Akil, Pemimpin, dan Kejaran Ucapan

Written by | Opini

Oleh M. Anwar Djaelani

“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (QS Ash-Shaff [61]: 2-3).

Sejumlah Kisah

Di negeri ini lisan pemimpin rata-rata hebat. Dari lisan mereka sering berhamburan pidato sarat petuah, tetapi sayang mereka tak mengiringinya dengan keteladanan. Dari lisan mereka bertaburan aneka slogan atau ide nan menawan, tetapi sayang mereka tak menghidupkannya dengan bukti. Padahal, Allah sangat tidak menyukai siapapun yang ucapan dan perbuatannya tak sama.

Di masa Orde Baru, misalnya. Banyak pemimpin yang kerap berpidato: “Tegakkan hukum dan dahulukan kepentingan bangsa”. Tapi -praktiknya- tak jarang hukum mereka telikung dan kepentingan diri, keluarga serta golongan yang mereka dahulukan.

Di zaman kini, pemimpin yang membangun citra lewat sejumlah kalimat heroik juga masih banyak. Sebut contoh, Akil Mochtar. Saat ditangkap basah (dan lalu ditahan serta ditetapkan sebagai tersangka) karena menerima suap pada 02/10/2013, Akil adalah ketua Mahkamah Konsitusi (MK). Dari mobil dinasnya yang bernomor RI 9 bisa dilihat posisi dia di negeri ini. Sekarang, publik menunggu bukti dari sejumlah ucapan heroiknya di ‘masa lalu’.

Seperti yang dimuat tribunnews.com 04/10/2013, Akil pernah mengatakan bahwa peradilan dan proses hukum di MK seharusnya bisa dijaga dan harus steril dari segala hal yang tidak benar, misalnya suap atau sogok. ”Keputusan MK itu kan sifatnya final. Tidak ada upaya hukum sesudahnya. Bayangkan jika keputusan hakim yang final dan mengikat itu lahir dari proses sogok atau suap. Bisa hancur negara ini,” ucapnya di suatu saat. Kini, kata-kata Akil yang bernada arif itu terasa sumbang karena sang pengucap telah tertangkap tangan dan ditahan KPK saat menerima suap atas perkara pilkada yang sedang ditanganinya.

Sebenarnya sudah lama Akil menjadi rasan-rasan publik atas performanya yang tak bagus. Misal, pada 2010 semasa Akil masih menjadi Hakim Konsitusi dan yang menjadi Ketua MK ketika itu adalah Machfud MD. Kala itu, Akil sempat berselisih dengan Refly Harun, seorang pengacara yang juga pengamat hukum tata negara. Refly pernah mengatakan bahwa praktik suap-menyuap di MK sudah lazim terjadi. Bahkan, Refly menyebut Akil pernah meminta uang Rp 1 miliar kepada Bupati Simalungun, Jopinus Ramli Saragih, saat Akil menjadi ketua panel hakim yang mengadili perkara sengketa pemilihan bupati daerah tersebut pada 2010. Akil-pun menggertak Refly pada 10/12/2010: “Saya atau dia yang masuk penjara.”

Atas tudingan miring terhadap dirinya, Akil pernah membela diri dengan mengatakan, ”Mungkin karena orang melihat saya mantan politisi, mantan anggota DPR yang flamboyan. Tapi jika saya orangnya tidak baik, pastinya saya tidak akan berada di Jl Medan Merdeka Barat (Gedung MK) ini. Saya akan berada di Kuningan, di tahanan KPK,” ucap Akil agak jauh sebelum dia ditangkap.

Kini, Akil benar-benar telah berada dalam tahanan KPK. Terkait itu, publik kembali ingat salah satu kalimat heroiknya yang lain. Akil -pada 12/03/2012- melontarkan ide untuk memotong jari tangan pelaku korupsi. Selain itu, dia juga mengusulkan untuk memiskinkan koruptor. Tujuannya, agar menimbulkan efek malu dan jera.

Ide hebat itu disampaikan Akil saat dia masih menjabat sebagai juru bicara MK dan itu sebagai respon atas ramainya kasus korupsi yang ditangani KPK. Lalu, siapkah Akil menghidupkan kata-katanya agar pelaku korupsi dipotong jari tangannya untuk memberi efek malu dan jera? Boleh jadi, tidak. Mengapa?

Di hari pertama di KPK, seorang wartawan menanyakan kepada Akil seputar usulnya untuk memotong jari tangan pelaku korupsi. Atas pertanyaan yang mungkin tak diharapkannya itu, Akil memelototi dan bahkan menampar si wartawan. Melihat kejadian itu, wartawan lain-pun marah dan meneriaki Akil. Saat itu, tanpa rasa bersalah Akil malah melihat para wartawan dengan muka memerah.

Sekarang kita menunduk. Akil (pernah) menjadi salah satu pemimpin utama di negeri ini. Tapi, sungguh malang, dia jatuh secara tidak terhormat karena korupsi. Bahkan, yang lebih menyakitkan lagi karena jauh sebelumnya Akil diketahui telah memroduksi banyak pernyataan hebat soal perang melawan korupsi.

Sebagai pemimpin yang tak bisa menghidupkan kata-katanya, sendiriankah Akil? Tidak! Sekadar menyebut contoh, lihatlah Anas Urbaningrum. Siapa dia? Di antara jejaknya, Anas pernah menerima Bintang Jasa Utama RI pada 1999. Dia pernah terpilih sebagai komisioner KPU periode 2001-2005. Dia pun terpilih menjadi anggota DPR periode 2009-2014. Sebelum jabatannya di DPR berakhir, dia mengundurkan diri lantaran terpilih sebagai ketua umum salah satu partai politik.

Di antara hal yang menarik dalam jejak Anas, adalah saat dia (dan juga sejumlah rekan separtainya) menjadi bintang iklan kampanye antikorupsi di televisi. “Katakan tidak pada korupsi,” seru Anas dengan gagah. Sayang, pada 22/02/2013 Anas ditetapkan KPK sebagai tersangka kasus korupsi Hambalang.

Adakah pernyataan hebat Anas yang lain? Lihatlah ketika dia pada 09/03/2012 berseru lantang, “Kalau ada satu rupiah saja Anas korupsi Hambalang, gantung Anas di Monas”.

Hidup, Hidupkan!

Kita memang harus terus merawat akal sehat. Jangan tundukkan akal di bawah nafsu. Kita akan sangat merugi jika memerturutkan nafsu. Sebaliknya, kendalikanlah nafsu agar kita selamat dan berbahagia. “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya” (QS An-Naazi´aat [79]: 40-41).

Singkat kata, kelola-lah nafsu kita dengan baik. Berhemat-lah di saat berkata-kata. Sungguh, berbagai kalimat indah yang dengan mudah kita ucapkan -cepat atau lambat- akan datang menagih agar dihidupkan menjadi sesuatu yang nyata. Selalu yakin-lah, bahwa kelak di akhirat kalimat-kalimat yang sama juga akan menjadi musuh kita jika itu tak kita hidupkan. []

Last modified: 22/10/2013

One Response to :
Akil, Pemimpin, dan Kejaran Ucapan

  1. ahmad says:

    Pak Akil itu Sunni apa syiah pak?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *