Imam al-Ghazali: Orang yang Menyimpang dari Syariat tidak Layak Menjadi Mursyid

Written by | Pemikiran Islam

A-AAInpasonline.com-Hujjatul Islam Imam al-Ghazali dalam kitabnya “Khulashah al-Tashanif fi al-Tasawwuf” menerangkan bahwa seorang mursyid (guru kaum Sufi) harus melakukan beberapa riyadhah (latihan akhlak batin). Seperti makan yang sedikit, bicara, dan tidur, banyak melakukan shalat sunnah, sedekah dan puasa secara ikhlas. Akhlaknya terpuji, terhindar dari sifat fanatis, tidak sombong dan tidak boleh ada perasaan tidak butuh ilmu.

Imam al-Ghazali berpendapat pada zamannya beliau menemui mursyid yang tidak memenuhi syarat. Bahkan tidak taat pada syariat.

Beliau mengatakan: ‘Apalagi di zaman ini. Sebab, banyak orang yang mengaku sebagai mursyid. Tetapi, pada dasarnya dia hanya mengajak manusia kepada permainan dan perbuatan tidak berguna. Bahkan, ada orang zindiq yang mengaku sebagai mursyid yang menyimpang dari syariah.

Karena itu, seorang mursyid wajib secara dzahir dan batin taat kepada syariah. Jika seorang menemui mursyid yang menyimpang ini, maka ia wajib menolaknya.

Imam al-Junaid mengatakan: ‘Tariqah kami, yakni tariqah ahli tasawuf itu selalu terikat dengan aturan al-Qur’an dan al-Sunnah. Barangsiapa yang tidak mengamalkan al-Qur’an dan tidak menjaga al-Sunnah dengan memahami isinya maka tariqahnya tidak sah untuk diikuti’(Abdul Wahhab al-Sya’rani,Tanbih al-Mughtarin, hal. 19).

Bahkan terdapat kaidah umum di kalangan ulama tasawuf — lebih-lebih seorang mursyid– bahwa perkara makruh itu bagaikan sesuatu yang haram. Sedangkan amalan sunnah seperti menjadi kewajiban (fardhu). Bagi mereka, jangankan meninggalkan perkara haram, amalan yang dihukumi makruh ditinggalkan jauh oleh para sufi. Mereka sangat membenci sesuatu yang dimakruhkan. Lebih-lebih perkara yang haram. Inilah bentuk kecintaan ulama tasawuf terhadap syariah Allah Subhahu Wata’ala.

Pada zaman imam al-Ghazali itu sudah banyak ditemui mursyid yang menyimpang sehingga seolah-olah mursyid yang sesungguhnya menjadi tidak dikenal. Sebaliknya mursyid yang menyimpang jadi dikenal. Seorang mursyid wajib memiliki ilmu. Karena ilmu itu yang akan menjaganya.

Adapun mursyid yang benar harus ditaati. Bersikap sopan-santun di hadapannya. Melaksanakan perintahnya selama perintah itu tidak bertentangan dengan syariat. Tidak mendebat secara lancang di hadapannya. Karena mursyid merupakan guru lahir dan batin.

Oleh: A. Kholili Hasib

Last modified: 02/09/2015

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *