Kemeneg Hati-hati Sikapi NII

Written by | Nasional

Inpasonline, 28/4/11

Merebaknya ideologi dan gerakan NII di lembaga pendidikan disikapi hati-hati oleh Kementerian Agama (Kemenag). Menurut Dirjen Bimas Islam, Nasaruddin Umar, antisipasi terhadap gerakan itu harus dilakukan secara komprehensif. “Jangan sampai nanti merombak kurikulum, apalagi merombak sistem pendidikan, “katanya.

Menurut Nasuruddin,  pihaknya meyakini pertumbuhan populasi NII di Tanah Air tidak terlalu signifikan. Mereka hanyalah kelompok kecil yang keluar dari mainstream umat Islam yang dinilai mengancam kesatuan NKRI. Namun demikian, pihaknya mengambil langkah proaktif guna memberikan proteksi yang menyeluruh di lembaga pendidikan.

Rencananya, kata Nasaruddin, Jumat (29/4) mendatang bertempat di Kemdiknas, pihaknya akan menggelar pertemuan dengan sejumlah rektor universitas di Tanah Air. Ini dilakukan sebagai salah satu upaya membendung ancaman NII di kampus-kampus. Melalui pertemuan itu nantinya muncul solusi alternatif dan antisipatif dalam rangka menangkal gerakan NII di berbagai kampus. “Kita sudah komunikasikan,” kata dia.

Tetapi disadari, kata Nasaruddin, upaya ini mesti didukung oleh berbagai pihak. Termasuk kegiatan ekstrakulikuler kampus seperti organisasi kemahasiswaan PMII, HMI, dan KAMMI. Dengan demikian sepak terjang gerakan dan penyebaran NII di kampus bisa semakin dipersempit. “Keterlibatan mereka juga bisa membendung aliran sesat,” kata dia.

Sementara itu Menteri Agama Suryadarma Ali mengatakan pihaknya harus mencermati lebih lanjut terkait kebenaran paham radikalisme yang sudah masuk ke sekolah. Namun Kemenag, kata dia, sudah melakukan penelitian soal radikalisme maupun aliran sesat yang membahayakan keamanan negara seperti NII.

“Rekrutmen NII, tidak tepat kalau kita menyebut lembaga pendidikan yang memproduksi mahasiswa hingga beraliran keras, misalnya ada Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), kita tak bisa justifikasi kampus tersebut sebagai sarangnya, kami hanya sebatas warning dan sosialisasi,” kata Suryadharma.

 Suryadarma mengatakan pencegahan dilakukan agar lembaga pendidikan tidak terkontaminasi pemahaman yang sesat. Tak hanya itu, Suryadarma berharap, gencarnya pemberitaan menentang NII akan menyolidkan semua masyarakat, tokoh agama, orang tua dan generasi muda.

“Saya minta semua oran tua waspada, kami hanya sebatas itu supaya tidak kemasukan pemahaman itu,” tegasnya.

Suryadarma juga menegaskan perbedaan paham dalam kurikulum agama islam di sekolah bisa saja terjadi asalkan tidak bersifat prinsip. Intinya Indonesia tidak mungkin berubah menjadi negara islam seperti yang diinginkan NII.

“Ada perbedaan dalam pelajaran misalnya jumlah rakaat solat tarawih, itu tidak masalah asal tidak menyangkut yang prinsip seperti nabi terakhir pasti nabi Muhammad SAW. Kalau ada yang menyimpang pasti sudah ditertibkan pihak keamanan,” tandasnya. .(re/okz/r)

 

Last modified: 28/04/2011

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *