Nasehat “Sang Kyai” tentang Acara Maulid

Written by | Fikih dan Syariah

Oleh: Muhammad Saad*

Inpasonline.com-Munculnya majelis-majelis shalawat di negeri kita membawa angin positif bagi kaum muslimin. Kehadiran majelis-majelis itu bisa merebut hati anak-anak muda Muslim. Dari pedesaan hingga perkotaan. Nilai positifnya antara lain majelis shalawat yang makin menjamur itu mampu menyaingi propaganda mengidolakan artis, penyanyi, grup band yang tidak hanya dari dalam negeri, namun juga dari luar negri. Apalagi semenjak boomingnya K-Pop dengan pengaruhnya negatif prilaku dan life style-nya yang merontokkan moral remaja muslim. Di beberapa daerah, majelis shalwat itu menjadi media mengislamkan kembali pemuda-pemuda yang Muslim. Menarik mereka untuk lebih mengenal lagi belajar agama.

Kehadiran majelis shalawat dan mauled itu dengan segala aktivitasnya patut untuk diapresiasi dan didukung untuk senantiasa eksis dan mengembangkan mejelisnya demi dakwa Islam.

Namun di luar itu, baru-baru ini ada orang-orang yang mencoreng kemuliaan majelis maulid Nabi Saw. Telah viral di media sosial sepasang muda-mudi berjoget dalam majlis shalawat pada saat lantunan shalawat sedang dibacakan. Acara sakral yang dirayakan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Besar Muhammad Saw dengan bacaan-bacaan shalawat, menjadi ternodai oleh perilaku maksiat dari oknum yang hadir acara tersebut.

Sebenarnya kejadian-kejadian yang mirip kasus di atas, sudah sering terjadi. Hanya saja tidak terekspos media, sehingga tidak menjadi “geger” di dunia maya. Bahkan pada zaman Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari pun pernah terjadi kejadian serupa. Hingga pada akirnya, Mbah Hasyim Asy’ari menulis risalah “at-Tanbihatal-Wajibat li Man Yashna’ Maulid Bial-Munkarat” yang artinya Pengingat wajib bagi orang-orang yang membuat maulid dengan kemungkaran

Dalam kitab tersebut, sebelum beliau menasehati, pendiri Jam’iyah Nahdhlatul Ulama’ tesebut bercerita:

قد رأيت فى ليلة الاثنين الخامس والعشرين من شهر ربيع الاول من شهور السنة الخامسة والخمسين بعد الالف والثلاث مائة من الهحر اناسا من طلبة العلم فى بعض المعاهد الدينية يعملون الاجتماع باسم المولد وأحضروا لذلك الات الملاهىثم قرأوا يسيرا من القران والاخبار الواردة فى مبدأ أمر النبي صلى الله عليه وسلم وما وقع فى مولده من الاياتومابعده من سيره المباركات ثم شرعوا فى المنكرات مثل التضارب والتدافع ويسمى عندهم بفنجاأنوبوكسن وضرب الدفوف. كل ذلك بحضور نسوة أجنابيات قريبات منهم مشرفات عليهم والموسيقي وستريك واللعب بما يشبه القمار واجتماع الرجال والنساء مختلطات ومشرفات والرقص والاستغراق فى اللهو والضحك وارتفاع الصوت والصياح فى المسجد وحواليه فنهيتهم وانكرتهم عن تلك المنكرات فتفرقوا وانصرفوا.

 

“Saya pernah melihat pada malam senin tanggal 25 Rabi’ ul-Awwal 1355 H di salah satu pesantren, sekumpulan santri yang mengadakan kumpulan dengan nama peringatan maulid. Di situ mereka menghadirkan alat-alat musik (yang diharamkan). Lalu, mereka membaca beberapa ayat Al-Qur’an, riwayat tentang perjalanan kehidupan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, yang penuh dengan keberkahan dari awal lahir dan sesudahnya.Setelah itu, mereka melakukan kemungkaran, yaitu dengan menyelenggarakan permainan adu pukul yang mereka sebut pencak dan boxing, sambil memukul-mukul rebab. Acara itu pun dihadiri para perempuan yang menyaksikan pagelaran itu. Tidak saja itu, acara maulid itu pun diramaikan dengan musik, permainan setrik dan permain yang menyerupai perjudian. Laki-laki dan perempuan bercampur baur, berjoget dan larut dalam canda tawa serta diiringi suara keras dan teriakan-teriakan di dalam masjid dan sekitarnya.Melihat itu, saya larang mereka dan saya menolak tegas kegiatan itu. Mereka pun berpisah dan bubar.” (KH. Hasyim Asy’ari, at-Tanbihatal-Wajibat li Man Yashna’ Maulid Bial-Munkarat, halaman 9-10).

Perayaan Maulidur Rasul Saw, pada zaman Mbah Hasyim Ay’ari pada saat itu dirayakan dengan pembacaan shalawat yang diiringi dengan rebana. Namun acara tersebut dicampuri dengan prilaku kotor dan maksiat berupa adu tinju, kemudian ada pula acara yang menyerupai perjudian, melempar-lemparkan uang, bercampur antara laki-laki dan wanita, bermain musik yang diiringi joget.  Perilaku demikian ini yang mengundang kegundahan Mbah Hasyim, dan akhirnya beliau mengeluarkan fatwa haramnya kepada acara tersebut.

Perlu diingat, yang diharamkan oleh Hadratus Syaikh KH.Hasyim Asy’ari bukanlah acara maulid dengan pembacaan shalawat yang diiringi rebana. Akan tetapi yang diharamkan oleh beliau adalah dicampurkannya acara tersebut dengan perilaku maksiat semisal adu pukul, ikhtilat (campur laki-laki dan perempuan dalam satu tempat tanpa pembatas), serta joget-joget yang diiringi alat musik yang jelas-jelas diharamkan dalam Islam.  Pencak silat sebenarnya bukan hal yang terlarang pada hakikatnya, namun dianggap tak pantas dan tak sopan bila dilakukan di momen maulid apalagi bila disertai hal-hal yang haram tadi.

Perlu diketahui oleh seluruh kaum muslimin, bahwa di dalam kitab yang lain yaitu kitan “An-Nurul Mubin Fi Mahabbati Sayyidil Mursalin”, Hadratus Syaikh menjelaskan ada empat perkara yang wajib bagi seorang mukallaf agar dicintai oleh Nabi Muhammad Saw. Diantara empat perkara yang wajib tersebut ialah: wajib beriman, taat, mengikuti, mengharapkan kebaikan, dan cinta kepada Rasulullah Saw. Adapun Syarat mencintai Rasulullah Saw salah satunya ialah banyak menyebut beliau dengan bershalawat dengan perasaan rindu dan penuh pengagungan. Serta menampakkan kekhusyu’an dan ketawadhu’an ketika mendengar nama Rasulullah Saw disebut.

Kemudian Syaikh Hasyim Asy’ari mengutip pernytaan Syaikh Abu Ibrahim bin Ishaq at-Tajibi berkata: “adalah para sahabat Rasulullah Saw setelah sepeninggal Rasulullah Saw, tidaklah disebut asma Rasulullah Saw, kecuali para Sahabat itu khusyu’  mendengar nama Beliau Saw, serta berkerut gemetar kulitnya dan menangis. Hal demikian ini banyak dilakukan oleh para Salafunas Shaleh.”

ومن علامة محبته صلى الله عليه وسلم كثرة ذكره  صلى الله عليه وسلم. فإن من احب شيئا أكثر من ذكره

ومن علامة حب النبي صلى الله عليه وسلم مع كثرة ذكره له صلى الله عليه وسلم تعظيمه وتوقيره عند ذكره له  وأظهر الخشوع والتواضع عند سماع إسمه.

 

وقال الشيخ ابو ابراهيم اسحاق التجيبي كان اصحاب النبي صلى الله عليه وسلم بعده لايذكرونه الا خشوعوا واقشرعت جلوادهم وبكوا، وكذالك كثير من التابعين….

Inilah adab seseroang kepada Rasulullah Saw agar mendapatkan balasan cinta dari Rasulullah, yang ditulis oleh Mbah Hasyim Asyari dalam kitabnya. Harusnya ilmu tentang adab seperti ini diketahui oleh semua individu muslim. Terlebih bagi kita yang aktif mengikuti majelis shalawat. Sehingga dengan demikian, akitvitas shalawat yang mereka hadiri menjadi amaliah baik yang diterima oleh Allah Swt.

Oleh karena itu banyak para ulama’ dan habaib telah mengingatkatkan tentang hal ini. Habib Syech Assegaf sendiri sering dalam mauidhzohnya diselah-selah majelsi shalawatnya mengingatkan agar para peserta untuk tidak berjoget-joget. Habib Novel al-Attas pun sering mengingatkan hal yang sama. Bahkan bagi pemukul dhufufnya pun ada adabnya, yaitu mereka harus khusyu’ dalam mendengakan bacaan shalawat.

Diakhir tulisan, marilah kita renungkan sungguh-sungguh apa yang telah dinasihatkan oleh Syaikh Hasyim Assy’ari dalam beradab bermaulid kepada Rasulullah Saw. Sebab sebagaimana dimaklumi oleh kaum muslimin Ahlussuunah wal Jamaah, maulid adalah bagian dari pengagungan kepada Baginda Saw. Di dalamnya ada pembacaan siroh beliau Saw yang menjadi ruh penyemangat perjuangan. Serta dalam maulid ada pembacaan shalawat kepada Nabi Muhammad Saw yang merupakan bagian dari hubb yang mana hubb tersebut adalah kewajiban umat kepada Nabinya Saw.  Wallahu a’lam bis shawwab.

*Penulis adalah guru Kulliyyatu Dirasah al-Islamiyah (KDI) Pasuruan

Last modified: 24/11/2019

2 Responses to :
Nasehat “Sang Kyai” tentang Acara Maulid

  1. Suyudi says:

    Masya Alloh

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *