Jangan Biarkan Rohingya Sendirian!

Written by | Opini

Satu yang Sama

Cermatilah perkembangan di Palestina, dengan Masjid Al-Aqsha di dalamnya. Ternyata, terus memrihatinkan. Lihatlah Suriah, di bawah rezim Syiah yang represif. Pasukan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad dalam 17 bulan terakhir diperkirakan telah menewaskan 18 ribu jiwa warganya sendiri. ‘Terakhir’, dalam sebuah serangan di Damaskus, 20 orang pengungsi Palestina meninggal (www.okezone.com 3/8/2012). Perhatikanlah di Cina. ‘Terakhir’, ada 20 Muslim Uighur dipenjara. Warga Xinjiang itu diganjar hingga 15 tahun penjara oleh Pemerintah Cina atas tuduhan terorisme dan separatisme (Republika 3/8/2012).

Lalu, bagaimana di Rohingya (Myanmar)? Di sana terjadi pembersihan etnis Muslim. Mereka dibantai, diperkosa, rumahnya dibakar, dan lalu diusir. Menurut Noor Hussain -Perwakilan Muslim Rohingya yang sedang berada di Bangladesh- sudah sekitar 30 ribu Muslim yang dibunuh. Hal yang tak kalah memrihatinkan, “Mereka (pasukan Myanmar) juga mengambil anak-anak kami. Entah kemana anak-anak itu dibawa, kami tidak tahu,” tutur Noor (www.okezone.com 1/8/2012).

Apa awal tragedi di Rohingya? Pada 28/5/2012, konon, perempuan Rakhine diperkosa dan dibunuh tiga Muslim. Pelaku ditangkap, dua dihukum mati dan satu meninggal di tahanan. Sampai kini, tak jelas apakah benar pelakunya memang Muslim. (Kita bisa meragukan versi itu, jika dihubungkan dengan fakta lain. Misal, tidak jarang mayat Muslim Rohingya yang mereka bunuh lalu kepalanya digunduli. Lantas pakaiannya diganti seragam khas bhiksu. Setelah itu disebarlah kabar bahwa Muslim telah membunuh biksu mereka).

Pada 1/8/2012, Human Rights Watch (HRW) Asia melaporkan: Pemerintah Myanmar tak melakukan pencegahan. Pasukan Myanmar memerkosa, membunuh dan melakukan penahanan massal. Paramiliter menembak mati Muslim Rohingya yang berusaha melarikan diri. Pekerja kemanusiaan dihalang-halangi masuk.

Renungkanlah! “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara” (QS Al-Hujuraat [49]: 10). Lalu, siapa Muslim Rohingya? Mereka adalah keturunan Benggali Bangladesh. Tinggal sejak 1430 di Rakhine -kemudian lebih sering disebut sebagai Arakan-, saat raja setempat meminta bantuan Sultan Benggali karena adanya kemelut politik.

Bantuan berhasil dan sang raja bisa memimpin Arakan lagi. Islam lalu sangat mewarnai Arakan. Misal, kalimat Syahadat dicantumkan di lambang dan koin kerajaan. Raja-rajanya memakai gelar Muslim. Kerudung dipakai wanita dalam kesehariannya. Tapi, Arakan yang semula merdeka, lalu ditaklukkan Burma (sekarang Myanmar), pada 1785.

 

Sikap Kita?

Bagaimanakah sikap PBB atas Rohingya? Ada yang menyebutnya seperti penonton bisu! Lalu, di Myanmar sendiri? Aneh, sikap Aung San Suu Kyi, tokoh Myanmar peraih Nobel Perdamaian: Pertama, dia bilang tak tahu bahwa Rohingya adalah bagian dari Myanmar. Dia memandang Rohingya sebagai imigran dan bukan warga negara Myanmar. Kedua, dia diam tak bersikap sama sekali atas tragedi kemanusiaan itu. Sikapnya itu menuai kecaman dari sejumlah pihak.

Indonesia? Setidaknya sampai tulisan ini dibuat, Pemerintahan Indonesia yang mayoritas penduduknya Muslim tak terdengar apa sikap resminya atas Myanmar.

Bagaimana pula sikap kaum Muslimin pada umumnya? Kadang –atau bahkan sering- kita salah menempatkan diri. Misal, pernah segelintir orang meninggal sia-sia di sebuah bioskop di Amerika saat menonton film Batman. Sebagian penonton itu mati karena ditembaki oleh seseorang. Kita lalu membincangkannya sepenuh empati. Media massa menempatkan berita itu di kapling ‘strategis’.

Sekarang, coba bandingkan dengan sikap kita atas Rohingya! Jika tak terbersit empati kita kepada Muslim Rohingya, lalu mana bekas ajaran Ramadhan? Jika tak tersulut ghirah kita, lantas dikemanakan ajaran Rasulullah Muhammad SAW –lewat HR Muslim- bahwa hubungan satu Muslim dengan Muslim lainnya laksana satu tubuh, yang jika sakit di satu bagian maka bagian yang lain akan merasakan sakit pula?

Ada contoh menarik di zaman Rasulullah SAW. Seorang pemuda Muslim membunuh seorang Yahudi karena dia bersama sejumlah Yahudi (dari Bani Qainuqa’) lainnya telah memermalukan seorang Muslimah dengan merekayasa sehingga kerudungnya terbuka. Lalu, si pemuda Muslim dibunuh pula oleh Yahudi. Atas kejadian itu, Rasulullah SAW langsung memerintahkan untuk mengepung Bani Qainuqa’ sampai mereka menyerah dan semuanya diusir dari Madinah.

Peristiwa di atas dahsyat. Kaum beriman memeragakan ghirahnya! Padahal -bagi kebanyakan orang- awal dari peristiwa itu termasuk sesuatu yang sepele yaitu tak lebih dari sekadar ‘insiden kecil’ saja. Tapi, itulah ghirah, yang diterjemahkan oleh Prof. Dr. HAMKA sebagai “kecemburuan”.

Ghirah adalah sebentuk kecemburuan yang ‘dibakar’ oleh ‘api’ pembelaan kepada agama Islam. Ghirah itu merupakan bagian dari ajaran Islam.  Pemuda Muslim yang membela saudarinya dari gangguan orang-orang Yahudi Bani Qainuqa’ tergerak karena adanya ikatan aqidah yang kuat.  Menghina seorang Muslimah sama saja dengan merendahkan semua umat Islam.

 

Bergerak, Bergerak!

Bantulah Muslim Rohingya! Jangan biarkan mereka sendirian! “Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di muka bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui” (QS Al-Baqarah [2]: 273). ”Perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa” (QS At-Taubah [9]: 36).

Ayo, jangan biarkan Muslim Rohingya sendirian! []

Last modified: 04/08/2012

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *