Cara Selamat Memilih Pemimpin

Written by | Opini

Oleh: M. Anwar Djaelani

pemilu_2Inpasonline.com-Posisi pemimpin sangat menentukan. Dengan kekuasaannya, pemimpin bisa “memerah-birukan” masyarakat. Maka, jika salah memilih pemimpin kita akan celaka Untuk itu, ikutilah petunjuk Allah dan Rasul-Nya dalam memilih pemimpin.

 

Terang dan Jelas

Pada dasarnya, posisi pemimpin itu mulia. Allah menempatkannya pada posisi ketiga setelah Allah dan Rasulullah Saw dalam hal ketaatan yang harus ditunjukkan oleh kaum beriman. “Hai orang-orang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-(Nya), dan ulil amri di antara kamu” (QS An-Nisaa’ [4]: 59).

“Pemimpin itu sangat menentukan warna dan akhlak masyarakat” (HR Hakim). Maka, mengingat peran strategisnya, Islam meminta kita agar ‘mengurus’ masalah pemimpin itu bahkan sampai ke komunitas yang kecil. “Apabila tiga orang keluar (bepergian), maka hendaklah seorang di antara mereka itu diangkat sebagai pemimpin” (HR Abu Dawud). Artinya, jika hanya untuk mengurusi keperluan tiga orang saja Islam telah merokomendasikan untuk mengangkat seorang pemimpin, maka apatah lagi untuk mengurus keperluan jutaan orang.

Pemimpin itu strategis. Tanpa adanya pemimpin yang ditaati maka tak akan ada aturan yang bisa ditegakkan. Pemimpin bisa mendesain sekaligus mengusahakan semua hal yang dapat menuju ke arah pemenuhan kesejahteraan orang-orang yang dipimpinnya, mulai dari soal ekonomi sampai ke masalah pengamalan ajaran agama.

Apa kualifikasi pokok pemimpin yang wajib kita pilih? Syaratnya: Muslim, beriman, bertakwa, serta berakhlak terutama dalam hal dia menegakkan shalat dan menunaikan zakat.“Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah)” (QS Al-Maaidah [5]: 55).

Berikutnya, pemimpin yang harus kita pilih itu memiliki kualifikasi yang terbaik dan termampu (sesuai HR Hakim). Sedapat-dapatnya, pemimpin yang kita pilih mendekati sifat-sifat kepemimpinan Nabi Saw yang shiddiq, amanah, tabligh, dan fathonah. Dia harus shiddiq (jujur), amanah (terpercaya), tabligh (menyampaikan kebenaran kepada siapa saja), dan fathonah (cerdas).

Islam tak hanya memberi kriteria tentang pemimpin yang wajib kita pilih, tetapi juga memberi kriteria orang-orang yang tak boleh kita pilih. Berikut ini kriteria orang-orang yang tak boleh kita pilih sebagai pemimpin kaum Muslim.

 

  1. Orang Kafir.

“Janganlah orang-orang mu’min mengambil orang-orang kafir menjadi wali (teman akrab, pemimpin, pelindung, penolong) sebagai pemimpin dengan meninggalkan orang-orang mu’min. Barang-siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap siksa-Nya. Dan, hanya kepada Allah kembali(mu)” (QS Ali ‘Imraan [3]: 28).

Ayat di atas menjadi dasar tak bolehnya kita mengambil kaum kafir menjadi pemimpin kaum beriman. Adapun sebab turunnya QS Ali ‘Imraan [3]: 28 itu karena adanya kejadian berikut ini.

Suatu ketika, segolongan kaum Anshar tertarik kepada Hajaj bin Amrin, seorang pemuka Yahudi. (Tertarik, dalam pengertian bisa membuat segolongan kaum Anshar itu berpaling dari agama Islam). Melihat hal yang tak benar itu, maka segolongan kaum Anshar diingatkan Rif’ah bin Mundzir bersama dua Sahabat lainnya. Rif’ah mengatakan: “Wahai Saudaraku kaum Anshar, berhati-hatilah terhadap bujuk-rayu orang-orang Yahudi dan janganlah kamu berpaling dari ajaran agamamu.” Sayang, segolongan kaum Anshar itu menolak nasihat Rif’ah. Maka, turunlah QS Ali ‘Imraan [3]: 28 itu sebagai peringatan untuk tidak menjadikan orang-orang kafir sebagai pelindung kaum Mu’min (diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Sa’id atau ‘Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas).

 

  1. Yahudi dan Nasrani.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu). Sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barang-siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim” (QS Al-Maaidah [5]: 51).

Larangan di atas semakin beralasan jika kita hubungkan dengan firman Allah di QS Al-Baqarah [2]: 120, bahwa: “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka”. Jika kita memilih mereka sebagai pemimpin, maka sama saja seperti kita memberi jalan kepada mereka untuk memimpin dan mempengaruhi kaum Muslim. Padahal seharusnya kita memedomani ketetapan Allah ini:“Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang beriman”(QS An-Nisaa’ [4]: 141).

 

  1. Pihak yang Mempermainkan Agama.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman” (QS Al-Maaidah [5]: 57).

 

  1. Musuh Allah dan Musuh Mu’min.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad) karena rasa kasih sayang” (QS Mumthahanah [60]: 1).

 

Agar Beruntung

Alhasil, pedoman memilih pemimpin itu gamblang. Supaya selamat, kita harus berusaha melaksanakannya. Sambil berusaha, selalulah iringi dengan doa: Yaa Allah, beri kami kebaikan di dunia dengan mendapatkan pemimpin yang sesuai dengan panduan-Mu. Yaa Allah, beri kami kebaikan di akhirat dengan Engkau pertemukan kami dengan Pemimpin Utama kami, Muhammad Saw. Yaa Allah, bebaskan kami dari siksa neraka, yang kelak bisa saja menjadi tempat hunian kami jika kami salah memilih pemimpin. []

 

Last modified: 18/04/2017

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *