Islam Rusia Berkembang Pesat

Written by | Nasional

Deputy Chairman of Russia Mufties Council Rushan Hazrat Abbasyov bersama rombongan datang ke Jakarta. Rushan Hazrat Abbasyov menyampaikan keinginannya untuk mempelajari dan mengenal umat Islam di Indonesia yang moderat dan multikultural serta dapat menjaga nilai toleransi dalam kehidupannya. “Kami memiliki masalah yang sama sebagai negara beragam agama dan suku bangsa,” katanya.

Kedatangan delegasi Muslim Rusia ini atas kerja sama Kedutaan Besar Indonesia di Moskow dan Kementerian Agama, Abbasyov beserta sejumlah tokoh Islam Rusia itu melakukan kunjungan persaudaraan guna mengenal kehidupan Islam moderat di Indonesia. Mereka dijadwalkan berada di Indonesia dari 1-7 April dan akan menemui sejumlah tokoh agama baik Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah dan Majelis Ulama, serta sejumlah lembaga pendidikan, selain itu juga mendatangi pemusik Ahmad Dhani.

Abbasyov menjelaskan perkembangan Islam di Rusia saat ini begitu pesat, meskipun Islam telah memasuki negara pecahan Uni Soviet itu sejak lebih dari ribuan tahun lalu. “Saat ini terdapat sekitar 23 juta warga Muslim di Rusia, dari sekitar 140 juta penduduk secara keseluruhan, dengan tingkat penyebaran merata serta terpusat di sejumlah Republik Islam seperti Dagestan, Chechnya, Tatarstan, dan lainnya,” katanya.

Abbasyov juga mengungkapkan, kaum muslimin di Rusia hingga kini ragu melakukan poligami, karena aturan Rusia tidak membolehkan poligami. “Walaupun banyak anggota Parlemen di sana yang mewacanakan agar larangan poligami dihapus dengan alasan HAM, tapi karena dilarang, maka kaum muslimin disana ragu dan takut melawan aturan itu,” katanya.

Setelah era komunis, Muslim Rusia sudah bisa melakukan aktifitasnya. Pemerintahan Federasi Rusia agaknya mulai apresiatif. Pertama kalinya dalam sejarah, seorang pemimpin Rusia memasukkan menteri Muslim dalam kabinetnya dan mengakui eksistensi Muslim Rusia. Presiden Vladimir Putin terlihat serius melirik Islam dengan hadir pada acara Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Malaysia (2003), yang akhirnya menjadi peninjau tetap, dan memprakarsai terbentuknya Alliance of Civilization Rusia-Islam lewat pertemuan 27-28 Maret 2006 dengan tokoh Islam dari 15 negara.

Bahkan, Rusia mengakui kemenangan Hamas pada Pemilu Palestina dan Putin sempat ‘menegur’ Paus Benediktus XVI karena pidatonya yang menuding Islam dan Nabi Muhammad di Jerman. Rusia memandang dunia Islam sebagai kekuatan signifikan dan dapat menjadi mitra dalam mewujudkan tatanan dunia baru yang damai, adil dan beradab. Prof Sychev Victor, seorang ahli Indonesia asal Rusia, juga menegaskan bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan nilai-nilai perdamaian. Dia menolak Islam dikaitkan dengan terorisme karena itu hanyalah ulah segelintir orang dengan mengatasnamakan Islam.

 

Islam masuk ke Rusia

Berbeda dengan Muslim negara lain di Eropa, yang umumnya imigran, hadirnya Islam di Rusia memiliki sejarah sangat panjang. Islam masuk ke Rusia (Dagestan dan Kaukasus Utara) pada pertengahan kedua abad ke-7 M. Abad ke10, Islam telah menjadi agama resmi bangsa Tatar. Ketika etnis Rusia yang Kristen berkuasa, wilayah Muslim mulai diduduki. Bahkan, pada pertengahan abad ke-18, Muslim Rusia tidak dibolehkan melakukan aktivitas keagamaan, membangun masjid dan sekolah. Meletusnya revolusi komunis 1917 memunculkan situasi yang sangat buruk bagi semua pemeluk agama, terutama Muslim, yang berujung pada pemberantasan agama sejak 1927.

Meskipun sangat dihalangi semasa komunis, akar budaya dan sejarah Islam tidak pernah tercabut. Momentum reformasi ekonomi dan sosial, sampai keruntuhan Uni Sovyet, dimanfaatkan Muslim Rusia untuk menata kembali keberagamaannya. Saat ini, Muslim Rusia merupakan komunitas Muslim terbesar di Eropa. Mereka berasal dari 40 etnis dan berjumlah sekitar 20 juta (15 persen dari 142 juta penduduk Rusia). Di samping Muslim keturunan, banyak di antara mereka yang muallaf. Bahkan, 60 persen pemeluk baru adalah etnis Rusia yang sebelumnya tidak beragama apapun.

Di samping faktor imigrasi dari wilayah Utara Kaukasus dan Asia Tengah, pertambahan populasi Muslim juga dipicu oleh krisis kependudukan di kalangan etnis Rusia yang menyebabkan penurunan populasi 700.000 orang pertahun. Inilah yang menimbulkan kekhawatiran, terutama kalangan Kristen ortodoks, bahwa mereka akan menjadi minoritas dan kehilangan identitas Rusianya. Jika trend ini terus berlanjut, diperkirakan populasi Muslim dalam 30 tahun mendatang bisa melebihi etnis Rusia. Bahkan, Muslim akan menjadi mayoritas di dinas ketentaraan Rusia.

Tuanya Islam di Rusia inilah yang membuahkan banyak karya emas Islam diproduksi dan ‘terkubur’ di sana. Di perpustakaan negara Petersburg, masih bisa dijumpai naskah kuno al-Quran tulisan tangan dengan seratus versi khat Arab, kumpulan naskah karya para ulama Kurdistan, risalah filosof Islam setempat, ensiklopedia filsafat Ibnu Sina (Uzbekistan), karya al-Farabi (Azerbaijan) dan mushaf al-Quran mini sebesar korek api (hadiah Syah Iran Abbas Agung pada salah seorang putra Kaisar Rusia). Di Perpustakaan Lembaga Orientologi Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional Moskow juga banyak ditemukan naskah keagamaan, hukum, tata negara dan ilmu pengetahuan yang berasal dari negara Islam tempo dulu.

 

Peluang Islam di Rusia  

Represi puluhan tahun di era komunis telah membuat Muslim Rusia terisolasi dari ilmu dan pengamalan Islam, terutama generasi muda. Walau tetap bangga sebagai Muslim, pengenalan Islam yang hanya sebatas nama sangat membatasi gerak Muslim dalam menggapai kesempurnaan Islam. Semua ini menuntut kerja ekstra sampai tersedianya pendidikan Islam yang layak dan sarana ibadah yang representatif.

Dengan sumber daya manusianya cukup besar (sekitar 1,5 miliar jiwa, hampir seperempat popualsi dunia), Presiden Putin akan sulit mengabaikan Muslim. Apalagi populasi Muslim Rusia paling banyak di Eropa. Sumber kekayaan alam dunia Islam (minyak, hutan dan gas) yang masih banyak belum tergali juga akan menjadi pertimbangan Rusia untuk tetap bersikap manis pada Islam. Semua kartu truf ini juga harus dimanfaatkan dengan baik oleh Muslim Rusia.

Tapi, agaknya Putin masih alergi terhadap Muslim ‘garis keras’ seperti Muslim Chechen. Dia lebih welcome terhadap Muslim moderat seperti Muslim Tatar dan Asia Tengah. Indikasi ini hendaknya membuat Muslim Rusia lebih arif dalam bersikap. Tanpa mengorbankan tujuan utama Islam, ada baiknya Muslim Rusia belajar dari sejarah ketika untuk pertama kalinya Islam menaklukkan Tatar di Barat Rusia. Ide-ide universalnya seperti keadilan, persaudaraan, anti kezaliman dan cinta ilmu telah memenangkannya dalam merebut hati masyarakat Rusia. (CMM/Hamzah/ks).

Last modified: 04/04/2011

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *