Ingat Manji, Terkenang Sodom dan Pompei

Written by | Opini

Memang, secara umum -belakangan ini- semakin banyak pihak yang tak risih berdekat-dekat dengan para pelaku homoseks/lesbian, kalangan yang sangat dilaknat Allah. Bahkan, lebih dari itu, merekapun tak ragu turut mengampanyekan eksistensi dari kaum homoseks/lesbian itu. Mari, kita ingat-ingat sebagian di antaranya.

Di Jawa Pos 30-31/10/2010 ada seri tulisan berjudul “Kucing-Kucing Brondong di Tengah Ragam Kehidupan Kota”. Lead tulisan ini menggambarkan isinya: Pekerja seks komersial (PSK) anak bukan hanya monopoli remaja putri. Cowok ABG juga siap melayani sesama jenis. Mereka dikenal dengan istilah “kucing”.

Sebelumnya, di Jawa Pos 23/3/2010 ada judul “Surabaya Tuan Rumah Konferensi Lesbian dan Gay Se-Asia”. Rencananya, lebih dari seratus anggota International Lesbian, Gay, Bisexual, Trans and Intersex Association (Ilga) Asia akan berkonferensi di Surabaya pada 26-28/3/2010.

Setengah tahun sebelumnya, di www.eramuslim.com 30/9/2010, kita baca bahwa ada rencana festival yang akan menayangkan sekitar 500 film homoseks. Acara ini akan diselenggarakan di 12 lokasi, mulai dari 24 September hingga 22 Oktober 2010.

Setahun sebelumnya lagi, di www.hidayatullah.com 12/11/2009, ada judul IAIN Sunan Ampel Adakan Seminar “Nikah Yes! Gay Yes”.

Lebih ke belakang lagi, koran berbahasa Inggris –The Jakarta Post- 28/3/2008, menurunkan berita berjudul Islam ‘recognizes homosexuality’ (Islam mengakui homoseksualitas). Berita itu berdasar pendapat Prof. Dr. Siti Musdah Mulia (UIN Jakarta), bahwa homoseksual dan homoseksualitas adalah alami dan diciptakan oleh Tuhan, karena itu dihalalkan dalam Islam (baca www.hidayatullah.com 30/3/2008).

Sepertinya mereka (pura-pura) lupa bahwa sejarah itu berulang. Misal, jika kita “menyediakan” (berbagai) sebab datangnya azab Allah maka pasti bencana dahsyat segera hadir. Apa yang menimpa (warga) Sodom dan Pompei haruslah selalu kita ingat.

 

Sodom Binasa

Terutama para pelaku homoseks/lesbian dan yang memfasilitasi aktifitas mereka, perlu untuk selalu mengingat azab apa yang menimpa kaum Nabi Luth a.s. yang gemar memraktikkan homoseks/lesbian, sebuah perilaku seks yang menyimpang dan belum dikenal sebelumnya. Homoseks/lesbian itu perilaku keji antara lain karena merusak jalan keturunan.

Ketika Luth a.s. menyeru untuk menghentikan penyimpangan itu, kaumnya bukan saja mengabaikan, malah menantang. “Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk orang-orang yang benar”. Luth berdoa: “Yaa Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas kaum yang berbuat kerusakan itu” (QS Al-Ankabuut [29]: 29-30).

Lalu, datanglah azab Allah seperti yang tergambarkan pada QS Huud [11]: 82 di awal tulisan ini. Perhatikan juga ini: “Dan Kami hujani mereka dengan hujan (batu)” (QS Asy-Syu’araa’ [26]: 173). “Maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur, ketika matahari akan terbit. Maka Kami jadikan bahagian atas kota itu terbalik ke bawah dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras (QS Al-Hijr [15]: 73-74).

Ada catatan, Sodom adalah nama kota yang dihancurkan itu dan terletak di dekat pantai Laut Tengah. Di “Ensilopedia Al-Qur’an” karya Prof. Dr. Wahbah Zuhaili dan kawan-kawan, ada penjelasan bahwa kota tempat tinggal kaum Luth a.s. itu benar-benar sering dilewati orang-orang Quraisy yang pergi ke Syam. Mereka bisa melihat bekas-bekasnya.

 

Pompei Hancur

Jika Sodom adalah contoh pertama, maka Pompei adalah semacam pengulangan Sodom. Tentang Pompei, berikut ini petikan agak panjang dari www.harunyahya.com.

Pompei, sebuah simbol kemerosotan Kekaisaran Romawi. Warganya melakukan perilaku seks menyimpang dan dengan kesudahan yang serupa dengan Sodom.

Pompei dihancurkan lewat letusan gunung Vesuvius. Lava dan debu dari letusan vulkanis dahsyat (pada tahun 79 M, pen.) memerangkap warga kota tersebut. Bencana itu terjadi begitu tiba-tiba, sehingga segala sesuatu di kota itu terperangkap di tengah kehidupan sehari-hari dan hingga kini tetap seperti apa adanya. Seolah-olah waktu telah dibekukan.

Pemusnahan Pompei dari muka bumi dengan bencana dahsyat bukan tanpa alasan. Catatan historis menunjukkan bahwa kota tersebut adalah sarang foya-foya dan perilaku menyimpang. Kota ini dikenal dengan perkembangan pelacurannya yang pesat sampai-sampai jumlah rumah bordil tidak terhitung lagi. Tiruan alat kelamin dalam ukuran aslinya digantungkan di depan pintu-pintu rumah bordil.

Lava Vesuvius telah menyapu bersih seluruh kota dari peta dengan seketika. Segi yang paling menarik dari peristiwa ini adalah bahwa tidak ada seorangpun yang (sempat) melarikan diri walau sedemikian hebohnya letusan Vesuvius. Sepertinya mereka sama sekali tidak menyadari akan datangnya bencana tersebut. Mereka tertegun seolah-olah sedang terkena mantra. Misal, sebuah keluarga yang sedang menyantap makanan membatu saat itu juga. Banyak pasangan ditemukan membatu dalam keadaan sedang berhubungan badan. Dalam kaitan ini, hal yang paling menarik adalah bahwa terdapat pasangan berjenis kelamin sama dan pasangan muda-mudi yang masih kecil. Wajah dari beberapa jasad membatu yang digali dari Pompei tidak rusak. Ekspresi dari wajah-wajah tersebut pada umumnya menunjukkan kebingungan.

 

Jangan Undang!

Manji dan orang-orang yang aktivitasnya serupa dengan dia, jangan pernah diundang lagi dan apalagi secara leluasa mereka diberi ‘panggung’. Sebab, jika itu terus dilakukan –sangat boleh jadi- sama saja dengan sikap kaum Nabi Luth a.s. yang gegabah menatang: “Datangkanlah kepada kami azab Allah”. []

 

Last modified: 21/05/2012

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *