan akan dirombak total untuk menyesuaikan dengan arah kiblat yang baru tersebut. Parahnya lagi, informasi ini juga menyebabkan beberapa perpecahan di kalangan pengurus masjid/musholla kerena mereka seakan terbebani dengan keabsahan sholat para jamaahnya.

Hal inilah yang meyebabkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa Nomor 03 tahun 2010 tentang Kiblat,bahwa kiblat umat Islam di Indonesia adalah menghadap ke arah barat.  Alasannya sederhana, karena letak Indonesia berada di bagian timur Ka’bah/Makkah. Rekomendasi yang disertakan mengharap agar bangunan masjid/musholla di Indonesia sepanjang kiblatnya ke arah barat, tidak perlu diubah atau dibongkar.

Bukannya jadi solusi, tapi justru fatwa ini mendapat kritikan dari berbagai ormas Islam di Indonesia, tegas Dr. Abdussalam Nawawi, ketua Lajnah Falakiah NU Jatim, dalam seminar Sholat Tanpa Kiblat di IAIN Sunan Ampel, Rabu, (13/10/10) kemarin. Bahkan mantan dekan fakultas Syari’ah IAIN Sunan Ampel ini menyebutnya fatwa tersebut tidak menghargai pendapat para ahli falakiah yang menetapkan arah kiblatnya ke barat laut. Ia menegaskan dengan nada guyonan, jika arah kiblat menghadap ke arah barat, bukannya lurus dengan Makkah atau Ka’bah tapi justru menghadap ke arah stadion sepak bola Manchister United (MU),yang disambut tawa oleh peserta seminar.

Tapi alhamdulillah, jelas pria kelahiran Sampang ini, fatwa tersebut segera direvisi dengan fatwa No. 05 tahun 2010, yang berbunyi Kiblat umat Islam Indonesia adalah menghadap ke barat laut dengan posisi bervariasi sesuai dengan letak kawasan masing-masing. Sedangkan rekomendasi fatwa ini berharap agar bangunan masjid/musholla yang tidak tepat arah kiblatnya perlu ditata ulang shafnya tanpa membongkar bangunannya. Tapi anehnya, fatwa ini oleh masyarakat umum disikapi sebagai pembenaran adanya pergeseran letak arah kiblat disebabkan adanya beberapa bencana gempa bumi di Indonesia. Dari sinilah dimulainya kegaduhan arah kiblat ini, tegas pakar ilmu falak ini.

Terkait dengan rumor ini, ia tidak menampik adanya pergeseran lempeng bumi. Tapi yang perlu diingat, pergeseran tersebut tidak mesti akan mengubah arah kiblat, karena pergeseran lempeng bumi ini tidak tetap. Bisa jadi pergeserannya menjauh, bertubrukan dan menyamping. Artinya, pergeseran tersebut tidak selalu konstan tetapi bervariasi, sehingga tidak mungkin menyebabkan perubahan arah kiblat. “Kalau digambarkan, seperti orang yang sedang joget, kadang maju, mundur, ke kiri dan ke kanan yang tidak melakukan perpindahan yang berarti”, jelasnya. Di samping itu, pergeseran lempeng tersebut hanya berkisar 0,5 – 1 cm/tahun, yang dalam ilmu falakiah tidak dianggap sebagai perubahan yang berpengaruh. Oleh karena itu, pria yang menjadi dekan dua periode ini dengan tegas menampik adanya pergeseran arah kiblat karena adanya beberapa bencana di Indonesia dan pergeseran lempeng bumi.

Hal itu ia buktikan dengan memperlihatkan arah kiblat beberapa masjid di Surabaya dengan menggunakan Google Earth. Dari situ ia menunjukkan bahwa arah kiblat masjid yang sudah benar tidak bergeser sedikitpun meskipun tergolong masjid tua. Yang mengherankan, justru arah kiblat Masjid Ampel yang sangat tepat penentuannya dan tidak bergeser sedikitpun dari arah kiblat meskipun tergolong masjid yang berusia ratusan tahun. Hal ini tentu membuktikan kecanggihan dan kemajuan ilmu falak pada zaman itu, sehingga bisa menentukan arah kiblat yang valid dan tak terbantahkan. (mm)    

Last modified: 14/10/2010

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *